Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

APLIKASI PENGGUNAAN METODE KOHONEN PADA ANALISIS CLUSTER (Studi Kasus: Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah Dalam Menghadapi Asean Community 2015)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK

FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING BERDASARKAN KEJADIAN BENCANA ALAM PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

GUBERNUR JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

DOI: /medstat Abstract. Keywords: Central Java, Agricultural Commodities, Cluster Analysis, Non-Hierarchical, k Medoids, Outlier

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Algoritma Self Organizing Maps Untuk Pemetaan Penyandang Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016

PENGELOMPOKAN TINGKAT KEAMANAN WILAYAH JAWA TENGAH BERDASARKAN INDEKS KEJAHATAN DAN JUMLAH POS KEAMANAN DENGAN METODE KLASTERING K-MEANS

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

PENEMPATAN TENAGA KERJA

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

GUBERNUR JAWA TENGAH,

DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH Tahun Anggaran Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung Berdasarkan Program dan Kegiatan

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman Online di:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

ANALISIS DAN PERBANDINGAN ALGORITMA CLUSTERING DALAM PENENTUAN ALOKASI BANTUAN DANA PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TENGAH


BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

Transkripsi:

Penerapan Algoritma Fuzzy C-Means untuk Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015 Nurika Nidyashofa 1*, Deden Istiawan 22 1 Statistika, Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang 2 Statistika, Akademi Statistika (AIS) Muhammadiyah Semarang *Email: nurikanidya47@gmail.com Keywords: Fuzzy c-means; kemiskinan; klaster Abstrak Kemiskinan di Indonesia terjadi secara merata pada seluruh provinsi. Salah satunya di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Timur.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai tingkat kesejahteraan kabupaten/kota dan menerapkan algoritma Fuzzy c-means untuk mengetahui klaster kabupaten/kota berdasarkan status kesejahteraan 40% terendah di Jawa Tengah pada tahun 2015. Metode ini menggunakan model pengelompokan fuzzy sehingga data dapat menjadi anggota dari semua kelas atau klaster terbentuk dengan derajat atau tingkat keanggotaan yang berbeda antara 0 hingga 1. Tingkat keberadaan data dalam suatu kelas atau klaster ditentukan oleh derajat keanggotaannya. Kelebihan dari metode ini adalah penempatan pusat klaster yang lebih tepat dibandingkan dengan metode lain. Caranya adalah dengan memperbaiki pusat klaster secara berulang, maka akan dapat dilihat bahwa pusat klaster akan bergerak menuju lokasi yang tepat. Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa pengelompokan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dibentuk tiga klaster, dimana klaster kabupaten/kota sangat miskin terdiri dari tujuh kabupaten/kota, kabupaten/kota miskin terdiri dari sebelas kabupaten/kota dan kabupaten/kota hampir miskin terdiri dari tujuh belas kabupaten/kota. 1. PENDAHULUAN Kemiskinan adalah fenomena multidimensi yang dapat dilihat dari berbagai aspek ekonomi, sosial dan politik. Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam kesejahteraan yang harus dituntaskan atau paling tidak ada penurunan tingkat kemiskinan, sehingga upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif dalam mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara terpadu [1]. Badan Pusat Statistik mencatat penduduk Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan hingga September 2015 mencapai 28,51 juta atau 11,31 persen dari total penduduk Indonesia. Kemiskinan di Indonesia terjadi secara merata pada seluruh provinsi. Salah satunya di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan provinsi dengan tingkat kemiskinan kedua di Pulau Jawa ISSN 2407-9189 23

setelah Provinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada Maret 2015 mencapai 4,577 juta orang, naik sekitar 15,21 ribu orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2014 yang sebesar 4,562 juta orang. Namun secara presentase penduduk miskin tetap yaitu sebesar 13,58 persen. Potret kemiskinan di Jawa Tengah yang mencapai 13,58 persen ini tercatat lebih tinggi dibanding angka kemiskinan secara nasional. Hal ini membuat pemerintah Provinsi Jawa Tengah memasukkan target penurunan kemiskinan tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dalam melaksanakan program pembangunan perlu adanya identifikasi berdasarkan karakteristik tingkat kesejahteraan rakyat tiap daerah agar dalam mengambil kebijakan dan strategi pembangunan bisa tepat sasaran dan tepat guna. Dengan landasan Perpres nomor 15 tahun 2010, Pemerintah Indonesia membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) untuk menyusun kebijakan dan program yang bertujuan mensinergikan kegiatan penanggulangan kemiskinan di berbagai kementerian atau lembaga, serta melakukan pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaannya. Data yang digunakan oleh TNP2K merupakan data pemutakhiran dari pengumpulan data PPLS pada tahun 2011 dengan perbaikan metodologi pengumpulan data dan pemeringkatan. PPLS atau yang biasa disebut Basis Data Terpadu (BDT) bukanlah basis data kemiskinan, namun merupakan data mikro berdasarkan nama dan alamat dari 40% penduduk dengan status kesejahteraan terendah yang diperoleh melalui sensus [2]. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis data secara efektif dan efisien, salah satunya dengan data mining. Data mining merupakan suatu proses untuk menemukan informasi yang tersembunyi dari jumlah data yang besar [3]. Klaster adalah salah satu teknik dalam data mining yang berkaitan dengan pengelompokan objek sesuai dengan karakteristik atau kesamaan. Dimana dalam satu klaster memiliki tingkat kesamaan karakteristik yang tinggi (homogen) dan antar klaster memiliki perbedaan yang tinggi (heterogen). Klaster juga termasuk dalam data mining yang bersifat unsupervised learning [4]. Penelitian ini berfokus pada klaster berbasis partisi yaitu menyusun partisi tunggal dari dataset dari objek ke dalam satu set klaster, sehingga objek dalam sebuah klaster lebih mirip satu sama lain daripada objek dalam klaster yang berbeda atau dengan kata lain jumlah klaster ditentukan terlebih dahulu. Dalam metode partisi ini terdapat dua kategori yaitu soft dan hard [5]. Fuzzy c-means merupakan salah satu metode pada soft partitional. Fuzzy c-means merupakan metode yang dikenal baik dalam mendeteksi klaster. Metode ini menggunakan model pengelompokan fuzzy sehingga data dapat menjadi anggota dari semua kelas atau klaster terbentuk dengan derajat atau tingkat keanggotaan yang berbeda antara 0 hingga 1. Penelitian terdahulu mengenai pengelompokan kesejahteraan di Provinsi Jawa Tengah pernah dilakukan oleh Safa at Yulianto dan Kishera Hilya Hidayatullah pada tahun 2014 menggunakan metode hierarki (average linkage) telah menghasilkan tiga kelompok kabupaten/kota di Jawa Tengah berdasarkan indikator kesejahteraaan rakyat dengan variabel yang digunakan meliputi PDRB perkapita, kepadatan penduduk, penduduk miskin, jumlah angkatan kerja, pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan, angka harapan hidup dan rata-rata lama sekolah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ully Putriana pada tahun 2015 mengenai pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan variabel yang 24 ISSN 2407-9189

mempengaruhi kemiskinan pada tahun 2013 dengan menerapkan metode hierarki yaitu metode complete linkage, average linkage dan ward yang hasilnya dibandingkan dengan metode partisi (K-means). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode K- means adalah metode terbaik diantara keempat metode yang diteliti. Namun hasil pengelompokan dari metode K-means tersebut akan menyebabkan hasil kelompoknya berupa solusi yang sifatnya optimum lokal [6] akibat dari penentuan pusat awal klaster yang terbentuk tergantung pada inisialisasi nilai pusat awal klaster yang diberikan. Metode Fuzzy c-means memiliki kelebihan dalam penempatan pusat klaster yang lebih tepat dibandingkan dengan metode klaster lainnya [7]. Sehingga dapat mengatasi kelemahan dari metode K-means dengan memperbaiki pusat klaster secara berulang yang mengakibatkan pusat klaster akan bergerak menuju lokasi yang tepat [8]. Selain itu akurasi metode Fuzzy c-means ini lebih baik daripada metode K-means. Penelitian lain menunjukan algoritma Fuzzy c-means adalah algoritma terbaik dibandingkan dengan algoritma Self-Organization Map (SOM) neural network, K-means dan klastering hierarki [9]. Dalam penelitian ini diusulkan metode Fuzzy c-means untuk mengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan status kesejahteraan dengan tujuan untuk mengetahui klaster kabupaten/kota di Jawa Tengah berdasarkan status kesejahteraan pada tahun 2015. dapat mengatasi kelemahan dari metode K- means dengan memperbaiki pusat klaster secara berulang yang mengakibatkan pusat klaster akan bergerak menuju lokasi yang tepat [8]. Fuzzy c-means merupakan metode yang dikenal baik dalam mendeteksi klaster. Terdapat beberapa langkah yang dikerjakan pada algoritma Fuzzy c-means dalam analisis klaster [7] yaitu: 1. Inisialisasi: tentukan jumlah klaster, pangkat untuk matriks partisi, maksimum iterasi atau ambang batas perubahan nilai fungsi objektif, fungsi objektif awal atau ambang batas perubahan nilai centroid. 2. Tentukan bilangan, ; sebagai elemen matriks partisi awal. 3. Hitung pusat klaster pada fitur dengan menggunakan Persamaan. 4. Hitung matriks partisi dengan menghitung nilai derajat keanggotaan menggunakan Persamaan. 5. Cek kondisi berhenti. Ulangi langkah ke- 3 dan 4 jika: perubahan pada nilai fungsi objektif objektif masih di atas nilai ambang batas yang ditentukan atau perubahan pada nilai centroid masih di atas nilai ambang batas yang ditentukan atau maksimal iterasi belum tercapai. 2. METODE Penelitian ini menerapkan algoritma Fuzzy c-means klastering untuk mengelompokan kabupaten/kota berdasarkan data indikator status kesejahteraan BDT Jawa Tengah. Pada metode K-means akan menyebabkan hasil kelompoknya bersifat optimum lokal. Namun algoritma Fuzzy c- means memiliki kelebihan dalam penempatan pusat klaster yang lebih tepat dibandingkan dengan metode klaster lainnya. Sehingga ISSN 2407-9189 25

Mulai Dataset Tentukan jumlah klaster Tentukan pangkat untuk matriks partisi Tentukan maksimum iterasi atau ambang batas perubahan nilai fungsi objektif atau ambang batas perubahan nilai centroid Bangkitkan nilai random sebagai matriks partisi awal Hitung pusat klaster (centroid) Hitung matriks partisi Klaster konvergen? Ya Selesai Tidak Gambar 2.1 Langkah-langkah Algoritma Fuzzy C-Means 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis algoritma Fuzzy c-means menggunakan program RapidMiner dengan tipe ukuran (measures type) adalah mixed measures sehingga digunakan mixed euclidean distance dalam proses analisisnya. Diawali dengan melakukan inisialisasi: jumlah klaster dan maksimum iterasi, maka akan didapatkan hasil klaster yang terdiri dari masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah sebagai berikut: Tabel 3.1 Hasil Klaster Kabupaten/Kota yang Terbentuk ID Klaster yang Terbentuk Kabupaten/Kota 1 Klaster_0 Cilacap 2 Klaster_0 Banyumas 3 Klaster_0 Purbalingga 4 Klaster_1 Banjarnegara 5 Klaster_0 Kebumen 6 Klaster_1 Purworejo 7 Klaster_2 Wonosobo 8 Klaster_1 Magelang 9 Klaster_2 Boyolali 10 Klaster_1 Klaten 11 Klaster_2 Sukoharjo 12 Klaster_2 Wonogiri 13 Klaster_2 Karanganyar 14 Klaster_2 Sragen 15 Klaster_1 Grobogan 16 Klaster_1 Blora 17 Klaster_2 Rembang 18 Klaster_1 Pati 19 Klaster_2 Kudus 20 Klaster_1 Jepara 21 Klaster_1 Demak 22 Klaster_2 Semarang 23 Klaster_2 Temanggung 24 Klaster_1 Kendal 25 Klaster_2 Batang 26 Klaster_1 Pekalongan 27 Klaster_0 Pemalang 28 Klaster_0 Tegal 29 Klaster_0 Brebes 30 Klaster_2 Kota Magelang 31 Klaster_2 Kota Surakarta 32 Klaster_2 Kota Salatiga 33 Klaster_2 Kota Semarang 34 Klaster_2 Kota Pekalongan 35 Klaster_2 Kota Tegal Sementara centroid yang didapatkan adalah sebagai berikut: 26 ISSN 2407-9189

Tabel 3.2 Centroid Klaster yang Terbentuk Centroid Klaster_0 Klaster_1 Klaster_2 5.0862 3.2499 1.6852 3.7122 4.1163 1.6903 6.0000 3.1445 1.3771 4.5347 3.6368 1.6619 4.5826 3.7480 1.5702 5.6380 3.2715 1.4440 5.9869 3.3959 1.2198 7.4263 2.8578 0.9753 4.1724 3.7725 1.7233 6.6877 3.3591 0.9550 Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa: 1. Klaster_0 terdiri dari tujuh kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Pemalang, Tegal dan Brebes. Berdasarkan centroid yang terbentuk dapat diuraikan karakteristik klaster ini antara lain: jumlah penduduk terbesar, jumlah rumah tangga yang berkepala rumah tangga perempuan sedang, jumlah anak yang tidak bersekolah terbesar, jumlah individu yang cacat terbesar, jumlah individu yang memilki penyakit kronis terbesar, jumlah pengangguran terbesar, jumlah rumah tangga yang memiliki sumber air minum tidak terlindungi terbesar, jumlah rumah tangga yang tidak memiliki sumber penerangan listrik terbesar, jumlah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah terbesar dan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban untuk BAB terbesar. Sehingga klaster ini merupakan klaster kabupaten/kota berkategori sangat miskin atau dapat disimbolkan dengan daerah yang berwarna merah. 2. Klaster_1 terdiri dari sebelas kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Banjarnegara, Purworejo, Magelang, Klaten, Grobogan, Blora, Pati, Jepara, Demak, Kendal dan Pekalongan. Berdasarkan centroid yang terbentuk dapat diuraikan karakteristik klaster ini antara lain: jumlah penduduk sedang, jumlah rumah tangga yang berkepala rumah tangga perempuan terbesar, jumlah anak yang tidak bersekolah sedang, jumlah individu yang cacat sedang, jumlah individu yang memilki penyakit kronis sedang, jumlah pengangguran sedang, jumlah rumah tangga yang memiliki sumber air minum tidak terlindungi sedang, jumlah rumah tangga yang tidak memiliki sumber penerangan listrik sedang, jumlah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah sedang dan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban untuk BAB sedang. Sehingga klaster ini merupakan klaster kabupaten/kota berkategori miskin atau dapat disimbolkan dengan daerah yang berwarna kuning. 3. Klaster_2 terdiri dari tujuh belas kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Wonosobo, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Rembang, Kudus, Semarang, Temanggung, Batang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan Kota Tegal. Klaster ini memiliki karakteristik jumlah penduduk terkecil, jumlah rumah tangga yang berkepala rumah tangga perempuan terkecil, jumlah anak yang tidak bersekolah terkecil, jumlah individu yang cacat terkecil, jumlah individu yang memilki penyakit kronis terkecil, jumlah pengangguran terkecil, jumlah rumah tangga yang memiliki sumber air minum tidak terlindungi terkecil, jumlah rumah tangga yang tidak memiliki sumber penerangan listrik terkecil, jumlah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar/arang/minyak tanah terkecil dan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas jamban untuk BAB terkecil. Sehingga klaster ini merupakan klaster kabupaten/kota yang berkategori hampir miskin atau disimbolkan dengan daerah yang berwarna hijau. ISSN 2407-9189 27

4. KESIMPULAN Hasil pengelompokan dengan algoritma Fuzzy c-means adalah sebagai berikut: 1) Klaster_0 yaitu klaster kabupaten/kota berkategori sangat miskin yang terdiri dari 7 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, Pemalang, Tegal dan Brebes. 2) Klaster_1 yaitu klaster kabupaten/kota berkategori miskin yang terdiri dari 11 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Banjarnegara, Purworejo, Magelang, Klaten, Grobogan, Blora, Pati, Jepara, Demak, Kendal dan Pekalongan. 3) Klaster_2 yaitu klaster kbupaten/kota berkategori hampir miskin yang terdiri dari 17 kabupaten/kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah yaitu Wonosobo, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Rembang, Kudus, Semarang, Temanggung, Batang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan dan Kota Tegal.. REFERENSI [1] Nasir, M. M., Saichudin, & Maulizar. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Eksekutif. 2008;5(4). [2] [TNP2K] Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.. Pengembangan, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Basis Data Terpadu (BDT). 2015. [3] Han, J., Kamber, M., & Pei, J. Data Mining: Concepts and Techniques. San Francisco, CA, itd: Morgan Kaufmann. 2012. https://doi.org/10.1016/b978-0-12-381479-1.00001-0 [4] Harrington, P. Machine Learning in Action. Machine Learning (Vol. 37). 2008. https://doi.org/10.1007/s10994-011-5249-4 [5] Jain, A. K., Murty, M. N., & Flynn, P. J. Data Clustering : A Review; 2000; 31(3). [6] Alfina, T., Santosa, B., & Barakbah, R.. Analisa Perbandingan Metode Hierarchical Clustering, K-means dan Gabungan Keduanya dalam Cluster Data (Studi kasus: Problem Kerja Praktek Jurusan Teknik Industri ITS). Jurnal Teknik, 1.2012. [7] Wijaya, A. K.. Implementasi Data Mining dengan Algoritma Fuzzy C - Means (Studi Kasus Penjualan di UD Subur Baru); 2014. p.1 8. [8] Megawati, N., Mukid, M. A., & Rahmawati, R. Segmentasi Pasar Pada Pusat Perbelanjaan Menggunakan Fuzzy C-Means (Studi Kasus : Rita Pasaraya Cilacap). Gaussian, 2. 2013. [9] Mingoti, S. A., & Lima, J. O. Comparing SOM Neural Network with Fuzzy C- Means, K -Means and Traditional Hierarchical Clustering Algorithms. European Journal of Operational Research, 174; 2006. p.1742 1759. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2005.03.039 28 ISSN 2407-9189

LAMPIRAN Gambar 1. Peta Klaster Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Status Kesejahteraan Tahun 2015 ISSN 2407-9189 29

30 ISSN 2407-9189