UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

dokumen-dokumen yang mirip
UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA SUBMATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No.2, pp , May 2016

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF CHEMBOND (CHEMICAL BONDING) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

KEEFEKTIFAN LKS BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VII

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

Pendidikan Biologi, FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2) MTsN II Pamulang koresponden: Abstrak

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, ISSN:

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

UNESA Journal of Chemical Education Vol 6, No.2 pp , May 2017

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TEMA MATA DI SMP NEGERI 1 MADURAN LAMONGAN. Alfin Nofi Rohmawati

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 5, No. 3, pp , September 2016 ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. Mayangku Serungke S.

STRATEGI PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAME TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN.

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS...

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 02, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA SUBMATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Jl. Ketintang, Surabaya 60231, Indonesia

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

CORRELATION BETWEEN STUDENT S INTERPRETATION GRAPH SKILL AND STUDENT LEARNING OUTCOMES

KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMAN 18 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 MADIUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol 6, No.2 pp , May 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMAN 1 KALIANGET

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBASIS MULTIPLE REPRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

PENINGKATAN SELF EFFICACY DAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI SMAN 9 SURABAYA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 02, pp , May 2014

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

Roma Yunita 1), Sriwulandari 2), Suwondo 3) phone :

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 03, September 2015, ISSN:

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

UNESA Journal of Chemical Education Vol.4, No.1, pp January 2015.

PENERAPAN STRATEGI POGILUNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X

Penerapan Scientific Approach untuk Meningkatkan Literasi Saintifik dalam Domain Kompetensi Siswa SMP pada Topik Kalor

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

E-journal Prodi Edisi 1

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA NEGERI 1 MANYAR GRESIK IMPLEMENTATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TO TRAIN SCIENTIFIC LITERACY SKILLS STUDENTS IN THE CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC XI GRADE AT SMAN 1 MANYAR GRESIK Desyrula Affandy Citra dan Muchlis S-1 Pendidikan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Surabaya Email: desyrula07@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, kemampuan literasi sains, hasil belajar, dan respon siswa terhadap penerapan model terbimbing pada materi. Penelitian ini menggunakan Pre-Experimental Design dengan rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest Design. Sasaran penelitian ini adalah 31 siswa kelas XI di SMAN 1 Manyar Gresik. Metode pengumpulan data yaitu metode pengamatan, tes, dan angket. Penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) Keterlaksanaan pembelajaran memperoleh rata-rata 4,63; 4,69; dan 4,33 termasuk kategori sangat baik. (2) Siswa telah menggunakan persentase waktu 14,84%; 21,75%; dan 15,63% untuk berlatih kemampuan literasi sains meliputi menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah, serta menafsirkan data dan bukti ilmiah. (3) Hasil kemampuan literasi sains siswa mengalami peningkatan secara berturutan dari pretest menjadi posttest yaitu 4% menjadi 0% dibawah level 1, 22,6% menjadi 0% level 1, 48,4% menjadi 22,6% level 2, 16,1% menjadi 32,3% level 3, 0% menjadi 35,5% level 4 dan 0% menjadi 9,7% level 5. (4) Hasil belajar siswa pada pretest 12,9% tuntas, 87,09% tidak tuntas dan pada pottest 87,09% telah tuntas 12,9% belum tuntas. (5) Siswa memberikan respon positif penerapan model terbimbing untuk melatihkan kemampuan literasi sains. Kata kunci: inkuiri terbimbing, literasi sains, Abstract This study is aimed to describe the learning feasibility,students activities, the student s ability of science literacy, learning outcame, and response of students to the implementation of guided inquiry in the chemical equilibrium topic. This study uses a Pre-Experimental Design with One-Group Pretest-Posttest Design. This study target is student XI grade at SMAN 1 Manyar Gresik. Data collecting method is observation, test, and questionnaire method. The result of this research were (1) The learning feasibility have the average was 4.63; 4.69; and 4.33 with the very good category. (2) Student have been using the percentage of time 14.84%; 21,75%; and 15.63% for train scientific literacy skills include explain scientific phenomena, evaluating and designing scientific investigations, and intrepet the data and scientific evidence. (3)The result of the scientific literacy skills student have increased from pretest to posttest that 0% to be 4% under level 1, 0% to be 22.6% level 1, 48.4% to be 22.6% level 2, 16.1% to be 32.3% level 3, 0% to be 35.5% level 4, and 0% to be 9.7% level 5. (4)The students learning outcame pretest showed that 12.9% finished completed and 87.09% not yet finished completed and posttest that 87.09% finished completed and 12.9% not yet finished completed. (5)Students give a positive response to the guided inquiry learning model to train scientific literacy skills. Keywords: guided inquiry, scientific literacy, chemical equilibrium 102

PENDAHULUAN Permendikbud nomor 23 tahun 2016 mengenai adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu pada standar kompetensi kelulusan, di mana salah satu aspek penilaian yakni kompetensi pengetahuan[1]. Hal ini berarti dalam kurikulum 2013, mensyaratkan siswa menguasai kompetensi pengetahuan sehingga dapat dikatakan tuntas sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Syah (2006) berpendapat bahwa faktor pendekatan belajar yaitu strategi yang menunjang proses pembelajaran materi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa [2]. PISA menunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain. Hasil survei PISA 2012, skor Indonesia hanya 382 sebagai peringkat 64 dari 65 peserta [3]. Skor antara 334 409 poin termasuk kategori level 1 [4]. Siswa dengan level 1 hanya memiliki pengetahuan sains yang terbatas dan hanya mampu mengaplikasikannya pada kondisi nyata yang terbatas. Siswa hanya dapat menggunakan sedikit pengetahuan konten, pengetahuan prosedural dan epistemik untuk memberikan penjelasan, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah dan menafsirkan data dalam beberapa situasi kehidupan yang familiar dengan tuntutan kognitif level rendah [5]. Model pembelajaran yang dapat menjadi salah satu solusi untuk mengajarkan materi adalah model terbimbing. Materi memiliki sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah antara lain konsentrasi, volume, tekanan, dan suhu [6]. Faktor-faktor yang mempengaruhi akan lebih mudah dipahami siswa apabila dalam proses pembelajaran disertakan dengan kegiatan praktikum dimana siswa dapat menemukan konsep untuk dirinya. Wenning [7] menyatakan dalam jurnalnya bahwa model menekankan pembentukan konsep, sehingga sesuai untuk diterapkan pada materi. Selain menemukan konsep sendiri, pembelajaran terutama materi kimia harus bermakna bagi siswa, guru harus dapat mengkaitkan fenomena sehari-hari dengan materi yang akan diajarkan di kelas. Pembelajaran bermakna dapat dicapai jika siswa dapat memiliki kemampuan literasi sains. Literasi sains berdasarkan PISA 2015 diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan hubungan ilmu pengetahuan dengan isu-isu, dan ide-ide tentang ilmu pengetahuan sebagai masyarakat yang reflektif. Aspek kompetensi literasi sains terdapat tiga kompetensi yang meliputi menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah [5]. Hasil data pra-penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Manyar Gresik kelas XI MIA 7 dapat diketahui bahwa kemampuan literasi sains siswa khusunya pada tiga kompetensi berdasarkan PISA 2015 kompetensi tersebut yaitu menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah dengan persentase yang didapatkan ialah 28,31%; 11,37%; dan 10,56%. Hasil persentase yang rendah menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan terbatas menerapkan tiga kompetensi literasi sains dalam menganalisis fenomena pada lembar tes pra penelitian. Hal ini mengartikan bahwa siswa dikategorikan pada level 1 literasi sains [5]. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu masalah antara lain bagaimana keterlaksanaan model terbimbing, bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran, bagaimana kemampuan 103

literasi sains siswa melalui penerapan model terbimbing, bagaimana hasil belajar siswa, dan bagaimana respon siswa terhadap penerapan model terbimbing pada materi kesetimbangan kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model terbimbing, aktivitas siswa selama proses pembelajaran, kemampuan literasi sains siswa melalui penerapan model terbimbing, hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap penerapan model terbimbing pada materi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sasaran dalam penelitian adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Manyar Gresik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design dengan bentuk One-Group Pretest-Posttest Design [8]. O 1 X O 2 Keterangan : O1= pretest untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan literasi sains dan hasil belajar sebelum perlakuan X= Perlakuan penerapan model terbimbing pada materi untuk melatihkan kemampuan literasi sains siswa. O2= posttest untuk mengetahui kemampuan akhir kemampuan literasi sains dan hasil belajar sesudah perlakuan Perangkat pembelajaran yang digunakan meliputi silabus, RPP, dan LKS. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi lembar pengamatan keterlaksanaan terbimbing, lembar pengamatan aktivitas siswa, lembar penilaian kemampuan literasi sains siswa, lembar tes hasil belajar, dan angket respon siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode pengamatan, tes, dan angket. Metode pengamatan bertujuan untuk memperoleh data keterlaksanaan terbimbing dan aktivitas siswa. Metode tes bertujuan untuk memperoleh data kemampuan literasi sains siswa dan hasil belajar siswa materi faktor-faktor pergeseran arah. Tes penilaian literasi sains dan tes hasil belajar diberikan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pembelajaran. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data keterlaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, kemampuan literasi sains, hasil belajar, dan angket respon. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari penelitian penerapan model terbimbing untuk melatihkan kemampuan literasi sains akan diuraikan sebagai berikut: Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Data keterlaksanaan model terbimbing diperoleh dari hasil pengamatan oleh dua orang menggunakan instrumen lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran kategori baik apabila dalam rentang angka 3,1 sampai 4 dan kategori sangat baik apabila dalam rentang angka 4,1 sampai 5. Hasil pengamatan keterlaksanaan disajikan pada Tabel 1. Guru telah mampu melaksanakan dan menguasai langkah-langkah model terbimbing fase 1 ditunjukkan memperoleh skor pada pertemuan I hingga III dengan kriteria sangat baik. Guru telah melatihkan siswa meliputi kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, konteks ilmiah dan pengetahuan konten. 104

Tabel 1 Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 2 3 Fase Rataratrata rata Rata- Ket Ket Rata - Ket Pend 4,83 SB 5 SB 4,5 SB F1 4,5 SB 4,5 SB 4,25 SB Kegiatan Inti F2 4,58 SB 4,58 SB 4,42 SB F3 4,12 SB 4,12 SB 4,25 SB F4 4,25 SB 4,12 SB 4,25 SB F5 4 B 4,12 SB 4,25 SB F6 4 B 4 B 4,25 SB Penu -tup 4,83 SB 4,83 SB 4,5 B Ratarata 4,63 SB 4,69 SB 4,33 SB Keterangan: F1:Memusatkan perhatian dan menjelaskan proses inkuiri F2:Menghadirkan masalah inkuiri atau fenomena F3:Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan masalah atau fenomena F4:Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis F5:Merumuskan penjelasan atau kesimpulan F6:Merefleksikan situasi masalah dan proses berfikir Guru telah mampu menguasai langkahlangkah model terbimbing fase 2 ditunjukkan memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan telah melatihkan siswa kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah dan pengetahuan konten. Adapun fase 3 guru dapat melatihkan kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah dalam tahap merumuskan hipotesis dan melatihkan kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dengan mengidentifikasi variabel percobaan. Guru mendorong siswa mengumpulkan data untuk menguji hipotesis pada fase 4. Berdasarkan teori Piaget kegiatan melakukan percobaan sesuai untuk usia 11 tahun sampai dewasa, yang mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan eksperimentasi sistematis [9]. Guru membimbing siswa menganalisis data, menjawab pertanyaan, membuat kesimpulan serta menyajikan hasil analisis dan merumuskan kesimpulan pada fase 5. Guru melatihkan kompetensi menafsirkan data dan bukti ilmiah yaitu menganalisis data fenomena dan pendapat sebelumnya dengan konsep yang telah didapat pada fase 6. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru telah menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan sintakssintaks terbimbing dengan baik. Selain itu, guru telah melatihkan kemampuan literasi sains kepada siswa dengan baik. Skor rata-rata keterlaksanaan pada pertemuan pertama hingga ketiga yaitu 4,63; 4,69; dan 4,33 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa didapat melalui pengamatan enam orang dengan instrumen lembar pengamatan aktivitas siswa. Pengamatan dilakukan selama kegiatan belajar berlangsung dengan periode setiap tiga menit menggunakan model terbimbing. Gulo [10] berpendapat bahwa kegiatan mengajar dengan inkuiri memiliki beberapa sasaran utama antara lain peran aktif siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar baik mental intelektual dan sosial emosional. Oleh karena itu, selama proses pembelajaran, penting adanya aktivitas siswa secara maksimal. Aktivitas siswa dapat dinyatakan dalam kriteria baik jika mendapatkan persentase 61% dari aktivitas siswa yang sesuai dengan aspek kategori pengamatan. Persentase aktivitas siswa melakukan aktivitas tidak sesuai aspek diperoleh persentase waktu berurutan pada pertemuan I sampai III ialah 2,41%, 0,90% dan 0,34%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase aktivitas siswa sesuai aspek secara keseluruhan lebih dari 61%, 105

yaitu berturut-turut pertemuan I sampai III sebesar 97,59%, 99,1% dan 99,66%. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa aktivitas siswa dalam kriteria sangat baik. Aktivitas siswa yang muncul dalam pembelajaran menunjukkan adalah hasil penerapan model terbimbing yang mencerminkan telah dilatihkan kemampuan literasi sains. Siswa telah menggunakan persentase waktu 14,83%; 21,75%, dan 15,63% untuk berlatih kemampuan literasi sains. Kemampuan literasi sains terdapat tiga kompetensi meliputi menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah, serta menafsirkan data dan bukti ilmiah. Kemampuan Literasi Sains Kemamampuan literasi sains siswa diperoleh dari lembar penilaian kemampuan literasi sains siswa berupa soal tes yang dikerjakan secara individu. Tes ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 8 soal yang terdiri 6 level literasi sains. Tes ini telah mencakup tiga kompetensi literasi sains yaitu kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti ilmiah. Tes pretest diberikan bertujuan untuk memperoleh hasil awal kemampuan literasi sains siswa sebelum proses pembelajaran. Pada Tabel 2 akan disajikan rekapitulasi hasil pretest kemampuan literasi sains siswa. Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa No. Level Literasi Jumlah Siswa Persentase (%) Sains 1. Level di 4 12,9 bawah 1 2. Level 1 7 22,6 3. Level 2 15 48,4 4. Level 3 5 16,1 Hasil pretest kemampuan literasi sains diperoleh analisis bahwa 48,4% siswa termasuk dalam kategori level 2. Berdasarkan PISA 2015 literasi sains level 2, siswa dapat menggunakan pengetahuan konten, prosedural, dan epistemik untuk memberikan penjelasan, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah serta menafsirkan data yang membutuhkan sebagian besar tingkatan kognitif level rendah sehingga hanya dapat diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan yang familiar atau cukup dekat dengan siswa [5]. Siswa masih kurang mampu untuk menerapkan tiga kompetensi literasi sains dalam situasi yang rumit. Tes posttest bertujuan untuk memperoleh hasil literasi sains siswa setelah dilatihkan selama pembelajaran. Rekapitulasi hasil posttest kemampuan literasi sains siswa akan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa No. Level Literasi Sains Jumlah Siswa Persentase (%) 1. Level 2 7 22,6 2. Level 3 10 32,3 3. Level 4 11 35,5 4. Level 5 3 9,7 Tabel 3 data hasil posttest kemampuan literasi sains diperoleh analisis bahwa 35,5% siswa termasuk dalam kategori level 4. Berdasarkan PISA 2015 literasi sains level 4, siswa mampu menggunakan pengetahuan konten, epistemik dan prosedural untuk memberikan penjelasan, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah serta menafsirkan data dalam berbagai situasi kehidupan yang diberikan yang membutuhkan sebagian besar tingkatan kognitif level paling menengah [5]. Pada hasil pretest maupun posttest, tidak ada siswa yang memiliki kemampuan literasi sains level 6. Hal ini dibuktikan tidak adanya siswa menjawab benar 8 soal pada tes literasi sains. Data hasil gain score literasi sains siswa diperoleh 54,83% siswa yang memperoleh gain score 0,7>(<g>)< 0,3 kategori sedang dan 12,9% memperoleh gain score (<g>)>0,7 kategori tinggi. 106

Persentase Siswa UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: 2252-9454 Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa diperoleh dengan instrumen lembar tes hasil belajar siswa yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil belajar siswa secara individu dikatakan tuntas apabila siswa memperoleh nilai 75 atau 3,00. Nilai tersebut telah menyesuaikan KKM siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Manyar Gresik yaitu 75. Rekapitulasi nilai hasil belajar siswa dari jumlah 31 siswa disajikan pada gambar 1. 100.0% 50.0% 0.0% 87.09% 87.09% 12.9% 12.9% Tuntas Tidak Tuntas Hasil Belajar Gambar 1 Grafik Hasil Belajar Gambar 2 Diagram Gain Score Pretest Posttest Hasil Gain Score 12.90% Tinggi Sedang 22.58% Rendah 64.52% Gambar 1 menunjukkan bahwa persentase posttest jumlah siswa yang tuntas terdapat 87,09% meningkat dari hasil pretest 12,9% yang memperoleh nilai 75 atau 3,00. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi dapat membuat siswa lebih memahami konsep-konsep khususnya faktor-faktor pergeseran arah. Hasil gain score menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar setelah perlakuan dengan persentase 64,52% kategori tinggi dan 22,58% kategori sedang. Siswa yang belum mencapai ketuntasan sesuai KKM SMA Negeri 1 Manyar Gresik sebesar 12,9% pada hasil pottest. Hal ini didukung dengan data gain score hasil belajar keempat siswa yang termasuk dalam 12,90% kategori rendah. Ketidaktuntasan yang terjadi pada siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi tidak tuntasnya nilai hasil belajar siswa adalah kemampuan literasi sains yang masih rendah. Respon Siswa Respon siswa didapat dengan pengisian angket respon oleh siswa kelas XI MIA 7 sebanyak 31 orang. Angket ini diberikan kepada siswa setelah proses terbimbing. Pada angket terdapat 7 pernyataan dengan jawaban pilihan ya atau tidak yang berkaitan dengan proses pembelajaran melatihkan kemampuan literasi sains siswa. Tabel 5 Hasil Perhitungan Data Respon Siswa Pernyataan Persentase Kriteria Saya dapat 77,4 Baik memahami konsep pada pembelajaran kimia khususnya materi kesetimbangan kimia menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran kimia 80,6 Baik pada materi terbimbing menarik dan menyenangkan. Pembelajaran kimia 83,9 Sangat pada materi Baik terbimbing terlaksana secara sistematis dan jelas. Saya merasa lebih 71 Baik 107

Pernyataan Persentase Kriteria mudah mempelajari materi kesetimbangan kimia dengan terbimbing. Saya merasa dapat menemukan keterkaitan materi dengan masalahmasalah sehari-hari dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Pembelajaran kimia pada materi terbimbing dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Saya antusias dalam mengikuti pembelajaran kimia pada materi terbimbing. 80,6 Baik 87,1 Sangat Baik 74,2 Baik Hasil perhitungan data respon siswa disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan data respon siswa yang mendapatkan persentase tertinggi sebesar 87,1% adalah pembelajaran kimia pada materi menggunakan model terbimbing dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan yang mendapatkan persentase terendah sebesar 71% adalah siswa merasa lebih mudah mempelajari materi dengan terbimbing. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2014) bahwa model menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna [11]. Pembelajaran yang bermakna akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Teori teori belajar konstruktivis menyatakan bahwa secara mandiri siswa yang harus menemukan dan menerapkan informasi kompleks (Nur dan Wikandari, 2008) [12]. Guru menyediakan kesempatan kepada siswa lebih mandiri dalam menemukan konsep-konsep dan mendorong menggunakan strategi sendiri dalam belajar yang lebih bermakna. Hasil perolehan persentase secara keseluruhan dari tujuh pernyataan yaitu 79,3% dalam kategori baik. Respon siswa yang baik, menunjukkan bahwa keberhasilan guru dalam menerapkan model terbimbing sehingga siswa merasa senang dan antusias terhadap pembelajaran yang dilakukan. Kondisi siswa yang aktif, senang dan antusias dalam proses pembelajaran, maka siswa akan lebih memahami sub materi yang disampaikan. Selain itu, penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu melatihkan kemampuan literasi sains siswa. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kualitas keterlaksanaan pembelajaran selama tiga kali pertemuan memperoleh skor rata-rata sebesar 4,63; 4,69, dan 4,33 yang termasuk kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menjalankan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan sintaks model terbimbing dengan baik dan telah melatihkan kemampuan literasi sains kepada siswa dengan baik. 2. Siswa telah menggunakan 14,84% waktu untuk berlatih kemampuan literasi sains kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah dengan kategori aktivitas C, D, dan E. Siswa telah menggunakan 21,75% waktu untuk 108

berlatih kompetensi mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah dengan kategori aktivitas siswa H, I dan J. Siswa telah menggunakan 15,63% waktu untuk berlatih kompetensi menafsirkan data dan bukti ilmiah dengan kategori aktivitas siswa K, N dan O. 3. Hasil pencapaian kemampuan literasi sains siswa dari 31 siswa mengalami peningkatan antara hasil pretest dan posttest. Hal ini ditunjukkan dengan persentase hasil pretest sebesar 12,9% kategori di bawah level 1, 22,6% kategori level 1, 48,4% kategori level 2, dan 16,1% kategori level 3. Pada hasil posttest mengalami peningkatan dengan persentase hasil pretest sebesar 22,6% kategori level 2, 32,3% kategori level 3, 35,5% kategori level 4, dan 9,7% kategori level 5. Selain itu, jumlah siswa sebanyak 12,9% orang yang memperoleh gain score kategori tinggi, 54,83% siswa yang memperoleh gain score kategori sedang dan 32,26% kategori rendah. 4. Hasil belajar diolah berdasarkan data tes hasil belajar menyatakan bahwa pada pretest terdapat 12,9% siswa yang mencapai ketuntasan sesuai KKM kelas XI SMA Negeri 1 Manyar Gresik memperoleh nilai 75 atau 3,00 dan 87,09% siswa yang belum mencapai ketuntasan. Hasil posttest terdapat 87,09% siswa yang mencapai ketuntasan dan 12,9% siswa yang belum mencapai ketuntasan. Hasil Gain score dari pretest dan posttest adalah 64,52% kategori tinggi, 22,58% siswa kategori sedang dan 12,9% kategori rendah. 5. Siswa memberikan respon positif penerapan model terbimbing untuk melatihkan kemampuan literasi sains siswa pada materi. Saran 1. Fasilitas sekolah seperti laboratorium kimia yang tidak dapat difungsikan karena digunakan sebagai kelas kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk terlaksananya pembelajaran inkuiri terbimbing. Apabila guru atau peneliti akan mengajar siswa dengan kegiatan praktikum, disaranakan untuk membawa alat bahan yang memungkinkan ke ruang kelas. Selain itu, guru atau peneliti dapat menggunakan berbagai kreativitasnya sebagai cara pembelajaran apabila fasilitas sekolah kurang mendukung. 2. Siswa yang kurang dilatihkan pembelajaran dengan pratikum mengakibatkan lamanya dalam kegiatan praktikum. Hal ini karena kebanyakkan siswa takut dengan bahan-bahan kimia dan tidak terbiasa membaca prosedur percobaan. Sebaiknya guru telah membiasakan siswa dengan praktikum sejak di kelas X, sehingga siswa tidak kesulitan apabila diminta melakukan praktikum. DAFTAR PUSTAKA 1. Kemendikbud. 2016. Permendikbud Nomor 23 Tahun 216 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Mendikbud 2. Syah,Muhibbin. 2006. Piskologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada 3. Penilaian Pendidikan Balitbang. 2011. Survei Internasional PISA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 4. PISA. 2009. PISA 2009 Assesment Framework. Perancis: OECD-PISA (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/444 55820.pdf) 5. PISA. 2013. PISA 2015 Draft Science Framework. Perancis : OECD-PISA. (www.oecd.org/pisa/pisaproducts/pisa 2015draftframeworks.htm) 109

6. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Alih bahasa : Suminar Setiati. Jakarta : Erlangga 7. Wenning, C.J. 2010. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Phisycs Teacher Education.Illinois : Illinois State University 8. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 9. Nur, Muhammad. 1998. Teori-Teori Perkembangan. Surabaya : Unipress UNESA 10. Gulo,W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo 11. Sanjaya. Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group 12. Nur, Muhammad dan Wikandari, Prima Retno. 2008. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : Unipress UNESA 110