4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kolesom merupakan salah satu tanaman obat dari divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyftales, family Portulacaceae, genus Talinum dan spesies triangulare. Sinonim dari tanaman ini secara botani adalah Talinum racemosum atau Portulaca triangularis (Syukur dan Hernani, 2002). Kolesom merupakan tanaman sukulen yang memiliki lintasan metabolisme inducible CAM (Crassulacean Acid Metabolism) (Pieters et al., 2003). Kolesom merupakan tanaman herba menahun yang tumbuh tegak. Batang tanaman ini berbentuk bulat, pangkalnya berwarna ungu kemerahan, sedangkan batang bagian tengah sampai ujung berwarna hijau (Wahyuni dan Hadipoentyanti, 1999). Daunnya berbentuk oblongus-spatulatus, berwarna hijau muda, tebal berdaging, filotaksis spiral dan kadang-kadang berhadapan. Secara anatomi daunnya memiliki tipe dorsiventral, stomata parasitic (epidermis atas dan bawah), parenkim daun (jaringan spons) yang mengandung kristal kalsium oksalat bentuk roset dan kelenjar minyak atsiri, berkas pembuluh kolateral. Bunga berwarna merah jambu keunguan. Bentuk tangkai bunga segitiga dan bunga jantan dalam tandan (racemes). Bunga mekar pada pagi hari pukul 09.00. Buahnya berbentuk bulat memanjang, berwarna hijau kekuningan, dan berisikan biji hitam mengkilat. Biji kolesom berbentuk lonjong pipih dan berdiameter ± 1 mm. Akarnya akan menebal menyerupai ginseng (Santa dan Prajogo, 1999). Kolesom mempunyai beberapa spesies, akan tetapi lebih dikenal ada dua spesies Talinum, yakni Talinum triangulare dan Talinum paniculatum (Syukur dan Hernani, 2002). Masyarakat memang sukar membedakan antara kolesom (Talinum triangulare) dan som jawa (Talinum paniculatum). Ciri-ciri anatomi kedua jenis tanaman ini sukar dibedakan. Perbedaannya terletak pada ciri-ciri morfologinya, yaitu filotaksis, tipe inflorensi, bentuk buah, warna, dan waktu bunga mekar. Som jawa memiliki filotaksis yang berhadapan, tipe inflorensi malai (panicula) dengan tangkai bunga bersudut tumpul, buah berbentuk kapsul (bulat
5 dan berwarna merah-cokelat), dan bunga mekar pada sore hari (Santa dan prajogo, 1999). Tanaman kolesom dapat dikonsumsi oleh manusia dan tidak mengandung toksik, berdasarkan uji toksisitas akut (Nugroho, 2000). Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan yakni umbi dan pucuknya. Di dalam akar kolesom mengandung alkaloid, steroid, saponin dan tannin (Susanti et al., 2008). Manfaat umbi kolesom yaitu untuk mengobati neurasthenia (kelelahan tubuh), debilitas (kelemahan tubuh) setelah dari penyakit kronik (Hargono, 2005) dan obat lemah syahwat (Hutapea, 1994). Pucuk kolesom biasa dikonsumsi sebagai sayuran yang memiliki antosianin dan protein yang baik bagi tubuh (Mualim, 2009). Ekologi dan Penyebaran Kolesom merupakan tanaman asli dari Amerika Tropis dan pada tahun 1915 diintroduksi ke Jawa melalui Suriname (Heyne, 1987). Di Asia Tenggara tanaman kolesom dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam pot dan sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah. Di Amerika Selatan tanaman ini sebagai tanaman obat dan di Afrika terpilih sebagai sayuran dengan sumber protein tinggi (Fasuyi, 2006). Menurut Wijayakusuma et al. (1995), kolesom dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini tumbuh secara alami di pinggir jalan, di daerah pinggiran hutan, dan di kebun. Untuk mendapatkan hasil yang baik, kolesom membutuhkan tanah yang kaya humus, kelembaban yang cukup dan penyinaran yang maksimal. Pemupukan Pupuk diberikan pada tanaman dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam tanah, tetapi karena secara terus-menerus diserap dan digunakan oleh tanaman maka kandungannya akan berkurang. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang berarti pengangkutan unsur hara oleh tanaman akan terus meningkat (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998).
6 Unsur hara dapat dianggap esensial bagi tanaman apabila unsur tersebut terlibat dalam fungsi metabolisme tanaman dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yang terbagi ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S, sedangkan unsur mikro terdiri atas Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co (Havlin et al., 2005). Nitrogen Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanaman menyerap N dalam bentuk ammonium (NH + 4 ) dan nitrat (NO - 3 ) (Soepardi, 1983). Fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai komponen molekul klorofil, unsur protein, asam amino, komponen enzim, berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan merangsang pengambilan nutrisi yang lain (Tisdale et al., 1985). Penyedian N berhubungan dengan penggunaan karbohidrat. Apabila persedian N sedikit maka hanya sebagian kecil hasil fotosintesis yang diolah menjadi protein, sedangkan sisanya diakumulasi dalam bentuk karbohidrat. Penimbunan karbohidrat menyebabkan sel-sel vegetatif tanaman menebal, sehingga tanaman menjadi lemah dan kerdil. Sebaliknya apabila N banyak tersedia, maka akan sedikit karbohidrat yang terakumulasi karena sebagian besar dijadikan sebagai protein penyusun protoplasma (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998). Tanaman dikatakan efisien dalam penggunaan N jika jumlah bobot kering yang terbentuk lebih besar dibandingkan tanaman lainnya yang mendapat jumlah N yang sama (Clark, 1990). Baligar et al. (2001) menyimpulkan bahwa peningkatan efisiensi penggunaan N pada tanaman sangat penting dalam meningkatkan hasil dan kualitas tanaman, menurunkan input N dan meningkatkan kualitas tanah, air, dan udara. Kalium Kalium (K) berasal dari mineral primer dan mineral sekunder. Sumber utama K bagi tumbuhan adalah pelapukan mineral yang mengandung K. Kalium tanah dijumpai dalam tiga kemungkinan, yaitu secara kimia terikat dalam mineral
7 tanah primer atau sekunder, dapat diikat dan diabsorpsi dari partikel tanah atau dalam larutan tanah (Gardner et al., 1991). Kalium dapat diberikan ke dalam tanah melalui pupuk organik dan anorganik. Pupuk anorganik yang sering digunakan adalah kalium klorida (KCl). Pupuk KCl mengandung 50-52% K (60-63% K 2 O). Pupuk kalium lainnya antara lain kalium sulfat (K 2 SO 4 ) dan kalium nitrat (KNO 3 ), yang masing-masing mengandung 50-52% dan 44% K 2 O (Havlin et al., 2005). Peranan utama kalium dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 2001). Kecukupan kalium dalam tanaman juga akan menjamin ketegaran tanaman, membuat tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit serta merangsang pertumbuhan akar (Soepardi, 1983). Kalium adalah unsur yang mobil, sehingga akan terjadi translokasi dari bagian tanaman yang tua ke bagian tanaman yang lebih muda. Bila terjadi kekurangan K pada tanaman akan tampak pada bagian tanaman yang tua lebih dahulu, lalu diikuti pada bagian tanaman yang lebih muda (Tisdale et al., 1985). Kekurangan K terutama pada awal pertumbuhan akan mengakibatkan perubahan terhadap hasil karbohidrat dan secara cepat diikuti oleh berkurangnya konsentrasi K + pada tanaman. Gejala kekurangan K akan mengakibatkan daun menjadi kering dan terbakar pada sisi-sisinya serta memperlihatkan klorosis yang tidak merata sehingga fotosintesis terganggu (Havlin et al., 2005). Kalium merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman kolesom dalam mencapai produksi yang maksimal. Unsur K menjadi faktor pembatas pada semua komponen produksi kolesom, yakni daun, batang, cabang, tajuk, dan daun segar layak jual. Unsur K juga sebagai faktor pembatas dalam produksi antosianin pada tanaman kolesom (Mualim, 2009).
8 Penyemprotan Nitrogen dan Kalium Melalui Daun Penyemprotan nitrogen dan kalium melalui daun pada tanaman kolesom sejauh ini belum pernah dilakukan. Aplikasi penyemprotan ini pernah dilakukan pada komoditas lain. Hasil penelitian Snyder (1998) menunjukkan bahwa pemberian N dan K melalui daun pada tanaman kapas mampu meningkatkan produksi kapas, namun belum dapat menentukan dosis yang terbaik, terbatas sebagai pemenuhan kebutuhan hara bagi tanaman.