BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2001 melalui UU No. 22 Tahun 1999. Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah hak, wewenang dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Bagian yang diatur dan diurusi oleh pemerintah daerah salah satunya ialah pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Pembuatan laporan keuangan daerah merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Diberlakukannya otonomi daerah ini membuat masyarakat meningkatkan tuntutannya terhadap pemerintah untuk melaksanakan pemerintahan yang baik (Good Governance Government), sehingga tuntutan tersebut mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu bentuk kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk menerima pertanggung jawaban tersebut (Mardiasmo, 2002). Untuk itu, pemerintah harus melakukan pelaporan keuangan sebagai wujud dalam mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya kepada masyarakat. Informasi yang disajikan dan dipublikasikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah digunakan oleh banyak pihak dengan kegunaan yang berbeda- 14

beda, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan harus akurat dan berkualitas. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menjelaskan bahwa laporan keuangan dikatakan berkualitas jika memenuhi karakteristik: relevan, andal, dapat dibandingkan, serta dapat dipahami (Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) menyatakan bahwa pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan mengacu pada SAP. Sistem akuntansi keuangan daerah bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keandalan pengelola keuangan pemerintah melalui penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah. Setiap tahunnya, kualitas laporan keuangan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mendapat penilaian dari Badan Pemeriksa Keuanagan (BPK) selaku auditor pemerintah. Penilaian tersebut dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku hingga akhirnya menghasilkan opini terhadap laporan keuangan pemerintah. Terdapat empat jenis opini yang diberikan, yaitu Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Memberikan Pendapat (TMP), dan Opini Tidak Wajar (TW). PARIAMAN -- Kota Pariaman akhirnya berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2015. Walikota Pariaman Mukhlis Rahman menyatakan, untuk meraih opini WTP tersebut, selama ini sudah dilakukan usaha dan kerja keras dari semua pihak. Selama bertahun-tahun, Pemko Pariaman terus memperbaiki pengelolaan keuangan dan aset daerah. Mukhlis mengungkapkan, keberhasilan dalam meraih WTP tersebut tidak terlepas dari peranan SKPD dalam mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi dan standar operasional prosedur. Dukungan yang besar juga datang dari DPRD Pariaman. Ini merupakan WTP ke 3 yang diterima oleh Kota Pariaman dimasa kepemimpinan bapak Mukhlis Rahman. Rombongan Pemerintah Kota Pariaman juga dihadiri oleh Ketua Komisi I DPRD Kota Pariaman Fadhly, Kepala Inspektorat Lukmansyam dan jajaran, Kepala DPPKA Indra Sakti dan jajaran serta Kabag Humas Yalviendri Sumber: sumbarsatu.com, 11 Juni 2016 15

Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI perwakilan Sumatera Barat dinyatakan bahwa Kota Pariaman berhasil meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2015 yang sebelumnya pada tahun 2014 hanya memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal ini terbukti bahwa Kota Pariaman mengalami peningkatan opini dan merupakan kebanggan tersendiri bagi Pemerintah Kota Pariaman. Berikut adalah daftar opini audit BPK atas LKPD Kota Pariaman selama lima tahun terakhir: Tabel 1.1 Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kota Pariaman Tahun 2011-2015 No Tahun Opini BPK 1 2011 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 2 2012 WTP DPP (Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas) 3 2013 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 4 2014 WDP (Wajar Dengan Pengecualian) 5 2015 WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) Sumber: www.bpk.go.id, IHPS Semester 1, 2016 Berikut adalah tabel perkembangan opini laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014-2015: Tabel 1.2 Perkembangan Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2014-2015 Tahun Opini WTP % WDP % TMP % TW % Jumlah 2014 252 47% 247 46% 35 6% 5 1% 539 2015 312 58% 187 35% 30 6% 4 1% 533 Sumber: www.bpk.go.id, IHPS Semester 1, 2016 Berdasarkan hasil pemeriksaan BPKRI atas LKPD pada tahun 2015, terdapat 312 opini WTP (58%), 187 opini WDP (35%), 30 opini TMP (6%), dan 4 opini TW (1%). Perkembangan opini ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan kenaikan opini atas 101 LKPD. Kenaikan opini tersebut meliputi dari TW atau TMP menjadi WDP sebanyak 17 LKPD, dan dari WDP menjadi WTP sebanyak 84 LKPD. 16

Terjadi peningkatan proporsi WTP setiap tahunnya merupakan gambaran dan hasil dari pertanggungjawaban keuangan yang lebih baik. Meskipun demikian, pemerintah daerah masih perlu meningkatkan kompetensi dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang wajar. Pasalnya, dilihat dari IHPS I tahun 2016 tersebut, pemerintah belum sepenuhnya melakukan prinsip akuntabilitas karena masih tingginya persentase opini WDP dan masih terdapatnya opini TMP dan TW pada LKPD. Selain itu, pemeriksaan BPK atas 533 LKPD 2015 mengungkapkan bahwa terdapat 6.150 kelemahan sistem pengendalian internal yang terdiri dari permasalahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta kelemahan struktur pengendalian intern. Untuk LKPD Kota Pariaman sendiri BPK mengemukakan bahwa terdapat tiga kelemahan sistem pengendalian internal yaitu kesalahan penganggaran belanja modal pada empat SKPD, penatausahaan asset tetap belum tertib, dan pengeluaran belanja tidak terduga tidak sesuai dengan ketentuan. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah masih belum memenuhi kriteria nilai informasi yang diisyaratkan. Penelitian terdahulu terkait variabel tersebut telah banyak dilakukan seperti penelitian Harahap (2015) yang menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Yensi (2014) yang menyatakan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan 17

pemerintah daerah. Selain itu dalam penelitian Osti (2015) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Selanjutnya penelitian Nurillah (2014) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Octarinda (2016) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil pemeriksaaan BPK RI terhadap LKPD pada tahun 2015 termasuk atas LKPD Kota Pariaman dan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten mendorong penulis untuk meneliti kembali pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, dengan objek penelitian Kota Pariaman. Pemilihan SKPD Kota Pariaman sebagai objek penelitian karena Kota Pariaman dinilai cukup berhasil menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangakat Daerah Kota Pariaman) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 18

a. Apakah penerapan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman? b. Apakah sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman? c. Apakah penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman b. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman c. Untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah secara bersama-sama atau secara simultan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Pariaman 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : a. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal 19

pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah b. Bagi Penulis Lain Sebagai bahan referensi dan informasi pendukung dalam penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. c. Bagi Bidang ilmu Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu dan pengayaan lebih mendalam tentang akuntansi sektor publik, terutama mengenai pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah d. Bagi Pemerintah Diharapkan dapat memberikan sumbang saran serta bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan pengaruh penerapan sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelakan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang menjadi acuan pemahaman teoritis dalam penelitian ini, 20

penelitian terdahulu, kerangka konseptual dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan metode penelitian menjelaskan tentang populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, defenisi operasional variabel, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi objek penelitian yang terdiri dari gambaran umum sampel dan hasil olahan data serta pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Merupakan simpulan penelitian, keterbatasan serta saran bagi penelitian selanjutnya 21