BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber daya manusia yang memperhatikan beberapa faktor seperti faktor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah.

UNIVERSITAS UDAYANA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MEDIA FILM DAN PERMAINAN EDUKATIF DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU KEAMANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu prioritas pangan yang menjadi perhatian serius adalah pangan

Isu Pengelolaan Higiene Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

SOSIALISASI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) YANG AMAN DI SDN 8 LANGKAI KOTA PALANGKARAYA.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup pangan yang bergizi dan aman dikonsumsi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dan pembinaan dari pemerintah. Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia

Motto: SAFE FOOD FOR ALL

berturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional, dan untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

PENDAHULUAN Latar Belakang

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. mikroba patogen. Pangan juga dapat menimbulkan masalah serius jika

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini membahas tentang implementasi kebijakan sertifikasi keamanan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui oleh manusia.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DESA PANGAN AMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

GUBERNUR SUMATERA BARAT

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Program Studi Gizi.

SUKOHARJO. Oleh : Kesehatan Bidang J NIM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan makanan jajanan di Indonesia yang berbasis home industry

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, makanan harus baik, dan aman untuk dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Buku Kedokteran EGC. hlm ibid. hlm. 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, keamanan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK. Pada kenyataannya dunia pendidikan di Indonesia masih belum

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan Balai Besar Pengawas Obat dan. Makanan (BPOM) per 2013 menyatakan PJAS (Panganan Jajanan Anak

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatwa Tresna Radityan, 2014

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA BAKSO YANG DISAJIKAN PADA KIOS BAKSO PERMANEN DI KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO

OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013

KLB KERACUNAN PANGAN

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua masih berpengaruh dalam. memberikan arahan untuk anak (Santrock, 2008; Wong, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk mempertahankan suhu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menjadi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari ketersediaan dan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sumber daya manusia yang memperhatikan beberapa faktor seperti faktor pangan (gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, dan jasa pelayanan lainnya (Revida, 2011). Pembangunan manusia yang sehat dan cerdas tentunya tidak terlepas pula dari bahan pangan yang dikonsumsinya. Dimana pangan yang dikonsumsi harus memenuhi syarat memiliki kandungan gizi yang lengkap dan aman bagi kesehatan Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu, dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan keamanan pangan merupakan kondisi atau upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dinyatakan bahwa keamanan pangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan diedarkan atau dikonsumsi oleh masyarakat. 1

2 Brug dan Bradley dalam Hamida et al., (2013) menyatakan bahwa saat ini keamanan pangan masih menjadi keprihatinan dunia karena ratusan juta manusia dilaporkan menderita penyakit akibat keracunan pangan. World Health Organization (WHO) memperkirakan ada sekitar 2 juta korban, terutama anak-anak, meninggal dunia setiap tahunnya akibat makanan yang tidak aman. Demikian pula di Indonesia, keamanan pangan juga masih menjadi persoalan yang cukup serius karena masih banyaknya ditemukan kasus keracunan makanan maupun penyakit akibat bahan pangan yang tidak aman (Laptah Balai Besar POM di Denpasar, 2015). Dalam Syah et al. (2015) disebutkan bahwa Badan POM RI pada tahun 2010 dalam hasil surveynya mendapatkan sebanyak 141 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan. Dimana dari 141 kejadian tersebut, sebanyak 15% disebabkan oleh pangan jajanan anak sekolah dengan tingkat kejadian tertinggi (69% - 79%) terjadi di Sekolah Dasar. Pada tahun 2015 dilaporkan telah terjadi 2 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia. Dimana berdasarkan tempat distribusinya, sebanyak 50% terjadi ditempat terbuka dan 50% terjadi di Sekolah Dasar. Salah satu KLB tersebut terjadi di Provinsi Bali. KLB tersebut terjadi pada Bulan November tahun 2015 di Desa Singapadu Tengah Kabupaten Gianyar khususnya di SD 2 Singapadu Tengah. Sebanyak 25 orang mengalami keracunan yang disebabkan oleh makanan di kantin sekolah yang mengandung bakteri E.coli dan Salmonella [Desak & Ayu, Wawancara, 5 Januari 2016]. Anak sekolah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sering mengalami masalah keracunan makanan jajanan (Hamida et al, 2013) Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius, mengingat anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa. Pembentukan kualitas sumber daya manusia sejak masa

3 sekolah akan mempengaruhi kualitas mereka saat mencapai usia produktif. Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya anak sekolah dalam hal keamanan pangan, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat mengarahkan mereka ke perilaku yang lebih baik, terutama dalam melakukan pencegahan terhadap pangan berbahaya. Dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada anak sekolah, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya promotif dan preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada dan mencegah timbulnya penyakit serta membantu dalam mengatasi masalah kesehatan yang harus diberikan secara berkesinambungan (Effendi, 1998 dalam Hadi et al., 2012). Kumboyono (2011) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media akan dapat membantu memperjelas informasi yang disampaikan karena dapat lebih menarik, interaktif, dan dapat mengatasi batasan ruang, waktu, dan indera manusia. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan serta motivasi belajar siswa (Ambarwati, U, Kurniawati, K, & Darojah, 2014; Hamida et al., 2013). Menurut Sadiman (2011) dalam Wibowo (2011) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Media pembelajaran yang tepat dan menarik dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar (Hermawan, 2013). Beberapa contoh media pembelajaran yang dapat

4 digunakan untuk anak sekolah yaitu media film edukatif berupa film kartun animasi dan permainan edukatif berupa ular tangga. Media film edukatif merupakan salah satu media audio visual yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan, sedangkan media permainan ular tangga melibatkan indera penglihatan, pendengaran, dan partisipasi siswa. Beberapa penelitian sebelumnya dalam Rahmattullah (2011) menyatakan bahwa film animasi mampu menyediakan tampilan visual yang lebih kuat dari berbagai fenomena dan informasi-informasi abstrak yang sangat berperan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar; meningkatkan minat, pemahaman, dan keterampilan bekerja dalam kelompok. Sedangkan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapatkan inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan siswa lainnya dalam melakukan permainan (Dananjaya, 2013 dalam Setyaningsih & Dewi, 2015). Teori kerucut pengalaman Edgar Dale (Dale s Cone of Experince) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang akan lebih baik jika melibatkannnya langsung dengan pengalaman yang konkret (Iryanto & Arthana, 2015). Teori tersebut juga menyatakan bahwa seseorang dapat mencapai hasil belajar 10% dari apa yang ia baca, 20% dari apa yang ia dengar, 30% dari apa yang ia lihat, 50% dari apa yang ia lihat dan dengar, 70% dari yang ia katakan, dan 90% dari yang ia lakukan (Nursulistiyo, 2014). Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang memiliki fungsi salah satunya yaitu memantau dan memberikan pembinaan dalam bidang pengawasan obat dan makanan. Dalam melakukan pembinaan khususnya di bidang makanan, berbagai macam media

5 dimiliki oleh Badan POM untuk menyampaikan pesan keamanan pangan kepada masyarakat. Namun sampai saat ini belum ada penelitian mengenai media mana yang paling efektif dalam menyampaikan pesan keamanan terutama pada siswa sekolah dasar. Terjadinya KLB keracunan makanan pada anak sekolah merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius. Kejadian tersebut selain menandakan perlunya dilakukan pembinaan dan pengawasan kantin sekolah oleh pihak sekolah dan Balai Besar POM di Denpasar, siswa juga perlu ditingkatkan pemahamannya mengenai keamanan pangan untuk mencegah dirinya terhadap pangan berbahaya. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar, dapat dilakukan penyuluhan dengan bantuan media film dan permainan edukatif agar informasi dapat tersampaikan dengan jelas. Belum diketahuinya media mana yang paling efektif maka perlu dilakukan penelitian mengenai Perbedaan Efektivitas Media Film dan Permainan Edukatif dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Keamanan Pangan pada Siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Masih adanya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan di Indonesia khususnya di Provinsi Bali merupakan tanda bahwa perlu lebih ditingkatkannya promosi mengenai keamanan pangan, terutama pada anak usia sekolah. Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terkait keamanan pangan sehingga dapat mengarah ke perilaku yang lebih baik dalam memilih pangan yang aman. Dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan. Namun penyuluhan akan lebih efektif apabila menggunakan media sebagai sarana pembantu sesuai dengan

6 kelompok sasaran yang dihadapi. Media film dan permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan permainan kartu kuartet merupakan beberapa contoh media yang dapat digunakan untuk sasaran anak usia sekolah. Belum diketahuinya perbedaan efektivitas media tersebut dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai keamanan pangan, maka perlu dilakukan penelitian. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berkut : Bagaimana perbandingan efektivitas media film dan permainan edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan pada siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas media film dan permainan edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan pada siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui peningkatan pengetahuan tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 2. Mengetahui peningkatan sikap tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar.

7 3. Mengetahui peningkatan perilaku tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan promosi kesehatan, khususnya promosi kesehatan mengenai keamanan pangan dengan metode audio visual dan permainan edukatif yang melibatkan indera pesertanya, seperti film edukatif dan permainan ular tangga. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya, terutama penelitian yang berhubungan dengan efektivitas media edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada Balai Besar POM di Denpasar agar dapat mengembangkan upaya promosi keamanan pangan dengan memanfaatkan media yang sesuai untuk sasaran kelompok rawan terhadap pangan jajanan seperti anak usia sekolah dasar. 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang promosi kesehatan. Penelitian ini menganalisis mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan bagi siswa SD di Singapadu Tengah, sebelum dan setelah diberikan perlakuan oleh peneliti dengan menggunakan film edukatif dan permainan ular tangga yang akan dilakukan pada bulan April 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan kuasi eksperimen,

8 menggunakan pre-test dan post-test, kuisioner, dan observasi. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.