Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

dokumen-dokumen yang mirip
Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Economic Education Analysis Journal

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Nurul Atieka & Rina Kurniawati Program Studi Bimbingan dan Konseling UM Metro

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Economic Education Analysis Journal

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

The Counselor Role in Developing the Talents of Students Through the Placement Services in the Fields SMP 27 By:

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI PRAKTIK KELISTRIKAN OTOMOTIF MAHASISWA LULUSAN SMA DAN SMK PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JPTK FKIP UNS

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

PERBEDAAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU ANTARA YANG SUDAH DAN BELUM SERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA MALANG

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Fashion and Fashion Education Journal

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENGARUH MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM DI SMA NURUL AMALIYAH TANJUNG MORAWA

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK BELAJAR TERHADAP MANAJEMEN PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR SISWA SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Journal of Mechanical Engineering Learning

Automotive Science and Education Journal

INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LEARNING CELL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP KENAMPAKAN ALAM

IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

PENGARUH PERSIAPAN MATERI SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 19 PALU

Yusniar Rasjid STKIP Pembangunan Indonesia Makassar Jl. A.P. Pettarani No. 99B Makassar

Keywords: teacher competence and performance; organizational culture

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of History Education

JURNAL. Oleh: LAILAFIL FITRIANA NPM: Dibimbing Oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Santy Andrianie, M.Pd.

Indonesian Journal of History Education

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

Automotive Science and Education Journal

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL E-JOURNAL. Novila Edza Putri

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Journal of Elementary Education

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK SMP NEGERI 1 PANTI KAB. PASAMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 1

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

RENA A JURNAL. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS. FKIP UNTAD Penerbit : E Journal Geo-Tadulako UNTAD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA.

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

PEMBINAAN MENTAL TERHADAP PESILAT PUTRA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE RANTING KEBONAGUNG TAHUN 2015 SKRIPSI

Economic Education Analysis Journal

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PROFESONAL GURU SMP NEGERI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

Edu Geography

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB III METODE PENELITIAN

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Automotive Science and Education Journal

SKRIPSI. Oleh: SUGIYARNO NPM : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 2 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

Automotive Science and Education Journal

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KMS DAN NON KMS DI SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN 2013/2014 ARTIKEL E-JOURNAL

STUDI KOMPARATIF KINERJA GURU BIOLOGI YANG BELUM SERTIFIKASI DENGAN GURU BIOLOGI YANG SUDAH SERTIFIKASI PADA SMA NEGERI RAYON 01 KABUPATEN PIDIE

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA KALAM KUDUS MEDAN. Charles Fransiscus Ambarita Surel :

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

PENGARUH LAYANAN ORIENTASI TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MUHAMMADIYAH 10 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

Oleh : Watak Putra Wijaya Kusuma, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **

PERBEDAAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK JURUSAN IPA DENGAN JURUSAN IPS DI SMA NEGERI 1 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA OLEH:

JURNAL EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA KELAS XI IPA SMA MUHAMMADIYAH KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA JURNAL

SKRIPSI. Oleh: TRI SANDI ADI PANGESTU NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

Transkripsi:

IJGC 1 (2) (2012) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk PERBEDAAN KINERJA KONSELOR TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI MENYUSUN PROGRAM BK Agus Priyanto Sri Hartati, Suharso Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Oktober 2012 Disetujui November 2012 Dipublikasikan Desember 2012 Keywords: performance, certification, program BK Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui perbedaan kinerja antara konselor tersertifikasi dengan konselor yang belum tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua konselor yang ada di SMP Negeri Se-Kabupaten Brebes dengan jumlah 155 orang konselor. Sampel penelitian terpilih menggunakan teknik cluster random sampling yaitu sebanyak 41 orang konselor belum tersertifikasi dan 35 orang konselor tersertifikasi yang tersebar pada 16 SMP Negeri. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Metode analisis data yang digunakan menggunakan uji beda (t-test). Perbedaan antara kinerja konselor tersertifikasi dan belum tersertifikasi diketahui t hitung = 2,35 dengan taraf signifikansi 5%, N= 76 sehingga nilai df = 74 sementara itu berdasarkan perhitungan, t tabel = 1,99 (dengan interpolasi). Hal ini berarti t hitung = 2,35 > t tabel = 1,99 sehingga diperoleh sebuah kesimpulan bahwa ada perbedaan kinerja antara konselor tersertifikasi dan konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan konseling. Abstract This study aimed to see whether there are differences in performance between certified counselor with a counselor who has not been certified in developing guidance and counseling program. In this study population was all counselors at the Junior High School Brebes 155 people by the number of counselors. The research sample was selected using cluster random sampling technique as many as 41 people counselors not certified and 35 certified counselors are scattered in 16 Junior High School. Retrieval of data in this study using a questionnaire. The method of data analysis using different test (t-test). The difference between the performance of the certified counselor and certified as yet unknown t = 2.35 with a significance level of 5%, N = 76 so that the value df = 74 while it was based on calculations, the t table = 1.99 (with interpolation). This means that t = 2.35> ttable = 1.99 in order to obtain a conclusion that there is a difference in performance between certified counselors and counselors not certified in developing the counseling program. 2012 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung A2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 E-mail: journalbkunnes@yahoo.com ISSN 2252-6374

Pendahaluan Menurut Mangkunegara (2000: 67), Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Sedangkan kata kinerja menurut KBBI (1996: 593), dapat diartikan sebagai 1) suatu yang dicapai, 2) prestasi yang diperlihatkan, 3) kemampuan kerja (peralatan). Jadi kinerja merupakan suatu pencapaian kerja seseorang yang dapat terlihat secara kualitas ataupun kuantitas atas suatu pekerjaan yang dapat diamati dan diukur dalam satu periode pekerjaan tertentu. Keith Davis, (1964) dalam Mangkunegara (2001: 67) menjelaskan beberapa hal utama yang mempengaruhi kinerja adalah, (1) Human performance = Ability+motivation, (2) Motivation = Atitude + Situation, (3) Ability = Knowledge + Skill yang artinya bahwa kinerja dipengaruhi oleh (1) Penampilan seseorang = kemampuan + motivasi (kinerja seseorang akan berkembang dengan baik apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan yang baik dan motivasi yang tinggi), (2) motivasi = sikap + situasi (motivasi seseorang akan dipengaruhi oleh sikap seseorang dalam menghadapi situasi), (3) kemampuan = pengetahuan + ketrampilan (kemampuan seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuannya dengan ketrampilan yang dimilikinya). Salah satu cara melihat kinerja konselor adalah dilihat dari cara penyusunan program bimbingan dan konseling. Menurut Sukardi (2002: 8), tujuan umum dari penyusunan program bimbingan dan konseling yakni : agar guru pembimbing memiliki pedoman yang pasti dan jelas sehingga kegiatan bimbingan dan konseling disekolah dapat terlaksana lancar, efektif dan efisien serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Program bimbingan dan konseling yang baik adalah program yang efisien dan memiliki ekfektifitas yang optimal serta disusun dengan melibatkan semua unsur dan personil yang berada pada wilayah sekolah. Selain itu program bimbingan dan konseling yang baik juga memuat semua unsur yang perlu dikembangkan siswa tidak hanya seputar bidang bimbingan namun juga seluruh unsur dan program sekolah. Sebagai upaya meningkatkan kinerja dan kualitas tenaga pendidik maka pemerintah sekarang ini menggencarkan program sertifikasi guru. pada dasarnya sertifikasi guru memiliki tujuan untuk melindungi segenap komponen yang berada pada wilayah pendidikan guna mendapatkan pelayanan pendidikan yang optimal dan bermutu. Konselor yang telah mengikuti program sertifikasi guru BK pada dasarnya telah menguasai kompetensi secara akademik dan kompetensi profesional dalam bidang bimbingan dan konseling dan sudah dapat dikatakan sebagai konselor yang profesional. Setelah mengikuti program sertifikasi guru BK seharusnya konselor menunjukan kinerja yang semakin baik dalam berbagai layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam penyusunan program bimbingan dan konseling karena dalam PLPG diajarkan berbagai teori terkait dengan penyusunan program BK sehingga dapat memberikan hasil layanan yang lebih optimal karena seluruh kegiatan layanan bimbingan konseling sudah terprogram dan terkoordinir dengan baik dalam program bimbingan konseling. Kenyataan dilapangan yang terjadi saat ini terkait dengan pentingnya penyusunan program bimbingan dan konseling nampaknya belum begitu menjadi hal pokok yang harus diperhatikan oleh konselor di sekolah. Berdasarkan survey data awal yang dilakukan terhadap 3 SMP Negeri di Kabupaten Brebes yang memiliki bimbingan konseling. Dengan jumlah konselor sebanyak 14 orang dimana 6 konselor telah tersertifikasi dan 8 konselor belum tersertifikasi, ditemukan fakta bahwa sebagian besar konselor tidak menyusun program bimbingan dan konseling sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Konselor sekolah membuat program bimbingan dan konseling hanya berdasarkan program yang sudah ada tanpa memperhatikan kondisi kebutuhan siswa. Padahal idealnya konselor yang telah tersertifikasi harusnya memiliki kinerja yang lebih baik dalam menyusun program karena telah berstatus sebagai pendidik professional dibandingkan dengan konselor yang belum tersertifikasi. Permasalahan pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana kinerja konselor yang belum tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan Brebes tahun ajaran 2012/2013? (2) Bagaimana kinerja konselor yang telah tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kabupaten Brebes tahun ajaran 2012/2013? (3) Apakah ada perbedaan kinerja antara konselor yang telah tersertifikasi dan yang belum tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kabupaten Brebes tahun ajaran 2012/2013? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kinerja konselor yang belum tersertifikasi dalam Penyusunan program bimbingan Brebes tahun ajaran 2012/2013, (2) Untuk men- 2

getahui kinerja konselor yang telah tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kabupaten Brebes tahun ajaran 2012/2013, (3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja antara konselor yang telah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan Brebes tahun ajaran 2012/2013? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kinerja konselor yang belum tersertifikasi dalam Penyusunan program bimbingan Brebes tahun ajaran 2012/2013, (2) Untuk mengetahui kinerja konselor yang telah tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri se-kabupaten Brebes tahun ajaran 2012/2013, (3) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kinerja antara konselor yang telah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi dalam penyusunan program bimbingan Brebes tahun ajaran 2012/2013. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Konselor SMP Negeri yang berada di wilayah kabupaten Brebes yang berjumlah 155 konselor dan diklasifikasikan berdasarkan 3 wilayah yakni wilayah utara, tengah dan selatan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik Cluster Random Sampling yaitu diambil secara acak 20 % dari seluruh populasi (Arikunto (2006: 134), yakni sebanyak 16 sekolah yang dimana pada wilayah utara akan diambil sebanyak 7 sekolah, wilayah tengah sebanyak 4 sekolah serta wilayah selatan sebanyak 5 sekolah. Variabel dalam penelitian adalah sertifikasi dan kinerja. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yakni dengan metode angket. Tek- nik analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara konselor yang tersertifikasi dengan konselor yang belum tersertifikasi menggunakan rumus uji beda (t-test). Hasil Dan Pembahasan Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kinerja konselor tersertifikasi dalam menyusun program cenderung memiliki kinerja yang baik sedangkan kinerja konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program cenderung memiliki kinerja yang baik. Untuk mengetahui hasil analisis rata-rata presentase kinerja konselor tersertifikasi secara keseluruhan dan hasil analisis rata-rata presentase kinerja konselor belum tersertifikasi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Hasil secara keseluruhan dari perhitungan secara analisis deskriptif presentase menjelaskan bahwa kinerja konselor tersertifikasi dalam menyusun program BK termasuk pada kriteria baik Dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 78,97 %. Hasil secara keseluruhan dari perhitungan secara analisis deskriptif presentase menjelaskan bahwa kinerja konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program BK pada perhitungan per komponen termasuk pada kriteria baik Dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 75,18 %. Secara lebih jelas kinerja konselor tersertifikasi perkomponen dan kinerja konselor belum tersertifikasi perkomponen dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Berdasarkan uji normalitas data dan homogenitas, data kinerja konselor yang belum tersertifikasi maupun yang telah tersertifikasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hal tersebut maka syarat untuk melakukan uji beda (t-test) sudah terpenuhi. Berdasarkan hasil uji beda diperoleh thitung = 2,35 > ttabel = 1,99 sehingga dapat disimpulkanan bahwa ada perbedaan kinerja konselor dalam menyusun program bimbingan dan konseling antara konselor yang telah tersertifikasi dengan Tabel 1 Kinerja konselor tersertifikasi dalam menyusun program BK secara menyeluruh No Interval (Score) Interval (%) Kriteria Frekuensi Presentase 1 336 < skor < 400 84 % < skor < 100 % Sangat baik 10 28,57% 2 272 < skor < 336 68 % < skor < 84 % Baik 25 71,42% 3 208 < skor < 272 52 % < skor < 68 % Cukup baik 0 0% 4 144 < skor < 208 36 % < skor < 52 % Kurang baik 0 0% 5 80 < skor < 144 20 % < skor < 36 % Tidak baik 0 0% Jumlah 35 100% 3

Tabel 2 Kinerja konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program BK secara menyeluruh No Interval (Score) Interval (%) Kriteria Frekuensi Presentase 1 336 < skor < 400 84 % < skor < 100 % Sangat baik 3 7,31% 2 272 < skor < 336 68 % < skor < 84 % Baik 29 70,73% 3 208 < skor < 272 52 % < skor < 68 % Cukup baik 9 21,95% 4 144 < skor < 208 36 % < skor < 52 % Kurang baik 0 0 5 80 < skor < 144 20 % < skor < 36 % Tidak baik 0 0 Jumlah 41 100% konselor yang belum tersertifikasi. Adapun hasil uji beda (t-test) dapat dilihat pada tabel 5. Analisis yang diperoleh dari adanya perbedaan kinerja antara konselor tersertifikasi dan konselor belum tersertifikasi terlihat bahwa sesuai dengan tujuan sertifikasi guru yakni mencetak para pendidik professional. Diharapkan konselor yang tersertifikasi juga adalah konselor-konselor sekolah yang sudah mendapatkan pembekalan baik secara teori maupun praksis dari dari LPTK yang bekerjasama dengan KSG (Konsorsium Sertifikasi Guru). Selain itu faktor pengalaman yang lebih dari para konselor yang telah tersertifikasi dimana minimal untuk mengikuti program sertifikasi ini konselor yang bersangkutan sudah memiliki pengalaman selama 5 tahun mengajar di sekolah. Hal tersebut diharapkan menjadi salah satu faktor pula yang mendukung lebih baiknya kinerja konselor yang tersertifikasi dari pada konselor yang belum tersertifikasi. Kenyataan lain dilapangan yang ditemukan oleh peneliti bahwa terdapat beberapa orang konselor yang tidak berlatar belakang dari pendidikan (S1-BK) dipercaya bertugas sebagai petugas bimbingan konseling dan dinyatakan lolos dari program sertifikasi guru. Berdasarkan gambaran kondisi tersebut kinerja konselor dalam menyusun program bimbingan dan konseling antara konselor yang tersertifikasi dan konselor yang belum tersertifikasi diharapkan untuk bisa meningkatkan kompetensinya, karena profesi sebagai konselor sekolah bukanlah profesi sembarangan yang bisa dikerjakan oleh semua orang. Butuh kompetensi khusus mulai dari kompetensi secara paedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang harus dikuasai oleh seorang petugas bimbingan konseling. Upaya pemerintah untuk memberikan kesejahteraan yang lebih baik lagi bagi para konselor sekolah haruslah diimbangi pula dengan seleksi yang ketat agar semua peserta sertifikasi benar-benar layak mendapat sertifikat sebagai pendidik profesional dalam hal ini konselor sekolah yang benar profesional yang dibuktikan dengan adanya sertifikasi sebagai pendidik professional yang diakui oleh pemerintah serta mampu menciptakan layanan yang prima bagi seluru stake holder bimbingan dan konseling. Kinerja konselor tersertifikasi dan belum tersertifikasi dalam menyusun program juga dapat terlihat dari perbedaan perkomponen perbedaan itu terlihat dari beberapa hal antara lain konselor yang tersertifikasi merupakan konselor yang mempunyai pengalaman lebih banyak dilapangan dari konselor yang belum tersertifikasi sementara pada program sertifikasi lembaga penyelenggara sertifikasi memberikan berbagai pengantar secar teoritis dan praktik untuk menyegarkan kembali ingatan tentang konsep bimbingan konseling secara menyeluruh hal ini juga disebabkan karena faktor masa kerja yang lebih panjang. Sisi lain konselor yang belum tersertifikasi mempunyai pemahaman konsep yang masih cukup baru karena kebanyakan konselor yang belum tersertifikasi adalah konselor yang baru saja selesai menempuh pendidikan dengan kata lain masih segar ingatan bagi konselor yang belum tersertifikasi ini tentang konsep bimbingan dan konseling secara menyeluruh. Pada komponen mensosialisasikan program layanan bimbingan konseling perbedaan kinerja konselor tersertifikasi dan belum tersertifikasi terlihat bahwa adanya kecenderungan perbedaan dalam cara mensosialisasikan program layanan bimbingan dan konseling. Dimana konselor tersertifikasi sudah memiliki kebiasaan dan cara-cara tertentu dalam mensosialisasikan program seiring dengan lamanya pengalaman mereka dilapangan, tetapi secara umum konselor tersertifikasi belum secara maksimal memanfaatkan media yang bisa membantu dalam kegiatan sosilasasi program bimbinga konseling. Disisi lain konselor yang belum tersertifikasi cenderung memiliki ketrampilan yang lebih baik dalam memanfaatkan berbagai media dalam rangka mensosialisasikan program sebagai contoh konselor yang belum sertifikasi terampil dalam menggunkan media seperti komputer dan internet. 4

Tabel 3 Kinerja konselor tersertifikasi dalam menyusun program BK berdasarkan komponen No Komponen Presentase Kriteria 1 Konselor memahami konsep bimbingan konseling secara menyeluruh 82, 47 % Baik 2 Konselor mensosialisasikan program layanan bimbingan konseling 74,74 % Baik 3 Tahap Perencanaan (Planning ) 78,90 % Baik 4 Tahap Penyusunan (designing) 79,77% Baik Rata-rata 78.97 % Baik Tabel 4 Kinerja konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program BK berdasarkan komponen No Komponen Presentase Kriteria 1 Konselor memahami konsep bimbingan konseling secara menyeluruh 79,02% Baik 2 Konselor mensosialisasikan program layanan bimbingan konseling 70,82% Baik 3 Tahap Perencanaan (Planning ) 74,90% Baik 4 Tahap Penyusunan (designing) 75,99% Baik Rata-rata 75,18% Baik Pada komponen perencaan penyusunan program terdapat kecenderungan bahwa konselor yang tersertifikasi sudah memiliki banyak dukungan dari berbagai pihak selama proses perencanaan program BK sehingga mampu mengupayakan terciptanya kegiatan bimbingan konseling yang tidak hanya dilaksanakan oleh petugas bimbingan saja namun mampu mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang menunjang berbagai layanan yang melibatkan pihak luar, sedangkan pada konselor yang tersertifikasi memiliki kelebihan dalam menggunakan berbagai media salah satunya media komputer dimana penggunaan media komputer sangat membantu dalam proses instrumentasi yang berbasis komputer. Adanya perbedaan ini sudah seharusnya menjadi hal yang bisa saling melengkapi demi terciptanya kegiatan layanan bimbingan konseling yang baik. Dalam komponen penyusunan program terlihat kecenderungan bahwa konselor telah tersertifikasi dengan konselor belum tersertifikasi lebih terampil merumuskan strategi yang akan digunakan dalam memberikan layanan dan secara luas konselor tersertifikasi cenderung memiliki lebih banyak referensi tentang program bimbingan konseling pada periode sebelum. Nampaknya hal tersebut menjadi acuan bagi konselor tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan konseling, sisi lain pada konselor yang belum tersertifikasi memiliki kecendrungan bahwa mereka lebih terampil dalam penggunaan instrumentasi untuk menganalisis kebutuhan sisiwa. Berbagai instrument saat ini yang sudah berbasis komputer menjadikan konselor belum tersertifikasi memiliki kemampuan lebih, hal ini juga mendukung kinerja konselor belum tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan konseling. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian perbedaan kinerja konselor dalam menyusun program bimbingan konseling antara konselor tersertifikasi dengan konselor belum tersertifikasi dapat disimpulkan bahwa Kinerja konselor tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan konseling secara keseluruhan yang terlihat dari beberapa komponen antara lain pemahaman konselor tentang konsep bimbingan dan konseling secara menyeluruh, mensosialisasikan bimbingan konseling beserta program layanannya, tahap perencanaan (planning), dan tahap penyusunan (designing) termasuk dalam kriteria baik dengan perolehan persentase sebesar 79,08%, dan Kinerja konselor yang belum tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan dan konseling secara keseluruhan yang terlihat dari beberapa komponen antara lain pemahaman konselor tentang konsep bimbingan dan konseling secara menyeluruh, mensosialisasikan bimbingan konseling beserta program layanannya, tahap perencanaan (planning), dan tahap penyusunan (designing) termasuk dalam kriteria baik dengan perolehan persentase sebesar 75,18%. Selain itu juga terdapat perbedaan antara kinerja konselor tersertifikasi dan konselor yang belum tersertifikasi dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Saran yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kinerja konselor dalam menyusun program bimbingan dan konseling yaitu Untuk 5

Tabel 5 Hasil analisis uji beda (t-test) Konselor t hitung t tabel Kesimpulan Tersertifikasi 2,35 1,99 t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan Belum Terertifikasi bahwa ada perbedaan konselor, hendaknya dalam menyusun program senantias memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah pada tahap perencanaan (Planning) konselor harus meneliti kebutuhan siswa, mengklasifikasikan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan program, membuat batasan jenis program, menelitian jenis program yang sudah ada, mengupayakan dukunagn dari berbagai pihak, menentukan prioritas program. Setelah melalui tahap designing kemudian konselor mulai dengan penyusunan program (Designing) adapun beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap penyusunan program adalah: merumuskan tujuan program secara operasional, memilih strategi pelaksanaan program, menjabarkan komponen program, menganalisa kemampuan staf sekolah selaku pelaksana program. Sedangkan untuk LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), hendaknya semakin meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya agar memiliki kompetensi yang benar-benar diharapkan didunia pendidikan dan dapat memenuhi harapan dari stake holder pendidikan secara umum serta pada bidang bimbingan konseling secara khusus, tanpa harus melalui program sertifikasi guru. Ucapan Terimakasih Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dra. MTh. Sri Hartati, M.Pd Kons. selaku dosen pembimbing utama dan Drs. Suharso, M.Pd Kons., selaku dosen pembimbing pendamping. Atas bimbingan beliau peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan artikel ilmiah ini. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Mangkunegara, AP. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukardi, DK. 2002. Bimbingan dan Konseling dan Penerapannya di Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tim Penyusun Kamus. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud. Balai Pustaka. 6