BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Perkotaan adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik (Bintarto, 2005). Perkembangan sebuah kota dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduknya beserta aktivitas yang berlangsung didalamnya. Kota juga memiliki fungsi kawasan, seperti fungsi pelayanan sosial, kawasan permukiman kota, kegiatan perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan. Akibat dari fungsi kawasannya dan perkembangan kota yang begitu dinamis baik dalam hal perkembangan secara ekonomi ataupun perkembangan penduduknya, maka pembangunan prasarana jalan mutlak diperlukan dalam halnya untuk menyokong kegiatan kegiatan perkotaan. Menurut Undang Undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan, menyatakan bahwa jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional Dilihat dari keadaan sekarang, maka masalah yang dialami wilayah perkotaan adalah jalan itu sendiri. Munculnya masalah tersebut tiada lain karena tidak seimbangnya perkembangan jalan dengan pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor. Hasil dari ketimpangan tersebut yang paling dirasakan adalah kemacetan yang timbul pada jam jam sibuk, antara lain pada jam jam masuk dan pulang kerja / sekolah. Oleh karena itu diperlukan 1
manajemen lalu lintas yang baik untuk mengakomodasi kebutuhan akan jalan yang baik Manajemen jalan mutlak diperlukan untuk mengatasi masalah masalah lalu lintas. Masalah yang dihadapi belakangan ini adalah menurunnya kualitas atau kemampuan jalan dalam melayani pengguna jalan. Hal itu disebabkan oleh beban kendaraan yang melewati kemampuan jalan, kualitas jalan yang tidak mampu mendukung beban, dan kondisi fisik daerah yang tidak mendukung untuk bangunan jalan (Katon, 2008). Dengan makin padatnya pengguna jalan, maka penurunan kualitas akan makin cepat pula, terlebih di kota kota besar. Oleh karena itu maka diperlukan suatu sistem manajemen jalan dan lalu lintas yang mengatur prioritas ruas jalan yang mengalami penurunan kualitas pelayanan. Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk studi manajemen lalu lintas yang dibantu dengan data penginderaan jauh. Adanya citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial yang tinggi seperti Quickbird dan Ikonos dapat membantu proses pemecahan masalah dan perencanaan lalu lintas. Bantuan dari data penginderaan jauh beresolusi tinggi membuat studi manajemen lalu lintas akan lebih cepat, dapat mencakup daerah yang lebih luas, lebih hemat dalam hal waktu, tenaga, dan biaya, apabila dibandingkan dengan survei terestris. Namun tidak selamanya survei terestris lebih buruk, karena survei terestris dapat melengkapi dan mengoreksi data yang tidak bisa didapat dengan data penginderaan jauh. Survei terestris juga sudah memiliki prosedur baku secara nasonal dan internasional. Jadi bisa dikatakan antara survai terestris dan data penginderaan jauh dapat dioptimalkan dengan mengkombinasikan keduanya dalam lingkup Sistem Informasi Geografis. Adanya citra citra beresolusi tinggi yang bermunculan bisa digunakan untuk membantu proses manajemen lalu lintas. Citra Quickbird, dengan resolusi spasial yang sangat baik dapat menyajikan informasi geometrik jalan dan penggunaan lahan yang nantinya diperlukan untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan. Keunggulan lain dari citra Quickbird adalah periode rekamnya yang 1-3,5 hari sehingga bisa didapat data terbaru 2
1.2. Perumusan Masalah Kota Denpasar merupakan kabupaten dengan daya tarik pariwisata tertinggi di Pulau Bali. Obyek obyek wisata yang terkemuka di Pulau Bali kebanyakan terdapat di Kota Denpasar. Obyek obyek pariwisata tersebut antara lain Pantai Sanur, Renon, Art Centre, Museum Le Mayeur, dan beberapa obyek wisata lainnya Banyaknya obyek wisata di Kota Denpasar menyebabkan pembangunan di kabupaten tersebut sangat pesat untuk mengakomodir para wisatawan yang datang kedaerah tersebut. Tidak hanya jumlah wisatawan, jumlah penduduk pun meningkat. Peningkatan peningkatan yang terjadi di Kota Denpasar juga membuat terjadinya peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor di Kota Denpasar. Menurut UPTD Dispenda Provinsi Bali di Kota Denpasar, dalam rentang tahun 2003-2008 jumlah kepemilikan kendaraan golongan I (sepeda motor) meningkat sebesar 77%, kendaraan golongan II (mobil pribadi) meningkat sebesar 54%, kendaraan golongan III (bus) meningkat sebesar 21%, dan kendaraan golongan IV (truk) meningkat sebesar 30%. Peningkatan yang tidak diimbangi dengan pembangunan jalan baru tentu akan menyebabkan berbagai masalah dalam kualitas pelayanan jalan itu sendiri. Manajemen jalan dan lalu lintas mutlak diperlukan untuk mengatasi masalah masalah tersebut. Penyusunan perencanaan ataupun kebijakan mengenai manajemen lalu lintas sangat memerlukan adanya data data yang akurat serta terkini. Data data tersebut dapat berupa deskripsi, data statistik, peta, maupun citra. Untuk citra sendiri saat ini sudah banyak citra yang memiliki resolusi spasial yang tinggi, sebagai contohnya adalah citra Quickbird. Dengan resolusi spasialnya yang tinggi maka memungkinkan perolehan data data geometrik jalan sehingga pengukuran dan survai lapangan bisa dikurangi. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 3
1. Bagaimana kemampuan citra Quickbird untuk penyadapan data geometrik jalan dan kondisi lalu lintas untuk mengetahui tingkat kemacetan lalu lintas? 2. Bagaimana kondisi jalan dan lalu lintas di daerah kajian 3. Bagaimana kondisi jalan bila dilihat secara kartografis 4. Bagaimana manajemen lalu lintas dan jalan apabila mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menguji kemampuan citra Quickbird dalam menyadap data geometrik ruas jalan beserta data lingkungan jalan. 2. Mengkaji kapasitas dan volume lalu lintas di daerah penelitian 3. Melakukan pemetaan tingkat pelayanan jalan 4. Manajemen jalan dan lalu lintas dengan Sistem Informasi Geografis 1.4. Sasaran Penelitian 1. Peta Penggunaan Lahan Kota Denpasar 2. Peta volume lalu lintas Kota Denpasar 3. Peta kapasitas jalan Kota Denpasar 4. Peta tingkat pelayanan jalan Kota Denpasar 5. Analisis kemampuan citra Quickbird dalam menyajikan data geometrik jalan 6. Menyusun rekomendasi manajemen jalan 1.5. Kegunaan Penelitian 1. Pengembangan keilmuan terutama penginderaan jauh 2. Memberikan pemahaman tentang manajemen lalu lintas dengan memanfatkaan data penginderaan jauh 3. Dapat memberikan informasi tentang kondisi lalu lintas dan jalan pada daerah penelitian untuk rekomendasi penentuan kebijakan lalu lintas 4
1.6. Kondisi daerah penelitian Asal mula Kota Denpasar adalah dahulunya merupakan pusat Kerajaan Badung, dan seiring waktu juga menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Badung. Pada tahun 1958 Denpasar ditetapkan sebagai pusat pemerintahan tingkat I Propinsi Bali. Status Kota Denpasar sebagai pusat pemerintahan tingkat I membuat perkembangan Kota Denpasar dalam hal fisik, ekonomi, dan sosial berjalan pesat. Denpasar menjadi pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri dan pusat pariwisata yang terdiri dari 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan dan Denpasar Utara. Wilayah Kecamatan dibagi menjadi beberapa Desa/Kelurahan, masing-masing terdiri beberapa Dusun/Lingkungan. Disamping Desa Dinas juga terdapat Desa Adat yang masing-masing terdiri dari beberapa Banjar Adat. Antara Desa dinas dengan Desa adat tidak terjadi tumpang tindih, justru sebaliknya terdapat keserasian dan kerjasama yang saling mendukung. Tabel 1.1. Jumlah Kelurahan dan Banjar di Kota Denpasar No Kecamatan Ibukota Desa Banjar Kel. Dinas Adat Dinas Adat 1. Denpasar Pemecutan Barat Kaja 3 8 2 103 55 2. Denpasar Utara Peguyangan 3 8 10 98 101 3. Denpasar Timur Kesiman 4 7 12 85 98 4. Denpasar Selatan Sesetan 6 4 11 103 87 Kota Denpasar 16 27 35 389 341 Sumber : website Pemprov Kota Denpasar Kota Denpasar terletak di posisi strategis dari Pulau Bali, yaitu dikelilingi kabupaten kabupaten besar dan penting. Letak yang sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi ekonomis maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Karena strategisnya posisi 5
Kota Denpasar, maka terjadi pula peningkatan jumlah penduduk akibat pertumbuhan kota. Menurut Registrasi jumlah Penduduk sampai akhir Tahun 2008: 642.358 orang, tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 4%, sedangkan sensus penduduk 2000 menunjukan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 3,01%. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk ini disebabkan oleh faktor migrasi yang sangat dominan, dengan alasan pokok untuk mencari pekerjaan. Kota Denpasar terletak diantara 08 35" 31'-08 44" 49' lintang selatan dan 115 10" 23'-115 16" 27' Bujur timur. Adapun batas batas dari Kota Denpasar adalah : Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Badung Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Badung Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Badung Wilayah Kota Denpasar sebagian besar berada pada ketinggian tempat antara 0-75 m dari permukaan air laut. Denpasar Selatan seluruhnya terletak pada ketinggian 0-12 m di atas permukaan air laut. Sedangkan Denpasar Timur,Denpasar Barat dan Denpasar Utara terletak pada ketinggian 0-75 m di atas permukaan air laut. Ditinjau dari Topografi keadaan medan Kota Denpasar secara umum miring kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0-75m diatas permukaan laut. Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5% namun dibagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15% Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km 2 atau 12.778 Ha, yang merupakan tambahan dari reklamasi Pantai Serangan seluas 380 Ha. Dari luas tersebut di atas tata guna tanahnya meliputi Tanah sawah 2.717 Ha dan Tanah kering sebesar 10.051 Ha. Tanah kering kering terdiri dari Tanah Pekarangan 7.831 Ha, Tanah Tegalan 396 Ha, Tanah Tambak/Kolam 10Ha, Tanah sementara tidak diusahakan 81 Ha,Tanah Hutan 613 Ha, Tanah Perkebunan 35 Ha dan Tanah lainnya: 1.162 Ha 6
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Denpasar 7
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi angin musim sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur (Juni- Desember) dan musim Hujan dengan angin barat (September-Maret) dan diselingi oleh musim Pancaroba. Suhu rata-rata berkisar antara 25,1 C-29,0 C dengan suhu maksimum jatuh pada bulan Nopember, sedangkan suhu minimum pada bulan Juli. Jumlah Curah Hujan di Kota Denpasar berkisar 1.0-466.0 mm dan rata-rata 119,4 mm. Bulan basah (Curah Hujan >100 mm/bl) selama 4 bulan dari bulan Januari s/d April. Sedangkan bulan kering (Curah Hujan <100 mm/bl selama 8 bulan jatuh pada bulan Mei sampai Desember. Curah Hujan tertinggi terjadi pada pada bulan Januari (466.0 mm) dan terendah terjadi pada bulan September (1.0 mm). Denpasar bila dilihat dari jumlah penduduk dan tingkat migrasinya tergolong kota besar. Diantara 9 kabupaten/kota di Bali, luas wilayah Kota Denpasar adalah yang paling sempit /kecil. Namun demikian, Denpasar sebagai ibu kota Propinsi Bali, Pusat pemerintahan, Pusat perdagangan, dan Pariwisata telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Pertumbuhan ini selain mengucurkan rejeki bagi warganya, juga membersitkan masalah - masalah sosial. Problem tata ruang misalnya, pemerintah Kota Denpasar dipaksa untuk menjadikan Denpasar sebagai sebuah wilayah relatif sempit namun tetap nyaman untuk dihuni. Bagaimana mengatur penempatan daerah hunian, perekonomian, hiburan, fasilitas umum berdasarkan asas pemerataan sehingga arus kendaraan / lalu lintas tidak terpusat pada satu titik. Dengan demikian tidak ada lagi jalan-jalan yang mempunyai beban lebih (over load) sebagai penyebab kemacetan arus lalu lintas disatu sisi, dan ruas jalan yang sama sekali tidak dilalui kendaraan. Menurut Pemerintah Kota Denpasar, terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemacetan di Kota Denpasar, antara lain : A. Jumlah kendaraan Permasalahan klasik tentang perlalulintasan kota-kota di Indonesia adalah semakin tidak seimbangnya jumlah kendaraan dibandingkan dengan sarana dan prasarana pendukungnya.volume kendaraan bertambah setiap 8
saat, disisi lain fasilitas jalan baru tidak mungkin diadakan lagi. Jumlah kendaraan di Kota Denpasar pada Tahun 2000 adalah sebanyak 449.904, sedangkan jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun yang sama adalah 522.381 orang. (sumber : Denpasar Dalam Angka 2000, BPS Kota Denpasar). Ini berarti hampir setiap penduduk memiliki satu kendaraan bermotor. Tabel 1.2 Jumlah kendaraan bermotor di Kota Denpasar Sumber : Dinas Perhubungan Kota Denpasar B. Pemakai jalan / pemilik kendaraan Ada indikasi pelaku tertinggi dari penyebab kecelakaan adalah dari kalangan Generasi muda. Mudahnya mendapat SIM ditengarai menjadi penyebabnya. Kelonggaran mendapatkan Surat Ijin Mengemudi (SIM) justru akan menjerumuskan anak itu sendiri. Pemandangan yang sering dapat dilihat, di depan sekolah (SLTP) berjejer sepeda motor milik siswa. Dari hal ini, tentu akan mengundang pertanyaan, bagaimana siswa yang usianya berkisar 12 hingga 14 tahun ini bisa mengantongi SIM, sementara usia mereka belum memenuhi persyaratan. Demikian pula halnya di beberapa SMU, penggunaan mobil oleh siswa tidak lagi sebagai hal aneh. 9
Disiplin pemakai jalan yang relatif masih kurang terutama pada ruas-ruas jalan tertentu seperti pelanggaran terhadap larangan berhenti, parkir, dan pemanfaatan jalan sebagai garase mobil. C. Kondisi jalan Kondisi jalan di Kota Denpasar sebagian besar merupakan jalan tradisional, yaitu jalan yang dibuat pada masa lalu tanpa adanya perencanaan mengenai lalu lintas. Pelebaran jalan tidak mungkin lagi dilakukan, mengingat di sepanjang ruas jalan sudah dipadati dengan perumahan penduduk ataupun pertokoan yang nota bene sudah ada jauh sebelum Kota Denpasar dibentuk. Penggalian jalan oleh beberapa instansi/lembaga/badan yang mempunyai kepentingan terhadap jalan dan ruang dibawahnya, berakibat menyempitnya ruas jalan oleh timbunan tanah galian. Kondisi ini akan sangat nampak sebagai salah satu faktor penyebab kemacetan arus lalu lintas pada ruas jalan yang dilalui kendaraan cukup padat. D. Aktivitas Agama Di Bali umumnya, dan Denpasar khususnya kesadaran umat beragama untuk melaksanakan ibadah semakin tinggi. Setiap Minggu pagi dan sore Jalan Surapati, Jalan Kepundung, dan Jalan Debes harus ditutup karena dipakai tempat parkir oleh Umat Kristen yang melakukan ibadah di Gereja. Demikian juga pada sholat Jumat, arus lalu lintas di Jalan Diponegoro harus di alihkan kearah timur, karena sebagian dari ruas jalan dipergunakan untuk tempat parkir. Tingginya intensitas prosesi upacara keagamaan yang dilakukan oleh Umat Hindu seperti Ngaben, Melasti, dan sebagainya yang melibatkan banyak orang sering memacetkan arus lalu lintas. E. Angkutan kota Untuk mengcover seluruh wilayah di Kota Denpasar hanya diperlukan 562 unit armada Angkutan Kota. Tetapi kenyataan di lapangan terdapat 1.047 unit angkutan kota yang tersebar di 13 Jalur yang telah produktif. Ini berarti Denpasar surplus angkutan kota 485 armada 10
Tabel 1.3 Jumlah angkutan dalam kota Sumber : Dinas Perhubungan Kota Denpasar 11