BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. governance dan penyelenggaraan organisasi sektor publik yang efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. governance dalam hal ini menjadi suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di penghujung abad ke-20, dunia dilanda arus globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk. penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Auditor pemerintah terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan BPK (Badan Pemeriksa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. meyakini kualitas pekerjaannya. Dalam penyelenggaraanya good governance

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan lembaga pemerintah, perusahaan milik negara/daerah, dan berbagai organisasi publik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, organisasi sektor publik membutuhkan akuntansi untuk mencatat, melaporkan dan mempertanggungjawabkan aktivitas keuangan yang telah terjadi yaitu berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, laporan neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban dibutuhkan dalam sistem pemerintahan saat ini yang mengalami perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi, seperti pemberian otonomi daerah, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataaan yang dipaparkan oleh Mardiasmo (2002). Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Hal ini tertuang dalam ketetapan Standar Audit Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah 1

2 (SA SAFP) Tahun 1996 oleh BPKP dengan Keputusan Kepala BPKP No. Kep- 378/K/1996. SA-APFP secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Upaya menuju pemerintahan yang baik atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik, seperti pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen, dan lembaga-lembaga negara. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2002). Menurut Mardiasmo (2002), pengertian akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk pertanggungjawaban tersebut. Sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi, dan sumber pemborosan negara menjadi tudingan untuk sektor publik selama ini. Pemerintah sebagai salah satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan ini. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dipaparkan oleh Wilopo (2001). Kinerja serta pencapaian hasil suatu instansi sektor publik dapat terlihat dari Laporah Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah dilakukan oleh BPK RI. Berdasarkan

3 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI tahun 2008 pada Pemerintah Kota Cimahi menyatakan terdapat temuan sisa kas oleh BPK RI pada Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran 2007 sebesar Rp376.207.867,00 terlambat disetor, jumlah tersebut berasal dari 15 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pada Pemerintah Kota Cimahi, dengan rincian pada tabel berikut, Tabel 1.1 Sisa Kas di Bendahara Pengeluaran TA 2007 No. Kode Nama SKPD Saldo Belanja (Rp) 1 1.01.01 Dinas Pendidikan 9.48 1.382,00 2 1.02.01 Dinas Kesehatan 3.784.900,00 3 1.03.06 Dinas Tata Kota 36.183.480,00 4 1.06.01 Badan Perencanaan Daerah 125.693.130,00 5 1.07.01 Dinas Perhubungan 1.112.534,00 6 1.08.01 Dinas Lingkungan Hidup 32.604.000,00 7 1.10.02 Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan & Capil 29.2 14.400,00 8 1.13.02 BPMKB 7.525.300,00 9 1.15.02 Dinas Perekonomian dan Koperasi 1.730.000,00 10 1.16.02 Dinas Penanaman Modal 10.055.500,00 11 1.19.04 Badan Kesatuan Bangsa 22.000,00 12 1.20.03 Sekretariat Daerah 13.224.969,00 13 1.20.09 Kecamatan Cimahi Utara 704.975,00 14 1.20.09 Kecamatan Cimahi Selatan 23.271.297,00 15 1.21.03 Kantor Kepegawaian Daerah 81.600.000,00 Jumlah 376.207.867,00 Sumber : LHP BKP RI (2008) Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita pahami bahwa Bendahara Pengeluaran pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tersebut diatas terkait lalai dalam melakukan kewajibannya untuk menyetorkan sisa kas secara tepat waktu, yang mengakibatkan penerimaan daerah terlambat diterima sebesar Rp.376.207.867,00. Fenomena yang dapat diamati bahwa terjadinya keterlambatan penerimaan daerah

4 yang disebabkan adanya kelalaian Bendahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam melakukan kewajibannya untuk menyetorkan sisa kas secara tepat waktu serta tanggungjawabnya dalam melaksanakan kewajibannya. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan dasar dari audit kinerja untuk menilai kinerja suatu organisasi, program, atau kegiatan yang meliputi atas aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta tidak sesuai dalam menjalankan tanggungjawabnya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dipaparkan oleh Ulum (2009). Selain itu, pengawasan secara intern di masing masing satuan kerja dilakukan oleh atasan langsung dan oleh Badan Pengawas Daerah dengan melakukan pemeriksaan reguler. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI mengungkapkan bahwa pada umumnya pengawasan atasan langsung masih lemah, sehingga masih ditemukan penyimpangan penyimpangan dalam pelaksanaan pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan yang disebabkan oleh lemahnya pengawasan atasan langsung. Dari hal tersebut fenomena yang dapat kita pahami bahwa masih lemahnya pengawasan pada masing-masing satuan kerja, hal ini dapat menimbulkan berbagai macam bentuk penyimpangan dari pelaksanaan anggaran (LHP BKP-RI, 2008). Aparat pengawasan fungsional intern pemerintah terdiri dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Unit Pengawasan LPND, dan Inspektorat Wilayah. Peran aparat pengawasan fungsional pemerintah benarbenar dapat mendukung dan mendorong proses terwujudnya good governance dalam pelaksanaan pemerintah dan pembangunan. Selain BPK salah satu instansi yang

5 melakukan audit atau pemeriksaan terhadap pemerintah daerah adalah Inspektorat Daerah. Inspektorat daerah bertugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dipaparkan oleh Falah (2005). Audit kinerja merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Pengertian tersebut sejalan dengan pernyataan Bastian (2007) yang menyatakan bahwa audit kinerja merupakan pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Audit kinerja dalam pelaksanaannya harus di dorong juga dengan independensi auditor yang baik. Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen dalam penampilan (in appearance). Menurut Munawir (2001), auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen. Oleh karena itu, auditor tidak hanya harus bersikap bebas menurut faktanya, tapi juga harus menghindari keadaan-keadaan yang membuat orang lain meragukan kebebasannya.

6 Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai besarnya pengaruh kinerja audit sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi, dan bermaksud menuangkannya kedalam bentuk skripsi dengan judul: PENGARUH AUDIT KINERJA SEKTOR PUBLIK DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP AKUNTABILITAS PUBLIK DI KANTOR INSPEKTORAT PEMERINTAH KOTA CIMAHI. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang penulisan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang dapat diidentifikasikan yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan audit kinerja sektor publik, auditor independensi, akuntabilitas publik. 2. Bagaimana pengaruh audit kinerja sektor publik, independensi auditor, akuntabilitas terhadap kinerja audit sektor publik dan independensi auditor akuntabilitas publik baik secara simultan maupun parsial di Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian yang akan penulis lakukan adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan memberikan gambaran tentang pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi.

7 Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pelaksanaan audit kinerja sektor publik, auditor independensi, akuntabilitas publik di Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh audit kinerja sektor publik, auditor independensi, akuntabilitas terhadap kinerja audit sektor publik dan independensi auditor akuntabilitas publik baik secara simultan maupun parsial di Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi. 1.4 Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kegunan Akademis 1. Bagi Penulis Penelitian yang dilakukan secara langsung ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti yaitu pengaruh audit kinerja sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik di Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi serta melihat kesesuaian teori yang ada dengan praktik di lapangan, dan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan dan digunakan sebagai bahan referensi dan dapat dikaji kembali untuk jenis objek yang lain.

8 b. Kegunaan Praktis Sebagai bahan masukan untuk Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi dalam peningkatan kinerja audit sektor publik dan independensi auditor terhadap akuntabilitas publik. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dan pengumpulan data ini akan dilakukan pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kota Cimahi yang beralamat di Jl. Rd. Demang Hardjakusumah Blok Jati, Cihanjuang, Cimahi. Telp. (022) 6654274 Fax: (022) 6654274. Penelitian akan dilakukan mulai dari bulan September 2012 sampai dengan selesai.