BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tahun Bawang

I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyadari bahaya memakan makanan yang. mengandung bahan-bahan kimia sintetis terutama sayur-sayuran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan organik. Permintaan terhadap produk-produk organik di seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

Latar Belakang Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar berasal dari sektor agraris. Utomo (2010) menjelaskan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sebagian penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Perkembangan komoditas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menarik sehingga mampu menambah selera makan. Selada umumnya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

BAB I PENDAHULUAN. pelindung alam sekitar (Zain, 1998). Menurut sumber dari Direktorat Jendral

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini telah berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

I. PENDAHULUAN. untuk menambah cita rasa dan kenikmatan makanan. Berbagai kegunaan bawang

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PRODUK SAYURAN ORGANIK PADA PT. AMANI MASTRA, JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris masih mengandalkan sektor pertanian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia No: 02/M/Kp/ II/2000 tercantum bahwa pembangunan nasional akan berhasil jika didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi pada produksi nasional melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa beserta dukungan faktor-faktor pengelolanya yaitu sumber daya manusia, dana dan infrastruktur, untuk meningkatkan terciptanya inovasi dan memperlancar difusi teknologi. Sesuai dengan tujuan dan fokus perhatian kebijakan strategis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional tersebut, maka salah satu bidang yang mendukung pembangunan nasional dan mendapatkan prioritas utama adalah pertanian (Indriani, 2002). Di Indonesia, pembangunan dalam bidang pertanian seharusnya menjadi prioritas utama karena Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian, baik pertanian secara sempit maupun pertanian secara luas. Oleh karena itu, peranan pemerintah sebagai pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk membangun pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Pembangunan dalam bidang pertanian berkaitan erat dengan pembangunan agribisnis di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Hal ini dapat dibuktikan ketika perekonomian

2 Indonesia mengalami kemunduran akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Pada masa krisis tersebut, banyak sektor-sektor penting yang dahulu menjadi penggerak pembangunan tidak mampu bangkit bahkan semakin terpuruk. Namun hal ini tidak terjadi pada sektor pertanian yang mampu bertahan bahkan memberikan pendapatan yang signifikan yaitu US$ 2888,3 pada tahun 1996 mengalami kenaikan menjadi US$ 3653,4 pada tahun 1998 (BPS, 2000). Keadaan ini menggambarkan bahwa sektor pertanian memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, begitu pula dengan perkembangan usaha-usaha yang berbasis agribisnis. Dengan kata lain, bahwa pembangunan pertanian akan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui pembangunan agribisnis yang pada akhirnya akan mempengaruhi dan mendorong pula pembangunan nasional. Komoditi hortikultura dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diandalkan dalam pengembangan agribisnis di Indonesia. Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah sayursayuran. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif tinggi dan kemampuan menyerap tenaga kerja yang relatif banyak. Sayuran merupakan sumber pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat setiap hari karena kandungan protein, vitamin, mineral dan serat yang dimiliki sayuran berguna bagi tubuh manusia. Selain sebagai sumber pangan dan gizi, produk hortikultura pun memiliki manfaat lain bagi manusia diantaranya adalah sebagai pendapatan keluarga dan pendapatan nasional sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah rasa estetika, konservasi genetik dan sebagai penyangga kelestarian alam.

3 Potensi dan banyaknya manfaat yang dimiliki sayuran menyebabkan permintaan terhadap sayuran semakin meningkat, hal ini terjadi karena peningkatan konsumsi terhadap sayuran. Berdasarkan hasil analisis data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), konsumsi sayuran dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan. Namun peningkatan permintaan ini tidak diimbangi dengan peningkatan terhadap produksi sayur-sayuran di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data SUSENAS, produksi sayuran pada tahun 2002 bila dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami penurunan. Kemudian pada tahun 2005 produksi sayuran kembali meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Jumlah Produksi dan Konsumsi Sayuran pada tahun 1999, 2002, dan 2005 Tahun Produksi Sayuran (ton) Konsumsi Sayuran (Kg/kapita/tahun) 1999 8 077 771 40,7 2002 7 144 745 47,5 2005 9 101 987 50,8 Sumber: BPS tahun 2006 Perbedaan ini menyebabkan Indonesia lebih banyak mengimpor sayuran dibandingkan mengekspornya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Impor Sayuran Segar dan Kering di Indonesia Tahun 2003 2005 Ekspor Impor Tahun Volume (kg) Nilai (US $) Volume (kg) Nilai (US $) 2003 132 318 671 65 536 019 374 909 273 132 894 138 2004 107 493 047 61 001 193 441 944 855 156 872 636 2005 120 152 291 84 160 950 485 308 764 174 594 919 Sumber : BPS tahun 2006

4 Perbedaan antara jumlah permintaan dan penawaran terhadap sayuran menjadi sinyal bagi para petani dan pengusaha dibidang agribisnis untuk meningkatkan produksi mereka melalui pertanian konvensional. Padahal pertanian konvensional dinilai tidak sehat dan tidak aman untuk diproduksi maupun dikonsumsi manusia karena zat-zat kimia yang digunakan dalam proses produksi, seperti pestisida (zat pembasmi hama), pupuk, dan obat-obatan kimia yang diciptakan untuk menyuburkan tanah, membunuh hama, dan meningkatkan produktivitas tetapi berdampak buruk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Industri pertanian konvensional disinyalir, telah menggunakan berbagai bahan kimia, yang dikhawatirkan akan menghasilkan residu berbahaya pada produknya. Kenyataan ini bisa menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak buruk tersebut terdiri dari munculnya hama baru yang lebih resisten terhadap pestisida, sehingga terjadi ledakan hama akibat predator alami ikut mati terkena semprotan pestisida. Selain itu, perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat dosis pupuk yang tinggi dan terus-menerus menyebabkan penurunan kesuburan lahan yang pada gilirannya mengakibatkan turunnya produktivitas lahan dan tercemarnya kandungan air tanah. Sedangkan dampak negatif yang dirasakan konsumen adalah berkembangnya penyakit-penyakit yang berbahaya seperti kanker, disfungsi ereksi, gangguan syaraf dan penurunan ketahanan tubuh sebagai akibat kumulatif mengkonsumsi bahan pangan yang berasal dari pertanian yang menggunakan bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh (Pracaya, 2004). Karena itu, perlu adanya kesadaran dan kemampuan dari para petani dan

5 pengusaha agribisnis untuk melakukan perbaikan dalam sistem produksi pertanian agar produktivitas dapat meningkat tanpa menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan alam. Semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan tingkat pendidikan masyarakat, menimbulkan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Hal ini memunculkan trend baru dalam masyarakat yang bertemakan back to nature dan masyarakat mulai beralih dari mengkonsumsi komoditas hasil pertanian non organik ke komoditas hasil pertanian organik karena komoditas hasil pertanian organik dinilai alami dan sehat dikonsumsi, serta dalam produksinya sangat menjaga kelestarian ekosistem pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sayuran organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan sayuran konvensional. Penelitian yang diawasi oleh Chris Aleson, Presiden The Organics Retailers and Growers Association of Australia, menunjukkan tingkat kalsium, potassium, magnesium, sodium, zat besi dan seng pada sayuran organik 10% lebih tinggi dibandingkan pada sayuran non organik seperti yang terlihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (setiap 100 gram, berat kering) Jenis Kalsium Magnesium Potassium Sodium Thiamin Zat besi Tembaga Buncis Organik Buncis 40.5 15.5 60 14.8 99.7 29.1 8.6 60 2 Selada Organik 71 49.3 175.5 12.2 169 Selada 16 13.1 53.7 1 Tomat Organik 23 59.2 148 6.5 68 Tomat 4.5 4.5 28.6 1 Kol Organik 60 43.6 148.3 20.4 13 Kol 17.5 15.6 53.7 2 Bayam Organik 96 203.9 257 69.5 117 Bayam 47.5 46.9 84 1 Sumber : Majalah Fit, Agustus 2003, hal : 95 (dalam Siahaan, 2005) 227 10 516 1 1938 1 94 20 1584 19 69 3 60 53 48 32

6 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan keamanan makanan menimbulkan semakin berkembangnya pertanian organik di Indonesia. Ini seiring dengan semakin banyaknya petani dan pengusaha agribisnis yang peduli dan memperhatikan keamanan produk yang akan dihasilkannya, sehingga semakin banyak pengusaha yang bergelut dalam bidang pertanian organik terutama dalam produk sayuran organik. Hal ini menyebabkan persaingan dalam industri sayuran organik semakin meningkat, sehingga perusahaan yang bergerak dalam industri ini harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan dapat terus memperoleh keuntungan dan tetap mempertahankan eksistensinya dalam industri tersebut. Peningkatan persaingan dalam industri sayuran organik dirasakan pula oleh salah satu perusahaan agribisnis yang bergerak dalam bidang sayuran organik, yaitu PT. Amani Mastra yang beroperasi sejak tahun 1999 dan telah menghasilkan sayuran organik dalam kemasan dengan menggunakan merek AMANI Organic Island dan memasarkannya secara langsung kepada konsumen maupun memasarkannya melalui pasar swalayan. Peningkatan kompetisi ini mengharuskan perusahaan merencanakan strategi yang tepat, guna mempertahankan eksistensinya dalam industri produk organik dengan memanfaatkan potensi internal dan eksternal yang dimiliki untuk mengisi pasar yang ada. Peningkatan persaingan dalam industri sayuran organik dirasakan pula oleh salah satu perusahaan agribisnis yang telah bergerak dalam bidang sayuran organik cukup lama, yaitu PT. Amani Mastra yang beroperasi sejak tahun 1999 dan telah menghasilkan sayuran organik dalam kemasan dengan menggunakan

7 merek AMANI Organic Island dan memasarkannya secara langsung kepada konsumen maupun memasarkannya melalui pasar swalayan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan eksistensinya, perusahaan harus melakukan pengembangan usaha dengan menggunakan strategi yang handal dalam mempertahankan pasar yang ada selama ini maupun meraih pasar baru yang menjadi peluang bagi perusahaan. 1.2. Perumusan Masalah Semakin meningkatnya persaingan dalam industri sayuran organik, mengharuskan perusahaan mengembangkan usahanya dengan merencanakan strategi yang tepat, guna mempertahankan eksistensinya dalam industri produk organik dengan memanfaatkan potensi internal dan eksternal serta kendala internal dan eksternal yang dimiliki untuk mempertahankan pasar yang ada selama ini maupun pasar baru bagi perusahaan. Hal serupa dihadapi oleh PT Amani Mastra, yang berspesialisasi pada produk pertanian organik. Sementara tingginya permintaan menjadi sinyal akan baiknya pasar di masa depan, potensi masuknya pemain baru dalam industri ini diperkirakan mendatangkan tekanan persaingan yang tajam. Untuk itu, perusahaan ini perlu membuat antisipasi dalam bentuk perumusan strategi baru yang bisa menyertai usahanya di masa depan. Dengan begitu, perumusan strategi baru menjadi kebutuhan perusahaan ini di dalam memasuki persaingan usaha di masa depan. Mengingat kebutuhan strategi baru di atas serta berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka persoalan yang akan diketahui dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

8 1. Apa saja faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh PT. Amani Mastra? 2. Berdasarkan situasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, bagaimana alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PT. Amani Mastra dalam menjamin kontinuitas pasar dan pengembangan usaha? 3. Apa yang menjadi prioritas utama dalam strategi pengembangan usaha PT. Amani Mastra? Tiga pertanyaan di atas akan menjadi informasi yang akan dijawab melalui penelitian ini. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman PT. Amani Mastra. 2. Merumuskan berbagai alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. 3. Menentukan prioritas strategi pengembangan usaha dan merumuskan saran perbaikannya. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

9 pengambilan keputusan strategi perusahaan dalam pengembangan usaha dan penerapan strategi yang paling tepat. Selain itu, penulis mengharapkan bahwa hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada pemberian rekomendasi alternatif dan prioritas strategi perusahaan berdasarkan kondisi perusahaan secara umum dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh PT Amani Mastra, dan berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan perusahaan secara khusus dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari tahun 2005 sampai tahun 2007.