BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II TUJUAN PUSTAKA. dikembangkan berlandaskan pada Al Qur an dan Al-Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang didasarkan pada prinsip syariah yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimplementasikan secara terpadu (integrated) dan tidak parsial sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal, keadilan sosial ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir, 2007)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Gambaran Umum Perkembangan Perbankan Syariah

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, bank

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Bank Syariah Menurut Undang undang nomor 10 Tahun 1998, Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Kasmir, 2003). Bank berdasarkan Prinsip Syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dengan pihak lain baik dalam hal untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah adalah dengan cara : 1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah). 3. Prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah). 4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah waiqtina). 10

11 Antonio (2001) menjelaskan mengenai prinsip prinsip dasar perbankan syariah yang terdiri atas : a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository / Al. Wadi ah) Al Wadi ah diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Dalam prinsip Bagi Hasil, prinsip yang paling banyak dipakai adalah sebagai berikut : 1. Al Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana atau amal dengan adanya kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama. 2. Al Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan dalam mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang ada dalam kontrak, sedangkan rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian bukan diakibatkan oleh pengelola. c. Prinip Jual Beli (Sale and Purchase) Ada tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam

12 perbankan syariah, yaitu Bai al murabahah (jual beli barang pada harga asal), Bai as salam (pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari), dan Bai al istishna (kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang). d. Prinsip Sewa (Operational Lease and Financial Lease) Prinsip sewa disebut juga dengan al ijarah yang berarti akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership / milkiyyah) atas barang itu sendiri. e. Prinsip Jasa (Fee Based Service) Ada empat prinsip dalam prinsip jasa yang terdiri atas : 1. Al Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal hal yang diwakilkan. 2. Al Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 3. Al Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. 4. Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. 2.1.2 Profitabilitas Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan

13 yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan suatu perbankan (Fahmi, 2011). Menurut Mukhlis (2012), tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan sangat ditentukan oleh besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam kegiatan operasionalnya. Tingkat keuntungan mencerminkan besarnya insentif yang diperoleh bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Dengan tingkat perolehan keuntungan yang semakin besar, bank memiliki kecenderungan untuk dapat mengembangkan usahanya secara lebih luas. Pencapaian tingkat profitabilitas bank dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank membuat pihak manajemen untuk lebih mampu dalam menjaga kondisi internal perbankan khususnya indkator yang berkaitan dengan kinerja keuangan. Pihak manajemen bank juga perlu untuk terus memantau kondisi perekonomian makro agar keputusan bisnis yang diambil dapat melindungi kepentingan berbagai pihak terutama pihak penyimpan dana dan pihak pengguna dana perbankan syariah yang ada di Indonesia. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas adalah ROA (Return On Asset). ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena sebagai pembina dan pengawas perbankan, Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu

14 bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Suryani, 2011). Bank Indonesia menetapkan ketentuan untuk rasio ROA adalah sebesar 1,5%. 2.1.3 Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2011), untuk membuktikan bahwa suatu perbankan memiliki kualitas yang baik, maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat perbankan tersebut telah menjalankan suatu kaidah kaidah manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance). Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perbankan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Ada 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perbankan secara umum (Fahmi, 2011), yaitu : a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. b. Melakukan perhitungan. c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. d. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

15 e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Berbagai indikator dalam kinerja keuangan bank pada dasarnya mencerminkan kinerja keuangan bank dalam menjalankan kegiatannya. Dalam indikator tersebut terdapat berbagai rasio rasio keuangan yang mengukur seberapa besar kemampuan bank dalam mengelola keuangannya. Indikator keuangan yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja bank seperti CAR, FDR, NPF dan BOPO yang diuraikan sebagai berikut : a. CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang menghasilkan resiko misalnya kredit yang diberikan (Mahanavami, 2013). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS). Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR dan nilai kredit untuk permodalan bank adalah sebagai berikut (Harmono, 2011) : No. Predikat Rasio CAR Nilai Kredit 1. Sehat 8,00% - 9,99% 81 100 2. Cukup sehat 7,90% - < 8,00% 66 - < 81 Setiap penurunan 0,1% ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% Nilai kredit dikurangi 1 dengan nilai minimum

16 Pengaruh CAR terhadap ROA Variabel CAR dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah. Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan bahwa bank dinyatakan sehat apabila memiliki CAR paling sedikit 8%. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Wibowo & Syaichu, 2013). CAR mencerminkan kecukupan modal perbankan. Kecukupan modal yang dimiliki perbankan dapat membiayai kegiatan operasional perbankan. Kegiatan operasional yang telah berjalan dapat memberikan pengembalian kepada perbankan sehingga perbankan mendapatkan profitabilitas. Perbankan dapat memiliki profitabilitas yang tinggi apabila kecukupan modal / nilai CAR yang dimilikinya juga tinggi. Teori ini didukung oleh penelitian Barus dan Sulityo (2011) dan Setiawan (2009) menunjukkan hasil CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Berdasarkan landasan teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : CAR berpengaruh positif terhadap Profitabilitas (ROA) bank syariah.

17 b. FDR (Financing to Deposit Ratio) FDR (Financing to Deposit Ratio) memberikan gambaran optimalisasi bank syariah untuk mengembangkan sektor riil (Syafrida dan Abror, 2011). Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka di bawah 80%, maka dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada seluruh pihak yang membutuhkan. Sebaliknya, jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari 110% berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Hal tersebut menunjukkan bahwa bank sebagai pihak intermediasi (perantara) tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan (Suryani, 2011). Pengaruh FDR terhadap ROA FDR merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan pembiayaan. Menurut Suryani (2011), semakin tinggi FDR (Financing to Deposit Ratio) maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK). Dengan penyaluran Dana Pihak Ketiga (DPK) yang besar maka pendapatan bank Return on Asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga FDR (Financing to Deposit Ratio)

18 berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA). Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyati (2014) dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif antara FDR dan ROA. Dengan landasan teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : FDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah. c. NPF (Non Performing Financing) NPF (Non Performing Financing) merupakan istilah yang digunakan untuk rasio pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah (Wibowo & Syaichu, 2013). Salah satu indikator dari pembiayaan bermasalah adalah kredit macet. Kredit macet ini dapat terjadi karena faktor internal kreditur ataupun faktor eksternal yang berkembang (Mukhlis, 2012). Menurut Syafrida dan Abror (2011), NPF (Non Performing Financing) digunakan untuk melihat kemampuan bank syariah dalam mengelola pembiayaannya. BI mematok angka NPF maksimal 5%. Pengaruh NPF terhadap ROA NPF mencerminkan pembiayaan bermasalah pada suatu perbankan. Pembiayaan bermasalah yang terjadi pada suatu perbankan akan menimbulkan kredit macet yang mengindikasikan bahwa nasabah gagal membayar. Jika nasabah gagal membayar atau terjadi kredit macet

19 maka pendapatan suatu bank akan berkurang karena pendapatan suatu bank berasal dari bagi hasil pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah. Hal tersebut juga akan berdampak pada menurunnya profitabilitas suatu bank. Teori tersebut juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2009) dan Nurkhosidah (2009) dengan hasil yang menunjukkan NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Maka dengan landasan teori tersebut hipotesis pada penelitian ini adalah : H3 : NPF berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah. d. BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) BOPO merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Bank Indonesia menetapkan ketentuan untuk rasio BOPO adalah dibawah 90% karena apabila rasio BOPO melebihi 90% sampai mendekati 100% maka bank tersebut dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan operasi yang disebut BOPO (Mahanavami, 2013). Skala predikat rasio dan nilai kredit BOPO bank adalah sebagai berikut (Harmono) : No. Predikat Rasio CAR Nilai Kredit 1. Sehat 93,52% - 92% 81 100 2. Cukup sehat 94,72% - < 93,53% 66 - < 81 3. 4. Kurang sehat Tidak sehat 95,92% - < 94,73% 100% - < 95,92% 51 - < 66 0 - < 51

20 Pengaruh BOPO terhadap ROA Variabel BOPO merupakan rasio yang menunjukkan efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Bank yang sehat memiliki rasio BOPO kurang dari 1 sedangkan bank yang kurang sehat memiliki rasio BOPO lebih dari 1 (Wibowo & Syaichu, 2013). Semakin tinggi biaya pendapatan menyebabkan kegiatan operasional bank menjadi tidak efisien. Kegiatan operasional yang tidak efisien berdampak pada pendapatan yang semakin menurun. Teori tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurkhosidah (2009) yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan landasan teori tersebut hipotesis pada penelitian ini adalah: H4 : BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) bank syariah. 2.2 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian penelitian terdahulu diatas mengenai berbagai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : CAR (X1) FDR (X2) NPF (X3) BOPO (X4) H1 (+) H2 (+) H3 (-) H4 (-) ROA (Y)