memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI KELUARGA PENAMBANG EMAS TERHADAP PENDIDIKAN ANAKNYA DI JORONG TANJUNG BERINGIN NAGARI TANJUNG KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

SOSIALISASI KEMANDIRIAN KERJA ANAK PETANI MISKIN ( STUDI KASUS: KELUARGA PETANI MISKIN DI NAGARI TALU KECAMATAN TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT )

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PERTANIAN BERBASIS SUMBERDAYA & KEARIFAN LOKAL. Benyamin Lakitan 2017

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk menggambarkan

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Negara Indonesia merupakan negara agraris (pertanian) oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB III METODE PENELITIAN. dampak facebook terhadap perubahan pola komunikasi antar pribadi mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi keluarga indonesia sebagian besar masih bergelut dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari sistem tanam paksa (cultuurstelsel) pada tahun 1830-an.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB III METODE PENELITAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik mempunyai tujuan tertentu, bahwa pada umumnya dapat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan diharapkan untuk selalu

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

I. PENDAHULUAN. Rajabasa dan merupakan desa pesisir pantai, secara geografis Desa Hargo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. data-data berupa kata-kata dan gambar di lapangan dengan cara pengamatan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAB III METODE PENELITIAN

ETOS KERJA PETANI. (Studi DiDesa Sukamaju Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) SUMIATI PAKAYA DR. RAUF A HATU M.SI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif, karena penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode kualitatif. Pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ceramah ( Kajian Komunikasi Simbolik Dalam Ceramah Maulid Nabi Oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahapan-tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu sesuai dengan judul diatas, penulis menggunakan metode

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan bagian penting dari negara Indonesia. Menurut angka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1 sehingga dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dari sudut atau perspektif partisipasipan. Partisipasipan adalah orang-orang yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BAB I PENDAHULUAN. Melayu dengan nama ibu kotanya Pulau Punjung. Kabupaten ini dibentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

LATAR BELAKANG. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan. Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

RINGKASAN DATA DAN INFORMASI PENANAMAN MODAL PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 KONDISI S.D. 30 JUNI 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan berparadigma deskriptif-kualitatif,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM II)

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Permasalahan Penelitian Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Selanjutnya, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik (Mukhtar, 2009:159). Untuk mewujudkan itu semua, maka dituntut pula adanya waktu khusus dan tempat khusus bagi anak, yang berbentuk lembaga sosial atau di kenal juga dengan lembaga kemasyarakatan. Salah satu lembaga kemasyarakatan tersebut biasa kita kenal dengan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan terdiri dari lembaga formal yaitu pendidikan yang didapat dibangku sekolah, informal yaitu pendidikan yang didapat di luar sekolah, misalnya dilingkungan keluarga dan masyarakat setempat, sedangkan pendidikan non formal yaitu pendidikan diperoleh dari kursus-kursus. Secara global definisi sekolah dapat diartikan sebagai institusi sosial yang diciptakan untuk masyarakat untuk melaksanakan sejumlah fungsi sosial yang berhubungan dengan pendidikan anak menuju kearah kedewasaan (Ahmadi, 1991:162). Di sekolah, anak mendapatkan pendidikan dari guru. Peranan guru tidak lagi terbatas pada pembagi tugas dan pengdrill. Guru dewasa ini hendaklah menjadi anggota kelompok yang belajar dan sekaligus menjadi sumber pertanyaan dan sumber pengetahuan (Soeitoe, 1982:26). Keluarga merupakan lembaga pertama sekali dikenal oleh seorang individu dalam masa pertumbuhannya. Di dalam pelaksanaan pendidikan peranan keluarga juga tidak kalah pentingnya. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang paling efektif menanamkan nilai-nilai budaya, karena didalam lingkungan keluarga hubungan emosional terjalin dengan akrab dan intensif, sehingga memungkinkan berlangsungnya proses pendidikan. Melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga anak-anak dapat disiapkan dan dilatih untuk memenuhi fungsi dan pernannya dan dapat dipersiapkan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas yakni lingkungan masyarakat. Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan yang tidak baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan ini kiranya akan lebih mudah terwujud apabila sejak semula, orang tua telah menyadari peranan mereka sebagai orang tua yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak (Gunarsa, 1987:60). Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi yang sejak dahulunya sektor pertanian menepati sektor utama, karena keadaan geografisnya sangat cocok untuk pertanian. Usaha pertanian yang dilakukan mulai dari pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Pertanian lahan basah yaitu seperti padi, dan pertanian lahan kering seperti karet, sawit, dan kopi. Kedua jenis pertanian tersebut merupakan tanaman komoditi perkebunan yang diandalakan dan dibudidayakan oleh rakyat. Memiliki lahan pertanian seperti, karet yang tersebar di beberapa Kabupaten yang dibudidayakan pada lahan kosong, dataran, dan lahan sawah. Di Sumatera Barat lokasi berpotensial berada di Kabupaten Pasaman, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Pesisir Selatan (Badan Agribisnis Deperteman Pertanian, 2003:18-19). Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi yang besar untuk maju. Selain mengandalkan pertanian, masyarakat juga bekerja di sektor lain. Hal ini disebabkan Kabupaten Dharmasraya kaya dengan sumber daya alam meliputi: tanah, air, hutan, dan mineral lainnya. Salah satu potensinya adalah perkebunan karet yang dikelola oleh masyarakat setempat. Selain mata pencaharian, bisa juga dilihat dari kondisi bangunan rumahnya yang permanen dan milik sendiri, serta kepemilikan harta benda dan perlengkapan rumah tangga pun terbilang sudah lengkap. Bahkan, rata-rata masyarakat nagari ini memiliki kendaraan setiap satu keluarga. Dengan adanya ekonomi yang baik tersebut idealnya pendidikan anak-anak mereka juga baik, namun hal tersebut sangat bertolak belakang dengan harapan. Di tengah-tengah

perkembangan ekonomi yang cukup pesat di daerah tersebut serta adanya kebijakan bebas biaya pendidikan ternyata ada satu masalah yang perlu ditangani secara serius yaitu masalah putus sekolah. Khususnya di Nagari Gunung Selasih merupakan daerah berpotensi kepada perkebunan karet, karena masyarakat di daerah ini pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani karet. Petani karet di Nagari Gunung Selasih yang merupakan petani pemilik, memiliki lahan rata-rata 1-2 hektar. Dilihat secara ekonomi pendapatan petani karet bagus yaitu dengan rentang penghasilan 1,5-2,5 juta perbulan. Hal ini tergantung pada banyak atau sedikitnya karet yang di produksi oleh petani setiap harinya. Namun tidak sejalan dengan tingkat pendidikan anak-anak yang masih rendah bahkan sampai putus sekolah. Berdasarkan fakta yang ditemui di lapangan banyaknya jumlah anak yang putus sekolah dari anak petani perkebun karet, jika dilihat secara ekonomi orang tua mereka mampu untuk membiayai pendidikan anak mereka. Seharusnya dengan kondisi penghasilan petani karet yang mampu, anak-anak dari petani karet bisa melanjutkan pendidikannya sampai ke jenjang pendidikan yang lebih optimal. Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian. Untuk mengetahui lebih jelas tentang persepsi petani karet, dalam kaitannya dengan pendidikan anak di Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. B. Tujan Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan profil petani karet di Nagari Gunung Selasih. 2. Mendeskripsikan persepsi petani karet tentang pendidikan anak C. Kajian Teoritik Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi, dimana pada teori ini ditekankan pada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka (Soelaiman, 1987:177). Dalam penelitian ini persepsi diartikan sebagai pengetahuan untuk melihat, memahami dan penafsiran oleh masyarakat (keluarga petani karet) terhadap rendahnya pendidikan anak bahkan sampai putus sekolah di Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Persepsi itu terjadi dengan adanya interaksi sosial, sikap-sikap, dan perasaanperasaan suatu kelompok manusia atau orangperseorangan dapat diketahui oleh kelompokkelompok lain atau orang-orang lainnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan ke dalam jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2010:15), pendekatan penelitian kualitatif sering disebut naturalistik. Karena penilaiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisanya lebih bersifat kualitatif. Prinsip dasar pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimulai dengan persoalan seperti mengapa, bagaimana, apa, dimana, dan bilamana tentang suatu fenomena-fenomena atau gejala-gejala yang terjadi di lapangan dan peneliti dapat memberi suatu makna kepada suatu peristiwa. Selanjutnya, pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang bertitik tolak pada pandangan berpikir yang menekankan pada pengalaman-pengalaman yang bersifat subjektif manusia (Moleong, 2010:6). Dengan pendekatan kualitatif permasalahan pada persepsi petani karet tentang pendidikan anak di Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya yang telah dirumuskan dapat terjawab. Hanya dengan pendekatan penelitian kualitatif dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiris. Fakta-fakta yang tidak tampak akan sulit diungkap, maka dengan pendekatan kualitatif dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang lebih tinggi. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk mengukapkan gambaran yang mendalam dan mendetail mengenai persepsi petani karet tentang pendidikan anak. Penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar dari pada angka-angka (Moleong, 2010:11).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Petani Karet Tentang Pendidikan Anak Persepsi masyarakat adalah seluruh proses manusia yang sadar ditentukan oleh faktor dalam dirinya dan faktor situasi yang mengenainya. Dengan demikian persepsi seseorang merupakan proses yang aktif dimana yang memegang peranan penting adalah bukan hanya stimulus yang hanya mengenainya, tetapi juga sebagai kesatuan pemahaman, motivasi dan sikap yang relevan dengan keadaan tersebut. Dari beberapa pendapat masyarakat yang peneliti kumpulkan diketahui bahwa, persepsi merupakan aspek psikologis dari cara seseorang dalam menanggapi sesuatu hal, dan bagaimana tindakannya setelah memahami hal tersebut. B. Pendidikan Sebagai Modal Masa Depan Anak Selasih terhadap pendidikan anak dari aspek positif merupakan pandangan para masyarakat petani, yang menjadikan pendidikan ataupun materi sebagai indikator sukses. Beberapa petani karet di Nagari Gunung Selasih menganggap bahwa pendidikan yang dijalani oleh anaknya dapat merubah nasib anaknya di masa yang akan datang.persepsi sebagian petani karet di Nagari Gunung Selasih ada yang lebih mengutamakan pendidikan anak sehingga mengupayakan pendidikan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Dari persepsi tersebut terlihat sebagian besar petani karet berpandangan positif terhadap pendidikan anak Menurut Manan (1989:61), bahwa, keharusan pengembangan pendidikan itu seringkali diungkapkan dengan menyatakan bahwa pendidikan akan membuka pintu untuk menuju ke dunia modern, karena hanya dengan pendidikan dapat dilakukan perubahan sosial budaya, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan, penyesuaian nilai-nilai dan sikap-sikap yang mendukung pembangunan, dan penguasaan berbagai keterampilan. Tetapi pembangunan pendidikan memerlukan biaya yang besar dan hasilnya sangat tergantung pada ketepatan pemilihan isi dan cara serta jenis pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sosial ekonomi suatu masyarakat. Pendidikan memang meningkatkan pengetahuan, merobah nilai dan sikap, meningkatkan keterampilan, tetapi bersamaan dengan itu juga meningkatkan tuntutan dan harapan-harapan, yang bertujuan untuk masa depan (Manan, 1989:61). C. Pendidikan Tidak Berpengaruh Pada Masa Depan Anak Selasih terhadap pendidikan anak dari aspek negatif terlihat dari sebagian masyarakat mempunyai pandangan bahwa pendidikan anak hanya sebagai sesuatu yang membuang waktu dan uang, karena pendidikan dianggap cara untuk memperoleh pengetahuan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal juga bisa didapatkan dengan cara ikut membantu orang tua bekerja. Namun ada juga petani karet yang kurang peduli terhadap pendidikan anak, dalam artian tidak melarang dan juga tidak mendorong anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Sebahagian petani karet yang menganggap bahwa pendidikan anak hanya sebagai sesuatu yang membuang waktu dan uang, karena pendidikan dianggap cara untuk memperoleh pengetahuan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal juga bisa didapatkan dengan cara ikut membantu orang tua bekerja. Namun ada juga petani karet yang kurang peduli terhadap pendidikan anak, dalam artian tidak melarang dan juga tidak mendorong anaknya untuk melanjutkan pendidikan. Dari persepsi tersebut terlihat sebagian besar petani karet berpandangan negatif terhadap pendidikan anak. Apabila ditinjau dari teori fenomenologi dimana struktur dan cara-cara bekerjanya kesadaran manusia dari pengalaman inderawi maksudnya bermakna kepada dunia yang penuh dengan objek-objek yang bermakna. Hal itu menjadikan pendidikan tidak menarik bagi mereka, karena sikap yang tidak mempunyai cita-cita, kurang berambisi, dan merasa terasing dari masyarakat luas, serta memiliki sedikit tujuan hidup dan cenderung hanya menerima nasib, sehingga menilai uang lebih baik daripada pendidikan. Sebagian anak-anak dari masyarakat petani karet di Nagari Gunung Selasih menganggap pendidikan yang diikutinya bukanlah hal yang penting, karena pada dasarnya tujuan pendidikan itu adalah untuk mencari uang, walaupun orang tua menginginkan mereka

dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Sebaliknya, sebagian anak-anak masyarakat petani menginginkan untuk terus melajutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi, walaupun orang tua kurang memperhatikan masalah pendidikan mereka. Kehidupan adalah sesuatu yang tidak begitu digubris oleh teori-teori sosial yang professional, dan paling tidak ia diturunkan dari atas (manakala diangkat menjadi teori sosial yang resmi), maka apa yang dilakukan teori sosial adalah mengambil alih realitas kehidupan. Pandangan bahwa tidak ada sesuatu yang menjadi penyebab sosial sebenarnya tidak sepenuhnya berasal dari teori sosial yang amatir. Seseorang tidak bisa mempercayai hal itu dan hidup dalam kehidupan manusia. Khayalan tentang berbagai penyebab yang membayangi dunia sosial, suatu dunia yang dengan gamblang mengemukakan bahwa kehidupan yang ada didalamnya tidaklah perlu mempunyai kebutuhan atau mencari kesempatan untuk percaya, adalah semata pembiusan, karena kehidupan itu tergantung kepada kepercayaan (Dahrendorf, 1986:197-198). Nilai penting dari kehidupan adalah kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Menurut Walter Friandler, Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang teroganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan (Rukminto, 1994:3). Selanjutnya kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang teroganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya mencakup pula kebijakan dan pelayanan yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi, tradisi, budaya, dan lain sebagainya (Rukminto, 1994:4). Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat dipahami bahwa, nilai penting dari kehidupan adalah untuk memperoleh kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun kehidupan spiritual. Hal itu akan dapat diperoleh dari mengikuti pendidikan yang akan dipahami melalui proses belajar di jalur pendidikan. Pandangan terhadap pendidikan dalam kehidupan bagi seseorang tidaklah sama, karena ada yang menilai peningkatan taraf hidup seseorang hanya bisa diperoleh dari pengetahuan yang didapatkan melalui pendidikan. Namun sebagian berpendapat bahwa ukuran keberhasilan hanya bisa diperoleh dari usaha dan kerja keras yang tidak membutuhkan pendidikan. Hal tersebut terlihat dari kelalaian anak dalam mengikuti pendidikan dan juga kelalaian orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan anak. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Profil petani karet yang menjadi informan penelitian adalah petani yang cukup baik dalam sisi ekonomi, karena telah memiliki lahan sendiri minimal 1,5 hektar yang memberikan penghasilan Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 juta perminggunya. Alasan menjadi petani karet pada umumnya hampir sama, yaitu untuk tujuan mendapatkan penghasilan dari panenan tanaman karet yang lebih baik dibandingkan hasil yang didapatkan panenan tanaman lainnya. Selasih dapat dilihat dari dua aspek yaitu; 1) aspek positif terlihat dari sebagian petani karet di Nagari Gunung Selasih ada yang lebih mengutamakan pendidikan anak sehingga mengupayakan pendidikan anaknya sampai ke perguruan tinggi. 2) aspek negatif terlihat dari sebahagian petani karet yang menganggap bahwa pendidikan anak hanya sebagai sesuatu yang membuang waktu dan uang, karena pendidikan dianggap cara untuk memperoleh pengetahuan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal juga bisa didapatkan dengan cara ikut membantu orang tua bekerja. Namun ada juga petani karet yang kurang peduli terhadap pendidikan anak, dalam artian tidak melarang dan juga tidak mendorong anaknya untuk melanjutkan pendidikan.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada instansi-instansi terkait, untuk dapat terjun ke lapangan bukan hanya memberi masukan mengenai kondisi pertanian saja, akan tetapi juga memberi masukan tentang pentingnya pendidikan anak dengan harapan petani karet dapat lebih memperhatikan keberadaan pendidikan anak-anak mereka. 2. Disarankan kepada masyarakat petani karet, agar lebih memperhatikan pendidikan anakanak disebabkan pendidikan anak juga lebih penting, walaupun nantinya anak akan dididik menjadi seorang petani, namun dengan mengikuti pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi diharapkan anak mampu menjadi petani modern yang memungkinkan memperoleh penghasilan yang lebih besar dibandingkan menjadi petani tradisional yang tidak memerlukan pendidikan tinggi. DATAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Agribisnis Deperteman Pertanian. 2003. Potensi Dan Peluang Investasi Agribisnis Provinsi Sumatera Barat. Yogyakarta: Kanisius. Gunarsa, Singgih D. 1987. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mukhtar, 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada. Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Indonesia. Soelaiman, Munandar. 1987. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Eresco. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.