BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori sinyal (signaling theory) sebagai teori

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), adanya pemisahan antara. kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi akuntansi yang berhubungan dengan kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak, dimana pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. orientation) maupun organisasi yang tidak berorentasi pada laba (non-profit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

PENGANTAR MANAJEMEN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memberi wewenang (principle) yaitu pemilik atau pemegang saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. bebas antar perusahaan-perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di. memiliki tujuan dalam mendirikan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan mempunyai fungsi utama sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modal, para investor saham mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan keagenan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Oleh sebab itu, informasi yang disajikan harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Publik, Debt to

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pengolahan atau manufaktur adalah perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN MODAL INTELEKTUAL SEBAGAI PREDIKTOR PERATAAN LABA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk berinvestasi, para investor terlebih dahulu memperhitungkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang menjelaskan hubungan kerjasama antara principal(pemilik perusahaan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan issue penting terutama di era globalisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Leverage, Dividend Payout Ratio dan Net Profit Margin terhadap Perataan. Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengantindakan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal perusahaan. 1 Laporan keuangan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna dalam pembuatan keputusan ekonomi (IAI, 2012). mengambil keputusan secara tepat adalah andal dan relevan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan di Indonesia menghadapi sebuah tantangan bisnis yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer). Adanya pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Priantinah (2008), Kontrak kerja dari pemilik/pemegang saham (principal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau kinerja manager. Informasi tentang laba dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konflik manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika. terjadi karena adanya asimetri informmasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil dari kegiatan operasional perusahaan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa. perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar perusahaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori sinyal (signaling theory) sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori keagenan (agency theory) sebagai teori pendukung (supporting theory) serta definisi-definisi yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dibahas. 2.1. Teori Sinyal (Signalling Theory) Menurut Morris (1987), teori sinyal menunjukkan bagaimana masalah asimetris informasi dalam pasar dapat dikurangi dengan memberikan sinyal informasi yang lebih banyak kepada pihak lain. Asimetris informasi dalam pasar modal terjadi karena pihak perusahaan (manajemen) memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak luar perusahaan (investor). Godfrey et al. (2006) juga berpendapat bahwa teori sinyal berbicara mengenai manajer yang menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan sinyal harapan dan tujuan masa depan perusahaan. Jadi, teori sinyal merupakan teori tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan berupa informasi mengenai apa saja yang telah dilakukan manajemen perusahaan untuk merealisasikan keinginan para pemilik perusahaan serta informasi-informasi lain yang menunjukkan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. 9

10 Astika (2011:66) menyatakan bahwa teori sinyal menjelaskan alasan mengapa manajer suatu perusahaan memiliki insentif secara sukarela untuk melaporkan informasi-informasi kepada pasar modal, walaupun tidak ada yang mengharuskan. Kemampuan perusahaan memperoleh modal akan meningkat jika perusahaan memiliki reputasi baik yang tercermin dari laporan keuangannya. Nilai perusahaan dapat ditingkatkan jika manajemen secara sukarela melaporkan (memberi sinyal) informasi privat tentang perusahaan yang dikelolanya secara kredibel, sehingga mengurangi ketidakpastian yang dihadapi pihak luar mengenai prospek masa depan investasinya. Studi yang dilakukan Spence (1973) dalam Marisanti (2012) menujukkan bukti bahwa biaya atas sinyal bad news lebih tinggi dariapada good news. Oleh karena itu, manajemen perusahaan lebih termotivasi untuk mengungkapkan modal intelektual sebagai informasi privat secara sukarela. Dengan melakukan pengungkapan yang lebih tentang modal intelektual yang dimiliki perusahaan, diharapkan dapat mengirimkan sinyal good news kepada pihak eksternal perusahaan bahwa perusahaan saat ini sedang berinventasi dalam bentuk modal intelektual yang diharapkan akan memberikan keuntungan ekonomi untuk perusahaan dimasa yang akan datang sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan (Marisanti, 2012). 2.2 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak yang terjadi antara satu orang atau lebih, dimana pemilik

11 (principal) menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Dengan kata lain, principal memberikan suatu tanggung jawab kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai kontrak kerja yang telah disepakati. Pihak yang disebut sebagai principal adalah pemilik modal atau investor, sedangkan yang disebut sebagai agent adalah manajer perusahaan. Teori ini memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Konflik kepentingan tersebut berupa asimetri informasi yang dapat memengaruhi kualitas laba yang dilaporkan karena pihak agent memiliki informasi lebih banyak dibandingkan principal. Hal tersebut cenderung membuat pihak agent akan menyusun laporan laba yang sesuai dengan tujuannya, yaitu memaksimalkan kompensasinya, bukan sesuai tujuan principal, yaitu memaksimumkan return on invesment (ROI) dan harga saham (Astika, 2011:65). Jadi bisa dikatakan bahwa pihak agent lebih mengutamakan kepentingan pribadinya, sedangkan pihak principal tidak menyukai hal tersebut dan lebih memilih untuk mendapatkan kompensasi dari perusahaan sebesarbesarnya melalui saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa masalah keagenen muncul jika proporsi kepemilikan saham kurang dari 100%. Hal inilah yang cenderung mendorong manajer untuk mengejar kepentingannya sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan keputusan pendanaan. Salah satu cara manajemen untuk memaksimumkan kepuasan dan kemakmurannya

12 adalah dengan melakukan perataan laba, yaitu dengan cara memilih metode akuntansi dengan tujuan untuk menarik perhatian invenstor yang cenderung terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses yang digunakan (Mursalim, 2006). Untuk mengatasi masalah ini, dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak pemilik (prinsipal) dengan harapan manajer akan merasakan langsung akibat dan manfaat dari keputusan yang diambilnya, sehingga manajemen tidak mungkin bertindak oportunistik lagi (Jensen dan Meckling, 1976). Jensen dan Meckling (1976), juga Watts and Zimmerman (1986) menyatakan bahwa penyusunan laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan konflik yang terjadi. Sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, agent diwajibkan melaporkan laporan keuangan kepada principal agar principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agent bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent. 2.3 Nilai Perusahaan Agnes (2013) menyatakan nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari seluruh komponen keuangan perusahaan yang bersedia dibayar oleh calon pembeli yang tercermin dari harga sahamnya. Secara umum, nilai perusahaan merupakan pandangan investor terhadap perusahaan yang dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi harga saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan (Prayudi dan Daud, 2013). Nilai perusahaan juga dikatakan

13 sebagai suatu ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam operasi masa lalu dan prospek dimasa depan untuk meyakinkan para pemegang saham (Yasinta, 2014). Menurut theory of the firm, tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan, yang berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Salvatore, 2005). Hal serupa juga dijelaskan oleh Sudibya dan Restuti (2014), dimana tujuan jangka panjang perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, sehingga jika suatu perusahaan dianggap memiliki suatu nilai, itu berarti perusahaan tersebut berharga atau memiliki prospek masa depan. Weston and Copeland (1992) menyatakan bahwa ukuran yang paling tepat untuk mengukur nilai perusahaan adalah rasio penilaian (valuation), yaitu market value ratio yang terdiri dari price earning ratio, price/cash flow ratio dan price to book value ratio. 2.4 Kepemilikan Manajerial Menurut Downes dan Goodman (1999) dalam Murwaningsari (2009), kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang juga berarti dalam hal ini sebagai pemilik dalam perusahaan dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan yang bersangkutan. Jensen dan Meckling (1976) menunjukkan bahwa untuk meminimalkan konflik keagenan dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial di dalam perusahaan. Salah satu cara untuk meningkatkan kepemilikan manajerial adalah dengan pemberian kompensasi berbasis ekuitas kepada manajer

14 (Prempanichnukul dan Krittaya, 2012). Kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, akan menimbulkan suatu dugaan bahwa hal tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan, sebagai akibat dari meningkatnya kepemilikan manajemen (Putra, 2013). Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen, maka semakin kuat kecenderungan manajemen tersebut untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada dalam perusahaan, sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). 2.5 Modal Intelektual Organization for Co-operation and Development (OECD) menjelaskan modal intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tak berwujud, yaitu (Ulum, 2007): 1) Organizational (structural) Capital, yang mengacu pada hal-hal seperti sistem perangkat lunak, jaringan distribusi, dan rantai pasokan. 2) Human Capital, yang meliputi sumber daya manusia dalam organisasi (sumber daya tenaga kerja) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan pemasok. Sementara menurut William (2001), modal intelektual adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan (Putra, 2012). Bontis et al (2000)

15 menyatakan bahwa secara umum modal intelektual terdiri dari tiga elemen utama, yaitu: 1) Human capital (HC), merupakan keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam meproduksi barang dan jasa, serta kemampuannya dalam berhubungan baik dengan pelanggan. Keahlian dan kompetensi yang dimaksud adalah pendidikan, pengalaman, dan keterampilan. Jika perusahaan berhasil mengelola pengetahuan karyawannya, maka akan meningkatkan human capital. 2) Structural capital (SC), merupakan infrastruktur yang dimiliki perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Infrastruktur yang dimaksud adalah sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk dagang, dan kursus pelatihan. 3) Customer capital (CC), merupakan orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan, yaitu orang-orang yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut, seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan. 2.6 Perataan Laba Belkaoui (2007:192) menyatakan bahwa definisi terbaik dari perataan laba disajikan oleh Beidleman, dimana perataan dari laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai pengurangan fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan, serta mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi

16 yang abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik. Perataan laba juga dapat dilihat sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut (Fudenberg and Tirole, 1995). Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba dikarenakan beberapa alasan, yaitu menaikkan nilai perusahaan, sehingga muncul anggapan bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah (Foster 1986), menaikkan harga saham perusahaan (Kirschenheiter dan Melumad, 2005), mendapatkan kompensasi (Wild et al, 2001 dalam Poll, 2004), dan mempertahankan posisi jabatannya (Fudenberg dan Tirole, 1995). Untuk meratakan laba, para manajer mengambil tindakan dengan menaikkan pendapatan yang dilaporkan saat pendapatan rendah, dan menurunkan pendapatan yang dilaporkan saat pendapatan relatif tinggi, dan hal inilah yang membedakan perataan laba dengan proses yang berhubungan dengan melebih-lebihkan laba (Fudenberg and Tirole, 1995). Meskipun perataan laba diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi, namun praktik perataan dapat menyebabkan laba yang diungkapkan menjadi tidak memadai, bahkan menyesatkan, sehingga investor tidak memiliki informasi akurat mengenai laba dan gagal dalam menaksir resiko investasi mereka (Aji dan Mita, 2010). Menurut Eckel (1981), ada dua jenis perataan laba, yaitu naturally smoothing dan intentionally smoothing. Naturally smoothing memiliki indikasi bahwa sifat proses perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran

17 penghasilan atau laba yang rata. Sedangkan intentionally smoothing merupakan perataan laba yang mengandung intervensi manajemen. Ada dua bentuk intentionally smoothing, yaitu (1) artificial smoothing, yaitu tindakan perataan laba yang terjadi apabila manajemen mengatur saat pencatatan akuntansi untuk menghasilkan aliran laba yang rata, dan (2) real smoothing, yaitu tindakan perataan laba yang terjadi apabila manajemen mengambil tindakan untuk menggunakan transaksi atau kejadian ekonomis dalam perusahaan sehingga menghasilkan aliran laba yang merata. Barton (2001) dan Huang et al (2009) menyatakan bahwa artificial smoothing menggunakan discretionary accrual sebagai sarana, sedangkan real smoothing menggunakan instrumen derivatif sebagai sarana. 2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya Wardana (2013) meneliti pengaruh perataan laba pada nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel intervening. Hasilnya menunjukkan bahwa perataan laba secara langsung berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, namun berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Sedangkan secara tidak langsung, kualitas laba memediasi pengaruh perataan laba terhadap nilai perusahaan. Sama halnya dengan hasil penelitian Oktavia (2011) yang meneliti tentang perataan laba dan kaitannya dengan nilai perusahaan, dimana ia mendapatkan hasil bahwa penggunaan derivatif untuk mengukur perataan laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

18 Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011). Dengan menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel, peneliti mendapatkan hasil bahwa kepemilikan manajerial terbukti memengaruhi nilai perusahaan, yang artinya tinggi rendahnya kepemilkan saham oleh jajaran manajemen berkaitan dengan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Putra dan Wirawati (2013), dimana hasil yang diperoleh adalah kepemilikan manajerial mampu memengaruhi hubungan antara kinerja dengan nilai perusahaan. Modal intelektual juga merupakan salah satu variabel yang dapat memengaruhi nilai perusahaan. Hal ini terbukti dengan penelitian Sudibya dan Restuti (2014). Penelitian mereka memperoleh hasil bahwa modal intelektual terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung modal terhadap nilai perusahaan, serta lebih berpengaruh secara langsung terhadap nilai pasar perusahaan daripada dimediasi oleh kinerja keuangan. Serupa dengan hasil penelitian Setijawan (2011), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aset tidak berwujud lainnya memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian Chen et al (2005) juga mendapatkan hasil bahwa modal intelektual perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan dan mungkin bisa menjadi indikator untuk kinerja keuangan dimasa mendatang.