BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak terlepas dari ketersediaan dan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sumber daya manusia yang memperhatikan beberapa faktor seperti faktor pangan (gizi), kesehatan, pendidikan, informasi, dan jasa pelayanan lainnya (Revida, 2011). Pembangunan manusia yang sehat dan cerdas tentunya tidak terlepas pula dari bahan pangan yang dikonsumsinya. Dimana pangan yang dikonsumsi harus memenuhi syarat memiliki kandungan gizi yang lengkap dan aman bagi kesehatan Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu, dan Gizi Pangan, pangan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Sedangkan keamanan pangan merupakan kondisi atau upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut juga dinyatakan bahwa keamanan pangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap produk pangan yang akan diedarkan atau dikonsumsi oleh masyarakat. 1
2 Brug dan Bradley dalam Hamida et al., (2013) menyatakan bahwa saat ini keamanan pangan masih menjadi keprihatinan dunia karena ratusan juta manusia dilaporkan menderita penyakit akibat keracunan pangan. World Health Organization (WHO) memperkirakan ada sekitar 2 juta korban, terutama anak-anak, meninggal dunia setiap tahunnya akibat makanan yang tidak aman. Demikian pula di Indonesia, keamanan pangan juga masih menjadi persoalan yang cukup serius karena masih banyaknya ditemukan kasus keracunan makanan maupun penyakit akibat bahan pangan yang tidak aman (Laptah Balai Besar POM di Denpasar, 2015). Dalam Syah et al. (2015) disebutkan bahwa Badan POM RI pada tahun 2010 dalam hasil surveynya mendapatkan sebanyak 141 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan. Dimana dari 141 kejadian tersebut, sebanyak 15% disebabkan oleh pangan jajanan anak sekolah dengan tingkat kejadian tertinggi (69% - 79%) terjadi di Sekolah Dasar. Pada tahun 2015 dilaporkan telah terjadi 2 kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia. Dimana berdasarkan tempat distribusinya, sebanyak 50% terjadi ditempat terbuka dan 50% terjadi di Sekolah Dasar. Salah satu KLB tersebut terjadi di Provinsi Bali. KLB tersebut terjadi pada Bulan November tahun 2015 di Desa Singapadu Tengah Kabupaten Gianyar khususnya di SD 2 Singapadu Tengah. Sebanyak 25 orang mengalami keracunan yang disebabkan oleh makanan di kantin sekolah yang mengandung bakteri E.coli dan Salmonella [Desak & Ayu, Wawancara, 5 Januari 2016]. Anak sekolah merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sering mengalami masalah keracunan makanan jajanan (Hamida et al, 2013) Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang cukup serius, mengingat anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa. Pembentukan kualitas sumber daya manusia sejak masa
3 sekolah akan mempengaruhi kualitas mereka saat mencapai usia produktif. Maka dari itu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya anak sekolah dalam hal keamanan pangan, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat mengarahkan mereka ke perilaku yang lebih baik, terutama dalam melakukan pencegahan terhadap pangan berbahaya. Dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada anak sekolah, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya promotif dan preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada dan mencegah timbulnya penyakit serta membantu dalam mengatasi masalah kesehatan yang harus diberikan secara berkesinambungan (Effendi, 1998 dalam Hadi et al., 2012). Kumboyono (2011) menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media akan dapat membantu memperjelas informasi yang disampaikan karena dapat lebih menarik, interaktif, dan dapat mengatasi batasan ruang, waktu, dan indera manusia. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan menggunakan media lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan serta motivasi belajar siswa (Ambarwati, U, Kurniawati, K, & Darojah, 2014; Hamida et al., 2013). Menurut Sadiman (2011) dalam Wibowo (2011) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Media pembelajaran yang tepat dan menarik dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar (Hermawan, 2013). Beberapa contoh media pembelajaran yang dapat
4 digunakan untuk anak sekolah yaitu media film edukatif berupa film kartun animasi dan permainan edukatif berupa ular tangga. Media film edukatif merupakan salah satu media audio visual yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan, sedangkan media permainan ular tangga melibatkan indera penglihatan, pendengaran, dan partisipasi siswa. Beberapa penelitian sebelumnya dalam Rahmattullah (2011) menyatakan bahwa film animasi mampu menyediakan tampilan visual yang lebih kuat dari berbagai fenomena dan informasi-informasi abstrak yang sangat berperan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar; meningkatkan minat, pemahaman, dan keterampilan bekerja dalam kelompok. Sedangkan permainan ular tangga sebagai media pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapatkan inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan siswa lainnya dalam melakukan permainan (Dananjaya, 2013 dalam Setyaningsih & Dewi, 2015). Teori kerucut pengalaman Edgar Dale (Dale s Cone of Experince) menyatakan bahwa hasil belajar seseorang akan lebih baik jika melibatkannnya langsung dengan pengalaman yang konkret (Iryanto & Arthana, 2015). Teori tersebut juga menyatakan bahwa seseorang dapat mencapai hasil belajar 10% dari apa yang ia baca, 20% dari apa yang ia dengar, 30% dari apa yang ia lihat, 50% dari apa yang ia lihat dan dengar, 70% dari yang ia katakan, dan 90% dari yang ia lakukan (Nursulistiyo, 2014). Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang memiliki fungsi salah satunya yaitu memantau dan memberikan pembinaan dalam bidang pengawasan obat dan makanan. Dalam melakukan pembinaan khususnya di bidang makanan, berbagai macam media
5 dimiliki oleh Badan POM untuk menyampaikan pesan keamanan pangan kepada masyarakat. Namun sampai saat ini belum ada penelitian mengenai media mana yang paling efektif dalam menyampaikan pesan keamanan terutama pada siswa sekolah dasar. Terjadinya KLB keracunan makanan pada anak sekolah merupakan suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius. Kejadian tersebut selain menandakan perlunya dilakukan pembinaan dan pengawasan kantin sekolah oleh pihak sekolah dan Balai Besar POM di Denpasar, siswa juga perlu ditingkatkan pemahamannya mengenai keamanan pangan untuk mencegah dirinya terhadap pangan berbahaya. Dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar, dapat dilakukan penyuluhan dengan bantuan media film dan permainan edukatif agar informasi dapat tersampaikan dengan jelas. Belum diketahuinya media mana yang paling efektif maka perlu dilakukan penelitian mengenai Perbedaan Efektivitas Media Film dan Permainan Edukatif dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Keamanan Pangan pada Siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.2 Rumusan Masalah Masih adanya kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan di Indonesia khususnya di Provinsi Bali merupakan tanda bahwa perlu lebih ditingkatkannya promosi mengenai keamanan pangan, terutama pada anak usia sekolah. Dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya terkait keamanan pangan sehingga dapat mengarah ke perilaku yang lebih baik dalam memilih pangan yang aman. Dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan. Namun penyuluhan akan lebih efektif apabila menggunakan media sebagai sarana pembantu sesuai dengan
6 kelompok sasaran yang dihadapi. Media film dan permainan edukatif seperti permainan ular tangga dan permainan kartu kuartet merupakan beberapa contoh media yang dapat digunakan untuk sasaran anak usia sekolah. Belum diketahuinya perbedaan efektivitas media tersebut dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai keamanan pangan, maka perlu dilakukan penelitian. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berkut : Bagaimana perbandingan efektivitas media film dan permainan edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan pada siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas media film dan permainan edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan pada siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui peningkatan pengetahuan tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 2. Mengetahui peningkatan sikap tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar.
7 3. Mengetahui peningkatan perilaku tentang keamanan pangan sebelum dan sesudah penyuluhan dengan media film dan permainan edukatif bagi siswa SD di Singapadu Tengah, Gianyar. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan promosi kesehatan, khususnya promosi kesehatan mengenai keamanan pangan dengan metode audio visual dan permainan edukatif yang melibatkan indera pesertanya, seperti film edukatif dan permainan ular tangga. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya, terutama penelitian yang berhubungan dengan efektivitas media edukatif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan kepada Balai Besar POM di Denpasar agar dapat mengembangkan upaya promosi keamanan pangan dengan memanfaatkan media yang sesuai untuk sasaran kelompok rawan terhadap pangan jajanan seperti anak usia sekolah dasar. 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang promosi kesehatan. Penelitian ini menganalisis mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku keamanan pangan bagi siswa SD di Singapadu Tengah, sebelum dan setelah diberikan perlakuan oleh peneliti dengan menggunakan film edukatif dan permainan ular tangga yang akan dilakukan pada bulan April 2016. Pengumpulan data dilakukan dengan kuasi eksperimen,
8 menggunakan pre-test dan post-test, kuisioner, dan observasi. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.