BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan utama dalam proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa siswa menuju pada keadaan yang lebih baik. Susanto (2012:170) menyatakan pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip. Proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah dasar dengan penyelidikan sederhana bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Kegiatan pembelajaran IPA akan mendapatkan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA. Adapun penyebab dari penurunan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah guru kurang kreatif dalam penerapan pembelajaran itu menjadi monoton, akibatnya minat siswa terhadap pembelajaran IPA juga kurang. IPA juga terkadang masih tertinggal dari matapelajaran yang lainya. Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains, disingkat menjadi IPA merupakan salah satu pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia termasuk pada jenjang sekolah dasar. Menurut James Conant dalam (Samatowa 2010:1) suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbuki dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. 1
2 Berdasarkan temuan Depdiknas (2004), dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPA. Guru dalam menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan masih banyak siswa yang tidak memahami materi IPA. Data hasil belajar dan pelaksanaan mata pelajaran IPA perlu ditingkatkan khususnya dalam proses pembelajaran, agar siswa sekolah dasar mampu memahami materi pada pelajaran IPA. Hasil belajar IPA siswa yang sangat rendah merupakan permasalahan yang sangat serius dan harus segera diatasi. Proses belajar IPA harusnya berlangsung mengasyikan dan dalam suasana gembira, sehingga jalan masuk untuk ilmu pengetahuan akan terbuka lebar dan tersimpan dengan baik. Tentunya guru mempunyai peran besar dalam menyelenggarakan suasana belajar, karena guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran, guru harus menggunakan media yang sesuai, memilih metode yang tepat dalam memecahkan masalah belajar pada siswa. Guru juga harus mampu mencapai tujuan pembelajaran sehingga hasil belajar IPA pada siswa akan meningkat dan mencapai ketuntasan KKM. Berdasarkan data nilai ulangan harian IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Surengede Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016, diketahui jumlah siswa kelas 5 berjumlah 28 siswa dengan perincian 13 siswa laki-laki dan 15 perempuan. Nilai ulangan harian tergolong sangat rendah, ditunjukan 6 siswa (21,42%) yang mendapatkan nilai diatas KKM dan sisanya 22 siswa (78,58%) nilainya dibawah KKM yang ditetapkan sekolah 70. Dari persentasi itu menunjukan bahwa siswa yang tidak tuntas lebih banyak dibandingkan siswa yang tuntas. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran IPA di kelas 5 SDN 2 Surengede kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru. Cara mengajar yang dilakukan masih konvensional menggunakan metode ceramah. Pembelajaran menggunakan metode ceramah lebih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. Guru masih terpaku pada buku teks saja, sehingga pengetahuan atau materi yang didapat siswa dalam bentuk penghafalan konsep bukan pemahaman konsep. Siswa
3 hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru, setelah itu siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam buku pegangan siswa. Cara mengajar seperti itu akan menyebabkan siswa pasif sehingga menimbulkan kejenuhan dalam belajar. Partisipasi aktif siswa yang kurang dalam pembelajaran akan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Guru juga harus menyadari bahwa dalam pembelajaran membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung. Guru juga harus meningkatkan partisipasi aktif antar siswa dan guru dalam mengungkapkan ide, pendapatnya sehingga hasil belajar IPA akan meningkat. Berdasarkan analisis masalah yang muncul, peneliti menetapkan alternatif tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA. Alternatif tindakan yang dipilih adalah dengan penerapan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran (Sunal dan Hanz dalam Isjoni 2011:15), Sehingga prestasi belajar diharapkan dapat lebih meningkat. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model TPS memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran karena dilaksanakan dalam kelompok kecil atau berpasangan sehingga siswa tidak hanya mengandalkan teman tetapi juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, model ini juga berguna untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, sikap dan keterampilannya dan hal ini secara langsung berdampak pula pada aktivitas guru dan hasil belajar siswa.
4 Berdasarkan latar belakang telah dipaparkan, maka penulis akan melakukan penelitian melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajarn Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share) Siswa kelas 5 SDN 2 Surengede Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah masalah yang peneliti temukan penyebab rendahnya nilai hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Surengede Kejajar Wonosobo, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi pembelajaran IPA belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif hanya menyampaikan informasi tanpa memberikan kesempatan untuk diskusi. b. Guru lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pemahaman konsep. c. Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam memberikan ide dan pendapatnya. d. Nilai hasil ulangan harian siswa kelas 5 yang masih rendah hanya 6 siswa (21,42%) yang mendapatkan nilai diatas KKM dan 22 siswa (78,58%) nilainya dibawah KKM. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakan penggunaan model kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 02 Surengede Wonosobo semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 2 Surengede Wonosobo tahun pelajaran 2015/2016.
5 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis serta praktis pada masyarakat, khususnya dibidang pendidikan: 1.5.1 Manfaat secara teoritis Manfaat yang diambil untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang peningkatan hasil belajar melalui penggunaan model TPS (Think-Pair-Share) sehingga dapat menambah wawasan berfikir untuk dapat dijadikan dasar bertindak bagi insan pendidik dan dunia kependidikan pada umumnya, baik oleh penulis PTK ini maupun penulis lainya. 1.5.2 Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Memotivasi guru untuk mengembangkan model pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran di kelas. 2) Membantu guru untuk menemukan strategi belajar baru yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. b. Bagi Siswa 1) Melatih siswa untuk mengembangkan hasil dalam belajar. 2) Melatih siswa agar lebih berani mengungkapkan pendapat atau pertanyaan di kelas sesuai dengan pemahaman siswa. 3) Membantu siswa untuk mengembangkan minat, sehingga siswa mampu mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang didapatkanya dikelas. c. Bagi Sekolah Memberikan masukan berupa pengetahuan dalam mengembangkan model pembelajaran terutama model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) untuk meningkatkan hasil belajar IPA.