BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. (Misbach, 2011). Stroke merupakan salah satu sumber penyebab. gangguan otak pada usia puncak produktif dan menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan dibanding hemoragik. Studi rumah sakit yang ada di Medan pada

PENTINGNYA SIRIRAJ STROKE SCORE DI AREA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN kasus stroke ( stroke iskemik dan stroke. hemoragik) dengan kematian dari kasus ini (Ropper, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis, alokasi sumber daya dan

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke. Berbagai penelitian menunjukkan

merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN` gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung. stroke hemoragik (American Heart Association, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal

BAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

ILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit membran hialin (PMH) atau dikenal juga dengan hyaline

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya dimana kerusakan disebabkan gaya mekanik dari luar sehingga timbul gangguan

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama.di dunia, stroke

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU / RSUP Haji Adam

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan angka kejadian penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia terjadi akibat pertambahan usia yang progresif

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh sebab vaskular (WHO, 2004). Insiden stroke di Amerika Serikat

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling serius dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling sering dijumpai setelah penyakit jantung dan semua jenis Kanker. Pada tahun 2005 kasus stroke menyebabkan kematian sekitar 5-7 juta, dan 87% diantaranya berasal dari negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (Sherin dkk, 2011). Stroke merupakan salah satu penyebab kematian secara menyeluruh, pemeriksaan Computerized tomography Scan (CT-Scan) merupakan pemeriksaan yang paling akurat digunakan untuk membedakan antara stroke haemoragik dengan stroke iskemik, pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang mahal dan masih banyak dijumpai keterbatasan alat diagnostik CT- Scan di negara-negara yang sedang berkembang dan berpenghasilan rendah (Clifford dkk, 2014). Stroke merupakan salah satu penyebab kematian yang biasa dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang dan negara yang berpenghasilan rendah sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tingkat morbiditas dan mortalitas yang sering ditemukan di negara sedang berkembang. Computerized tomography Scan merupakan alat diagnostik yang paling 1

2 akurat digunakan untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik tapi membutuhkan biaya yang mahal dan masih banyak dijumpai keterbatasan ketersediaan alat CT-Scan terutama dinegara-negara yang sedang berkembang yang memilki penghasilan rendah dan menengah. Penggunaan Skor Stroke yang dilakukan secara klinis sering digunakan untuk membedakan antara stroke haemoragik dan stroke iskemik tapi tetapi tingkat keakurasinya belum bisa diandalkan dalam membedakan tipe dari stroke (Clifford dkk, 2013). Pemeriksaan Computed Tomography Scan merupakan pemeriksaan yang paling dianjurkan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Di negara yang sedang berkembang seperti negara India, masih banyak ditemukan keterbatasan alat CT-Scan, sehingga pemeriksaan fisik dan menggunakan skor stroke merupakan scoring yang sering digunakan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik (Goswani dkk, 2013). Stroke merupakan salah satu jenis penyakit yang masuk kedalam jenis kedaruratan medis yang membutuhkan perawatan yang lebih serius sama halnya pada perawatan serangan penyakit jantung. Manajemen penatalaksanaan yang tepat dari pasien stroke akut sepenuhnya didasarkan pada jenis stroke yang dijumpai, dalam hal ini apakah dijumpai adanya infark atau perdarahan pada stroke fase akut, karena hal ini membantu kita dalam menentukan tindakan atau terapi yang akan kita tetapkan dalam penatalaksanaan stroke pada fase akut, dalam hal ini kita harus melakukan

3 tindakan Computed Tomography scan yang merupakan gold standart untuk menegakan diagnosa stroke pada fase akut (Pavan dkk, 2012). Membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik sedini mungkin dengan tepat pada kasus stroke fase akut, sangat menentukan tingkat keberhasilan penatalaksanaan pada kasus stroke, sehingga dapat menurunkan tingkat kematian pada pasien penderita stroke. Membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik secara klinis sangat sulit ditentukan, hal ini akan mempersulit para dokter untuk segera memberikan thrombolisis atau anti platelet pada pasien stroke iskemik untuk menggurangi tingkat kematian pada kasus-kasus stroke iskemik (Goswani dkk. 2013). Negara India merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah populasi penduduk yang padat, dimana masyarakatnya masih mayoritas masyarakat menengah kebawah. Pemeriksaan head CT-Scan merupakan pemeriksaan yang seharusnya dilakukan untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada pasien stroke fase akut, namun tidak bisa di lakukan karena keterbatasan ketersediaan alat head CT-Scan, sehingga banyak para dokter di India menggunakan metode Siriraj stroke score dalam menentukan jenis stroke (Soman dkk, 2004). Pemerikaasn CT-Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan yang paling standar untuk membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik, tetapi pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang cukup mahal dan masih banyak tidak dijumpai di rumah sakit di negara yang sedang berkembang.

4 Untuk mengatasi kesulitan dan untuk meningkatkan diagnosis klinis pada stroke maka skor stroke dapat dipergunakan dalam membedakan jenis stroke, yang paling sering digunakan dirumah sakit adalah Guy hospital score (GHSS), Besson stroke score, Greek Stroke Score, dan Siriraj stroke score (SSS). Dimana skor stroke tersebut dapat digunakan dalam membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik (Clifford dkk, 2014). Negara yang sedang berkembang hampir 70 % kasus tidak bisa dilakukan tindakan head CT-Scan hal ini disebabkan keterbatasan dan ketersediaan alat CT-Scan, biasanya dijumpai pada daerah-daerah yang sangat terpencil dan memiliki penduduk yang masih berpenghasilan cukup rendah dan masih di kategorikan sebagai penduduk yang masih miskin, Hawkins menyatakan bahwa Siriraj stroke score memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke haemoragik sebesar 48% dan 85%, nilai prediksi positif sebesar 59%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke iskemik adalah 61% dan 74%, dengan nilai prediksi positif sebesar 84% (Sherin dkk, 2011). Sebuah studi terbaru dari Nigeria menjelaskan bahwa hanya 9% dari pasien stroke pada fase akut yang bisa di lakukan tindakan head CT-Scan hal ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan alat CT-Scan serta kendala biaya yang agak mahal untuk melakukan tindakan CT-Scan. Studi ini menjelaskan bahwa keterbatasan dan ketersedian alat diagnostik serta biaya yang cukup tinggi merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh seorang

5 petugas kesehatan untuk dapat melakukan tindakan head CT-Scan pada kasus stroke fase akut (Sherin dkk, 2011). Jumlah angka kesakitan dan kematian pasien stroke sangat besar dijumpai dinegara-negara yang sedang berkembang. Diagnosis stroke yang cepat dan akurat sangat penting untuk menentukan suatu jenis stroke, apakah stroke tersebut merupakan stroke perdarahan intrakranial atau stroke yang terjadi di akibatkan oleh karena infark serebri yang sesegera mungkin membutuhkan terapi trombolitik dan antiplatelet. Namun sebagian besar rumah sakit apalagi yang ada di daerah yang sangat terpencil biasanya tidak memiliki alat pendukung untuk melakukan tindakan CT-Scan, hal ini di karenakan oleh keterbatasan alat dan biaya pada rumah sakit pada daerahdaerah sangat terpencil dan mempunyai keterbatasan alat kesehatan untuk menunjang diagnostik suatu penyakit (Badam dkk, 2003). Mendeteksi stroke sedini mungkin, harus di lakukan untuk mengetahui jenis stroke, hal ini dimaksudkan untuk menentukan pilihan terapi stroke pada fase akut. Diagnosa pasti untuk stroke dilakukan dengan head CT-Scan yang merupakan gold standart diagnosa menegakan stroke, namun di daerah yang memiliki keterbatasan ketersediaan alat dan prasarana tidak bisa dilakukan tindakan head CT-Scan. Dengan menggunakan metode statistik diskriminasi di lakukan penelitian tentang tingkat akurasi dari Allen stroke score dan Siriraj stroke score dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik. Studi ini menjelaskan bahwa penggunaan Siriraj stroke score lebih

6 sensitivitas untuk membedakan jenis stroke baik stroke haemoragik dan stroke iskemik yang biasa dilakukan negara-negara yang sedang berkembang yang tidak memiliki fasilitas atau alat kesehatan yang memadai sehingga dapat menghemat biaya dalam managemen penatalaksanaan stroke pada fase akut. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa dari 1.023 pasien yang diperiksa ditemukan bahwa 82,7% (n=846) mengalami stroke iskemik, dimana dijelaskan bahwa tingkat akurasi dari Siriraj stroke score lebih tinggi dibandingkan dengan Allen stroke score (0,78 versus 0,70 dengan nilai P = 0,4), ditemukan stroke haemoragik sekitar 60% dan tingkat akurasi spesifisitas sebesar 95% dengan memakai siriraj stroke score lebih tinggi jika dibandingkan dengan Allen stroke score yang memiliki tingkat spesifisitas sebesar 55% dengan tingkat akurasi 70% untuk stroke haemoragik (Nauira dkk, 2009). Singh dkk (2001) menjelaskan bahwa dari 60 pasien stroke yang dievaluasi menggunakan SSS dan perkiraan diagnosis dibuat dan kemudian dibandingkan dengan diagnosis pasti dengan pemeriksaan head CT-Scan ditemukan bahwa SSS mempunyai sensitifitas 93,7%, spesifisitas 76,6%, nilai prediksi positif 81,2%, nilai prediksi negatif 92% dengan tingkat akurasi keseluruhan sebesar 93,77% untuk diagnosis infark serebri, sedangkan pada stroke haemoragik di temukan sensitifitas 83,37%, spesifisitas 92,5%, nilai prediksi positif 86,8%, nilai prediksi negatif 92,5% dengan akurasi keseluruhan 83,3%.

7 Dari beberapa penelitian dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj stroke score untuk stroke iskemik berkisar antara 30% sampai dengan 85% sedangkan tingkat spesifisitasnya berkisar 36% sampai dengan 97% dan dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas untuk Siriraj stroke score sebesar 69% dan tingkat spesifisitas sebesar 83% untuk stroke iskemik, sedangkan tingkat sensitivitas untuk stroke haemoragik berkisar antara 33% sampai dengan 87% dimana tingkat spesifisitasnya berkisar antara 65% sampai dengan 99% dimana secara keseluruhan tingkat sensitivitas Siriraj stroke score sebesar 65% dan spesifisitas sebesar 88% untuk stroke haemoragik (Clifford dkk, 2014). Siriraj Stroke Score memiliki tingkat prediksi akurasi positif 91% untuk stroke iskemik dan 63% untuk stroke haemoragik dengan tingkat prediksi akurasi secara keseluruhan sebesar 80% (Ayrton dkk, 2002). Beberapa penelitian menjelaskan di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, tingkat sensitivitas dan spesifisitas secara keseluruhan pada Siriraj Stroke score adalah 69% dan 83% untuk stroke iskemik dan 65% dan 88% untuk stroke hemoragik (Clifford dkk, 2013). Pavan dkk (2012) menjelaskan dari 100 kasus stroke akut yang diperiksa dengan mengunakan Siriraj Stroke Score kemudian diuji dengan head CT-Scan dijumpai 71 pasien yang merupakan stroke iskemik dan 29 pasien diantaranya adalah stroke haemoragik dimana tingkat sensitivitas sebesar 87,93% dan spesifisitas 77.27% dalam mendeteksi stroke iskemik

8 sedangkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas untuk stroke haemoragik sebesar 77,27% dan 87,93% dimana tingkat keakuratan Siriraj stroke score secara keseluruhan sebesar 85%. Poungvarin dkk (1991) mengatakan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj stroke score sekitar 89% untuk stroke haemoragik dan 93% untuk infark serebri, dengan rata-rata tingkat akurasi secara keseluruhan sekitar 90%. Wadwani dkk (2002) melakukan penelitian pada pasien stroke fase akut, studi ini menjelaskan bahwa tingkat sensitivitas Siriraj stroke score adalah 92,54% untuk infark serebri dan 87% untuk perdarahan dimana tingkat akurasi secara keseluruhan adalah 91,11%, sedangkan Allen stroke score memiliki tingkat sensitivitas 93,42% untuk infark, 66,66% untuk perdarahan serebral dan akurasi secara keseluruhan sekitar 87%, jadi dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Siriraj stroke score lebih akurat dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik dibandingkan dengan Allen stroke score. Kochar dkk (2002) dalam studinya menjelaskan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan negatif pada Siriraj stroke score untuk infark adalah masing- masing 73%, 85%, 85%, 71% dan 85%, 73%, 71%, dan 85% untuk stroke haemoragik. Badam dkk (2003) dalam penelitian mereka mejelaskan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score untuk infark adalah 52%, 82%

9 dan 44%, 85% untuk stroke haemoragik. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dalam penilaian sistem ini dapat digunakan dalam praktek klinis untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik. Dalam studi ini ditemukan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif Siriraj stroke score untuk infark serebri adalah masingmasing sebesar 87,93%, 77,27%, 91,07% dan 70%. Celani dkk (2004) telah menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediktif positif dan negatif untuk stroke haemoragik adalah sebesar 61%, 94%, 93%, dan 63% dengan mengunakan Siriraj stroke score, penelitian ini di lakukan untuk menentukan scoring yang dapat digunakan untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan alat head CT-Scan untuk bisa sedini mungkin menentukan terapi yang akan diberikan pada kasus stroke fase akut. Salawu dkk (2010) menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas Allen stroke score adalah 64,3% dan 48,1 dimana nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 40% dan 71% pada stroke haemoragik sedangkan pada stroke iskemik masing-masing 48,1%, 62,1%, 71%, 40% sedangkan tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score adalah 35,7% dan 73% dimana nilai duga positif dan nilai duga negatif adalah 42% dan 68% pada stroke haemoragik sedangkan pada stroke iskemik masingmasing adalah 73%, 35,7%, 68%, 42%.

10 Kolopo dkk (2006) melakukan penelitian pada 1.122 pasien dengan tanda-tanda klinis stroke yang diambil dari 4 pusat perawatan stroke di Afrika, pasien diambil dari perawatan Logos University Teaching Hospital sebanyak 499, di Olabisi Onabonja University Teaching Hospital sebanyak 340, di Eko Hospital 180 pasien dan di Radmed Diagnostic Center 103 pasien, hanya 101 (9%) yang dapat dilakukan tindakan Head CT-Scan karena keterbatasan biaya, dijumpai 90 pasien memiliki gambaran stroke, atrofi kortikal dijumpai pada 5 pasien, subdural hematoma sebanyak 3 pasien, tumor otak sebanyak 2 pasien dan 1 diantaranya normal. Dari 90 pasien yang dijadikan dasar penelitian ini di jumpai 68 pasien (72%) adalah stroke iskemik dan 28 (29%) merupakan perdarahan intraserebral. Pada penelitian ini digunakan Siriraj Stroke Score dan disimpulkan bahwa prediksi akurasi positif sebesar 91% untuk infark serebral, dan 63% untuk stroke haemoragik dengan prediksi akurasi secara keseluruhan sebesar 80%, yang pada penelitian ini semua didasarkan pada pemeriksaan head CT-Scan. Badam dkk (2003) menemukan dari 259 pasien yang dicurigai dengan stroke, 134 diantaranya merupakan pasien stroke fase akut dimana 73 pasien adalah laki-laki dan dilakukan tindakan head CT-Scan ditemukan bahwa tingkat akurasi dan sensitivitas Siriraj stroke score adalah 78,5% untuk perdarahan serebral dan 71% untuk infark serebri sedangkan tingkat sensitivitas Allen stroke score adalah 81% untuk stroke haemoragik dan 76.2% untuk stroke iskemik.

11 Raghuram dkk (2012) dalam penelitiannya menjelaskan tingkat sensitivitas dan spesifisitas Siriraj stroke score sebesar 87,93% dan 77,27% untuk stroke iskemik dan 77,27% dan 87,93% untuk stroke haemoragik sedangkan dengan Allen stroke score dijelaskan bahwa tingkat sensitivitas dan spesifisitas dari pada stroke iskemik adalah 80% dan 94,54% untuk stroke haemoragik, memakai The Mc Nemar test dengan (p = 0,61). Goswani dkk (2013) menjelaskan bahwa 200 pasien stroke fase akut dimana 90 (45%) adalah perempuan dan 110 (55%) pasien adalah laki-laki. Dari keseluruhan pasien yang diperiksa dalam penelitian dijumpai 129 (64,5%) merupakan stroke iskemik dan 71 (35,5%) stroke hemoragik. Pasien berumur mulai dari 26-80 tahun dengan usia rata-rata 57,09 tahun. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Guy s Hospital stroke score (GHSS) memiliki tingkat sensitivitas sekitar 80% dan spesifisitas sekitar 95% untuk membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik, dimana Besson stroke score memiliki tingkat spesifisitas yang paling baik yaitu dijumpai lebih dari 95% pada stroke iskemik. Lamsudin (1997) menyusun dan melakukan validasi Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral dan stroke iskemik. Dengan studi prospektif observasional telah melakukan validasi eksternal dari 350 pasien stroke pada fase akut di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, sejak 1 desember 1992 sampai dengan 30 juni 1995 dijelaskan bahwa Algoritma Stroke Gadjah Mada mempunyai validitas eksternal yang

12 tinggi sebagai suatu strategi klinik untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik fase akut. Penatalaksanaan stroke pada fase akut memerlukan penanganan yang cepat, dengan meminimalkan keterlambatan penatalaksanaan dan memaksimalkan pemilihan tindakan dan terapi yang tepat serta penentuan terapi harus di dasarkan pada jenis stroke yang di alami pada fase akut. Ketersediaan alat head CT-Scan yang terbatas memaksa kita untuk mencari tes diagnostik pengganti yang telah terbukti akurasinya mendeteksi akurasi pemeriksaan head CT-Scan, dalam hal ini kita harus menggambil suatu keputusan pada pasien stroke fase akut, supaya pasien-pasien stroke fase akut tidak dirugikan karena diagnosis jenis patologisnya tidak dapat di tegakan tanpa di lakukan tindakan head CT-Scan ( Salawu dkk, 2009). Sebuah studi yang dilakukan oleh Besson dkk (1995) menunjukan bahwa sistem penilaian klinis dengan mempergunakan skor stroke dijelaskan belum ada skor yang menunjukan tingkat akurasi yang paling tepat dalam membedakan stroke haemoragik dengan stroke iskemik, sehingga penggunaan antitrombotik pada penatalaksanaan stroke iskemik belum aman untuk diberikan hal ini di akibatkan belum dapat di pastikan antara stroke haemoragik dan stroke iskemik. Penggunaan skor stroke hanya dapat dibatasi secara klinis mengklasifikasikan stroke untuk tujuan akademis di mana fasilitas CT- Scan tidak tersedia.

13 Pada penelitian ini dijelaskan pentingnya pemeriksaan head CT-Scan pada pasien stroke karena pemeriksaan ini merupakan pilihan paling akurat dalam membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik. Pendekatan diagnostik yang sistematis dapat digunakan sebagai panduan untuk dokter yang merawat stroke pada rumah sakit yang tidak memiliki alat pemeriksaan diagnostik CT-Scan. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa penilaian secara klinis pada penderita stroke fase akut tidak cukup, harus tetap dilakukan tindakan Head CT-Scan dalam membedakan stroke iskemik dan stroke haemoragik meskipun membutuhkan biaya yang cukup mahal (Khan dan Rehman, 2005). 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskanlah masalah sebagai berikut: Bagaimana perbandingan akurasi antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma Stroke Gadjah Mada untuk membedakan jenis stroke pada fase akut? 1.3. Tujuan Penelitian: 1.3.1. Tujuan Umum Untuk membandingkan tingkat akurasi, sensitivitas serta spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson

14 stroke score serta algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut. 1.3.2. Tujuan khusus: 1. Untuk mengetahui perbandingan tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui perbandingan Nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan. 3. Untuk mengetahui perbedaan akurasi antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada untuk membedakan stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut di RSUP. H. Adam Malik Medan. 4. Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien stroke akut yang dirawat diruangan RA.4 ruang perawatan Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan.

15 1.4. Hipotesa Ada perbedaaan tingkat akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada pada pasien stroke fase akut. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan dengan mengetahui perbandingan akurasi, sensitivitas dan spesifisitas antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada pada pasien stroke fase akut sehingga dapat diperoleh skor yang paling akurat untuk membantu membedakan diagnosa stroke haemoragik dan stroke iskemik pada fase akut yang dalam hal ini dibandingkan dengan hasil pemeriksaan imaging head CT-Scan dalam penegakan diagnosa stroke fase akut. 1.5.2. Manfaat penelitian untuk peneliti 1. Untuk mengetahui scoring yang paling akurat dan sensitif antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada dalam menegakkan diagnosa stroke haemoragik atau stroke iskemik, maka scoring yang paling

16 akurat dapat dipergunakan pada daerah yang belum memilki fasilitas alat dan sarana kesehatan yang memadai khususnya Computed tomography (CT-Scan) untuk membedakan antara stroke haemoragik dan stroke iskemik diseluruh Indonesia. 2. Untuk memutuskan pilihan terapi dan tindakan pada pasien stroke sedini mungkin tanpa dilakukan tindakan head CT-Scan, dengan memakai scoring yang paling akurat dan sensitif antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada pada daerah yang mengalami ketertinggalan dan keterbatasan alat dan prasarana kesehatan yang paling minim tanpa ditunjang peralatan yang memadai dalam hal ini di daerah-daerah yang tidak dijumpai adanya head CT-Scan diseluruh Indonesia. 1.5.3. Manfaat penelitian untuk Masyarakat Dengan mengetahui scoring yang paling akurat dan sensitif antara Siriraj stroke score, Allen stroke score, Besson stroke score serta Algoritma stroke Gadjah Mada, maka masyarakat dapat dengan cepat menggetahui kemungkinan jenis stroke yang terjadi dalam masyarakat, keluarga, atau diri sendiri, sehingga dapat dengan cepat memutuskan tempat atau dokter yang paling berkompeten dalam penatalaksaan stroke sedini mungkin, sehingga meningkatkan keberhasilan penatalaksaan pada stroke yang akan menurunkan angka mortalitas yang terjadi di akibatkan oleh stroke.