BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

Analisis Potensi Air A I R

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

BAB I PENDAHULUAN. Airtanah merupakan salah satu komponen dari siklus hidrologi yang ada di

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN. Hendri Sosiawan. Identifikasi Air Tanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGERTIAN HIDROLOGI

IDENTIFIKASI AIR TANAH DAN PEMANFAATANYA UNTUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

2.2 PENENTUAN BATAS CEKUNGAN AIR TANAH

BAB II GAMBARAN UMUM

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

Penentuan Zonasi Kawasan Imbuhan Cekungan Air Tanah (CAT) Subang yang ada di Wilayah Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal APLIKASI ISSN X

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2013

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Sistem Akuifer Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI KABUPATEN PACITAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan bertindak yang diberikan undang-undang yang berlaku untuk

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

PROYEKSI KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR INDUSTRI DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROGRAM PERENCANAAN PENDAYAGUNAAN AIRTANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III HASIL PENYELIDIKAN

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Gambar 3 Hidrostratigrafi cekungan airbumi Jakarta (Fachri M, Lambok MH dan Agus MR 2002)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Daerah penelitian saat ini sedang mengalami perkembangan pemukiman

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Airtanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mataair yang muncul di permukaan tanah. Peranan airtanah semakin lama semakin penting karena airtanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari airtanah. Airtanah merupakan komponen dari suatu daur hidrologi (hydrology cycle) yang melibatkan banyak aspek bio-geo-fisik, bahkan aspek politik dan social budaya yang sangat menentukan keterdapatan airtanah di suatu daerah. Sumber airtanah berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, air danau dan sebagainya) kemudian meresap ke dalam tanah/akuifer di daerah imbuhan (recharge area) dan mengalir menuju ke daerah lepasan (discharge area). Aliran airtanah di dalam akuifer dari daerah imbuhan ke daerah lepasan cukup lambat, memerlukan waktu lama bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan yang dilaluinya. Pada dasarnya airtanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui akan tetapi jika dibandingkan dengan waktu umur manusia airtanah bisa digolongkan kepada sumber daya alam yang tidak terbarukan. Potensi airtanah di suatu cekungan sangat tergantung kepada porositas dan kemampuan batuan untuk meluluskan (permeability) dan meneruskan (transmissivity) air. Di Indonesia telah terindentifikasi 263 cekungan airtanah dengan total kandungan 522,2 milyar m3/tahun, 72 cekungan airtanah terletak di Pulau Jawa dan Madura dengan 3 kandungan 43,314 milyar mp P/tahun. Pengambilan airtanah cukup tinggi dan melampaui jumlah ratarata imbuhannya akan menyebabkan penurunan muka airtanah terus-menerus dan pengurangan potensi airtanah di dalam akuifer. Hal ini akan memicu terjadinya dampak negatif seperti instrusi air laut, penurunan kualitas airtanah, dan amblesan tanah. (Anonim, 2007 c) -1-

Kebutuhan air yang meningkat menyebabkan timbulnya masalah pada sumber air di berbagai tempat di dunia. Karena air terlalu banyak diambil dari beberapa sungai, maka aliran air ke bagian hilir sungai menjadi berkurang dan akhirnya danau mengalami penyusutan air. Selama musim kering/kemarau, kebanyakan aliran air di beberapa sungai berasal dari air limbah. Muka airtanah pada beberapa akifer menurun hingga puluhan meter karena disebabkan pemompaan yang berlebihan dan hal ini membuat bertambah mahal dan sulit untuk mengambil lebih banyak air. Semarang sebagai kota besar, seperti halnya kota-kota besar lainnya di Jawa Tengah, memiliki permasalahan sendiri mengenai potensi airtanah. Potensi air di Semarang bersumber pada sungai-sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain K. Garang, K. Pengkol, K. Kreo, K. Banjirkanal Timur, K. Babon, K. Kripik, K. Dungadem dan sebagainya. (Anonim, 2006) Daerah penelitian yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) K. Garang merupakan daerah pengambilan airtanah oleh PDAM setempat yang dalam penggunaannya bertambah sesuai dengan jumlah pertambahan jumlah dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pengambilan airtanah berlebihan dapat menimbulkan dampak penting terhadap keadaan airtanah itu sendiri. Dampak yang diperkirakan muncul antara lain penurunan debit airtanah. Daerah penelitian juga memiliki karakteristik kondisi hidrogeologi yang menarik, yaitu airtanah yang mengalir dari bagian puncak ke arah kaki gunungapi bertambah tinggi, kemudian airtanah tersebut terakumulasi pada bagian lereng bawah gunungapi. Sementara itu airtanah pada bagian perbukitan gelombang berkurang jumlahnya yang diperkirakan akibat adanya pembatas geologi yang memisahkan daerah dengan sifat potensi akuifer produktif sedang dan potensi akuifer produktif rendah. Studi mengenai airtanah ini adalah untuk mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian dan keadaan lainnya yang berkaitan dengan potensi airtanah daerah tersebut. Dari hasil yang didapatkan diharapkan dapat dipergunakan untuk mengetahui perkiraan kandungan atau potensi airtanah yang terdapat di daerah penelitian untuk mendukung kehidupan makhluk hidup, sehingga dalam penggunaan airtanah dapat lebih bijaksana. -2-

1.2. Rumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah masalah kondisi hidrogeologi daerah Gunungpati dan sekitarnya, yang dapat dibagi menjadi beberapa pertanyaan, antara lain : 1. Faktor-faktor geologi dan hidrogeologi apa saja yang berpengaruh pada besarnya potensi airtanah suatu daerah? 2. Bagaimana potensi airtanah daerah penelitian? 3. Bagaimana karakteristik akuifer airtanah setempat? 4. Bagaimana kaitan kondisi geologi dengan kondisi hidrogeologi daerah penelitian? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir yang merupakan salah satu persyaratan kelulusan Program Studi Strata 1 Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro bermaksud mengadakan penelitian mengenai Studi Kondisi Hidrogeologi Daerah Gunungpati dan sekitarnya, Semarang, Jawa Tengah. 1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain : 1. Mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi daerah penelitian. 2. Mengetahui potensi airtanah daerah penelitian. 3. Mengetahui karakteristik akuifer airtanah daerah penelitian. 1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil studi penelitian kondisi hidrogeologi ini, manfaat yang dapat diambil antara lain : 1. Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah penelitian. 2. Meningkatkan pemahaman tentang hubungan kondisi airtanah dengan kondisi geologi sekitar. 3. Sebagai referensi untuk daerah yang memiliki kondisi geologi sejenis. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian 1.5.1. Ruang Lingkup Daerah Penelitian -3-

Berdasarkan peta batas administrasi daerah Semarang dan sekitarnya (gambar 1.1) daerah penelitian terletak di daerah Gunungpati dan sekitarnya, dengan lingkup daerah penelitian yang mempunyai batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang - Sebelah Selatan : Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang - Sebelah Timur : Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang - Sebelah Barat : Kecamatan Mijen, Kota Semarang dan Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal Batas hidrologi daerah penelitian pada bagian utara terdapat K. Kreo, K. Kripik dan K. Garang, bagian timur terdapat K. Pengkol dan bagian barat terdapat K. Bodri, juga tersebar secara radial sungai musiman. -4-

1.5.2. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian akan mencakup beberapa hal, yaitu : 1. Inventarisasi data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan data geologi dan hidrologi daerah Gunungpati dan sekitarnya untuk mengetahui kondisi hidrologinya. Data yang dibutuhkan dalam penyusunan studi kondisi hidrogeologi meliputi kerangka fisik cekungan airtanah dan data yang menggambarkan penekanan dalam hidrogeologi cekungan airtanah adalah sebagai berikut : 2. Studi kondisi hidrogeologi daerah penelitian, yang perlu dilakukan adalah : a. Mengkaji faktor-faktor yang dipakai dalam studi kondisi hidrogeologi b. Mengetahui sistem pola aliran airtanah. c. Menentukan kondisi akuifer. 1.6. Batasan Penelitian Studi kondisi hirogeologi ini berkisar pada kajian hubungan antara kondisi geologi dengan kondisi hidrogeologi yang terdapat pada daerah penelitian, yang berkaitan dengan perbedaan potensi airtanah di daerah tersebut. Studi kondisi hidrogeologi ini dapat diperkirakan dari perhitungan potensi airtanah berdasarkan kuantitasnya yang meliputi jenis akuifer, lapisan batuan, debit aliran air dan besaranbesaran yang berhubungan dengan aliran airtanah yaitu transmisivitas dan kelulusan air. Juga dari pengkajian kondisi geologi yang berperan pada daerah tersebut. -5-

1.7. Hipotesis Daerah penelitian merupakan daerah dibagian utara G. Ungaran sehingga kondisi geologinya dipengaruhi oleh struktur geologi lokal yang berupa sesar. Diperkirakan dari kondisi geologi berupa susunan litologi dan struktur geologi maka dapat ditarik hipotesis untuk penulisan Tugas Akhir ini yaitu : 1. Kondisi geologi daerah sekitar dapat mempengaruhi kondisi hidrogeologi daerah penelitian. 2. Kondisi potensi airtanah dipengaruhi oleh struktur geologi daerah penelitian yang berupa sesar. 3. Karakteristik akuifer dipengaruhi oleh susunan litologi daerah penelitian. Kerangka Penelitian -6-