KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI LAPANG ABDUSA ALAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

METODOLOGI PENELITIAN

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

PENGARUH ASAM BORAT TERHADAP PENGAWETAN KAYU JABON DENGAN METODE PENGAWETAN RENDAMAN PANAS DINGIN

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

BIODETERIORASI BEBERAPA JENIS KAYU DI BERBAGAI DAERAH DENGAN SUHU DAN KELEMBABAN YANG BERBEDA HENDRA NOVIANTO E

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI CRYSTAL SOIL TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus communis Forst.)

LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA

POTENSI SIMPANAN KARBON TANAH (SOIL CARBON STOCK) PADA AREAL REHABILITASI TOSO COMPANY Ltd. DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT NAELI FAIZAH

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis) UMUR 5 TAHUN

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

SIFAT ANTI RAYAP ZAT EKSTRAKTIF KAYU KOPO (Eugenia cymosa Lamk.) TERHADAP RAYAP TANAH Coptotermes curvignathus Holmgren RATIH MAYANGSARI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

KEAWETAN ALAMI BERDASARKAN UJI LABORATORIUM PADA KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN M. AKHYAR AZID

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

SIFAT FISIS DAN KANDUNGAN ZAT EKSTRAKTIF KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus grandis W.Hill ex Maiden) PADA UMUR 3, 6 DAN 9 TAHUN

KEAWETAN ALAMI KAYU TUMIH (Combretocarpus rotundatus Miq Danser) DARI SERANGAN RAYAP KAYU KERING, RAYAP TANAH DAN JAMUR PELAPUK KAYU

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

ANALISIS KERUSAKAN BANGUNAN SEKOLAH DASAR NEGERI OLEH FAKTOR BIOLOGIS DI KOTA BOGOR RULI HERDIANSYAH

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

BAB III METODOLOGI Perlakuan bibit pada kondisi tergenang

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT MEKANIS TIGA JENIS KAYU RENDY KURNIAWAN RACHMAT

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

SIFAT FISIS KAYU LAPIS BATANG KELAPA SAWIT

OPTIMASI PEMANFAATAN SALAH SATU JENIS LESSER KNOWN SPECIES DARI SEGI SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANISNYA SKRIPSI OLEH: KRISDIANTO DAMANIK

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

SIFAT SIFAT DASAR PAPAN COMPLY YANG MENGGUNAKAN PEREKAT POLIURETAN DAN MELAMINE FORMALDEHIDA TRY ANGGRAHINI KARANGAN

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Lampiran 4. Analisis Keragaman Retensi Bahan Pengawet Asam Borat

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia. IPB Dramaga, Bogor, 16680, Indonesia Corresponding author: (Fauzi Febrianto)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA SLUDGE DARI INDUSTRI PULP PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. SKRIPSI. Oleh SIMSON FUAD HASAN PURBA /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

UJI KETAHANAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) HASIL RADIASI SINAR GAMMA (M 2 ) PADA CEKAMAN ALUMINIUM SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH:

PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN METODE KLOROFIL-a DI PERAIRAN BELAWAN SUMATERA UTARA AMANDA PARAMITHA

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS KAYU AKASIA (Acacia mangium Willd.) DARI TIGA UMUR BERBEDA PADA UKURAN PEMAKAIAN DAN CONTOH UJI KECIL BEBAS CACAT

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SD NEGERI BAGIAN TIMUR DI KOTA PEKANBARU

KETAHANAN LIMA JENIS KAYU BERDASARKAN POSISI KAYU DI POHON TERHADAP SERANGAN RAYAP

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

Transkripsi:

KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI LAPANG ABDUSA ALAM DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 Tahun Berdasarkan Uji Lapang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Abdusa Alam NIM E24100044

ABSTRAK ABDUSA ALAM. Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 Tahun. Dibimbing oleh LINA KARLINASARI dan ARINANA Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian keawetan alami kayu berupa uji kubur kayu mangium pada umur 5, 6, dan 7 tahun serta berbagai posisi kayu. Metode yang diterapkan adalah uji kubur mengacu kepada ASTM D 1758-06. Hasil penelitian menunjukkan kehilangan berat terhadap umur kayu tertinggi pada umur 5 tahun sebesar 34.13% dan terendah pada umur 7 tahun sebesar 14.02%. Kehilangan berat terhadap posisi kayu terendah terdapat pada bagian pangkal kayu sebesar 11.16%, sedangkan kehilangan berat tertinggi terdapat pada bagian ujung kayu sebesar 29.00%. Analisis statistik menyimpulkan bahwa umur kayu, posisi kayu di pohon, serta interaksi antara umur dan posisi kayu di pohon terhadap kehilangan berat berbeda nyata. Umur 7 tahun posisi pangkal memiliki kehilangan berat yang paling kecil, sedangkan umur 5 tahun posisi ujung memiliki kehilangan berat yang paling besar. Kelas mutu kayu mangium yang mengacu kepada ASTM D1758-06 pada umur 5 tahun yaitu kelas mutu 4, kelas mutu 7 pada umur 6 tahun, dan kelas mutu 6 pada umur 7 tahun. Posisi kayu pangkal dan tengah memiliki kelas mutu 6 sedangkan posisi kayu ujung memiliki kelas mutu 4. Pengujian kondisi lingkungan menunjukkan suhu lingkungan, suhu dalam tanah, serta kelembapan sebesar 28.10 o C, 25.10 o C, dan 78.10 %. Kata kunci: keawetan alami, mangium, posisi kayu, umur ABSTRACT ABDUSA ALAM. Natural Durability of Mangium Wood (Acacia mangium Willd.) 5, 6, and 7 Years Based on Grave Yard Test. Supervised by LINA KARLINASARI and ARINANA. The aim of this research was to evaluate the natural durability based on grave yard test on mangium wood 5, 6, and 7 years old as well as trunk position on the tree. The method applied was a grave yard test refer to ASTM D 1758-06. The result showed that the weight loss of wood at the age of 5 years was 34.13% and the lowest at 7 years old which was 14.02%. The smallest weight loss based on the trunk position in the was 11.16% at bottom position, while the wight loss was the highest at the top position of wood by 29.00%. Statistical analysis revealed that the age of wood, the trunk position as well as the interaction between those paramater was significantly difference on the weight loss at the age 7 years old on bottom position possessed a smallest weight loss, while at the age of 5 years on top position had a highest weight loss value. Mangium wood grading refer to ASTM D 1758-06 have a grade number 4 for 5 years old, grade number 7 for 6 years old, and grade number 6 for 7 years old. Trunk position on the bottom and middle part had grading number 6, while on the top position of the tree has grading number 4. Environmental condition tests showed ambient temperature, soil temperature, and humidity at 28.10 o C, 25.10 o C, and 78.10 %. Keyword: ages of wood, lumber position of the tree, mangium, natural durability

KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI LAPANG ABDUSA ALAM Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah keawetan, dengan judul Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 tahun Berdasarkan Uji Lapang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Lina Karlinasari, SHut MSc Ftrop dan Ibu Arinana, SHut MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS selaku dosen penguji, bapak Suhada dan Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Maret 2016 Abdusa Alam

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitian 2 Bahan 2 Alat 2 Prosedur dan Analisis Data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kehilangan Berat 5 Kondisi Lingkungan 7 Penentuan Kelas Mutu Kayu 8 SIMPULAN DAN SARAN 10 DAFTAR PUSTAKA 10 LAMPIRAN 12 RIWAYAT HIDUP 15

DAFTAR TABEL 1 Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah 4 2 Kelas mutu kayu terhadap umur berdasarkan ASTM D 1758-06 8 3 Kelas mutu kayu terhadap posisi kayu di pohon 9 DAFTAR GAMBAR 1 Posisi pengambilan contoh uji kayu di pohon 3 2 Posisi contoh uji yang dikubur (a); penempatan contoh uji di lapang 3 3 Environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1 4 4 Kehilangan berat kayu terhadap umur 6 5 Kehilangan berat terhadap posisi kayu di pohon 6 6 Rata-rata kondisi lingkungan per 3 hari 7 7 Rata-rata kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan 8 8 Bentuk kerusakan contoh uji akibat serangan rayap tanah dimana (a) merupakan kerusakan kayu terparah dan (b) kerusakan kayu yang paling sedikit 9 DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran kehilangan berat kayu mangium umur 5, 6, dan 7 tahun di lapang (%) 12 2 Analisis variansi dari pengaruh umur kayu dan posisi kayu di pohon terhadap kehilangan berat 13 3 Percent loss of cross section umur dan posisi kayu (%) 13 4 Dokumentasi peletakkan contoh uji di lapang 14 5 Dokumentasi kegiatan pencabutan contoh uji setelah pengamatan 14 6 Beberapa dokumentasi serangan rayap di lapang 14

PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi kayu bulat pada Hutan Tanaman Industri (HTI) terus meningkat setiap tahun. Departemen Kehutanan (2014) melaporkan pada tahun 2010 produksi kayu bulat pada HTI sebesar 12.63 juta m 3 terus meningkat menjadi 19.55 juta m 3 pada tahun 2013. Banyak jenis kayu yang menjadi pendorong meningkatnya produksi kayu bulat dari HTI. Salah satu jenis kayu HTI yang banyak ditanam adalah jenis mangium (Acacia mangium Willd.). Kayu akasia atau dikenal juga sebagai kayu mangium merupakan salah satu jenis pohon yang cepat tumbuh (fast growing species). Rimbawanto (2002) melaporkan bahwa sekitar 80% dari areal HTI di Indonesia terdiri dari jenis pohon mangium. Banyaknya produksi kayu mangium pada HTI maupun hutan rakyat membuat pemanfaatan kayu mangium menjadi lebih luas baik untuk industri pulp, kayu pertukangan, maupun sebagai bahan baku pembuatan produk turunan kayu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas kayu mangium agar pemanfaatannya sesuai yang dibutuhkan. Salah satu parameter dalam penentuan kualitas kayu adalah keawetan kayu terhadap organisme perusak kayu. Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak biologis kayu (Tobing 1977). Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu secara alami terhadap serangan organisme perusak kayu. Nilai keawetan alami kayu ditentukan oleh kelas awet kayu dengan pengujian berupa pengumpanan terhadap organisme perusak kayu. Salah satu parameter yang memengaruhi keawetan alami kayu adalah kandungan zat ekstraktif, meskipun tidak semua zat ekstraktif kayu beracun bagi organisme perusak kayu. Umumnya semakin tinggi kandungan ekstraktif kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat (Wistara et al. 2002). Pembentukan zat ekstraktif pada kayu dipengaruhi oleh umur kayu, umumnya antara umur pohon dengan keawetan kayu memiliki hubungan yang positif. Hal tersebut dikarenakan semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin banyak zat ekstraktif yang terbentuk (Tim Elsppat 2007). Tobing (1977) menyatakan bahwa terdapat dua cara pengujian keawetan alami kayu yaitu dengan uji kubur (grave yard test) dan uji laboratorium (laboratory test). Uji kubur dilakukan dengan cara contoh uji kayu dalam ukuran tertentu ditanam di lapangan dan diperiksa dalam jangka waktu tertentu untuk menentukan masa pakai serta kehilangan berat kayu tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keawetan alami kayu dengan uji kubur berdasarkan umur kayu serta pada berbagai posisi kayu di pohon. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah melakukan pengujian keawetan alami kayu berupa uji kubur terhadap kayu mangium (Acacia mangium Willd.) umur 5, 6, dan 7 tahun serta pada berbagai posisi kayu di pohon.

2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keawetan alami dari kayu mangium (Acacia mangium Willd.) berdasarkan umur pohon serta posisi kayunya terhadap serangan rayap tanah sesuai dengan standar ASTM D-1758 06. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan bulan Agustus sampai Desember 2014. Uji kubur dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan yang digunakan yaitu kayu mangium (Acacia mangium Willd.) yang berasal dari RPH Maribaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Kayu mangium diambil dari tiga umur yang berbeda yaitu 5, 6, dan 7 tahun serta dari masing-masing umur tersebut diambil posisi ketinggian kayu yang berbeda yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain circular saw, oven, desikator, timbangan digital, linggis, kamera, environmental meter, dan kaliper. Prosedur dan Analisis Data Uji Lapang (grave yard test) Pengujian lapang (grave yard test) dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 1758-06 (2006). Contoh uji berukuran panjang x lebar x tebal sebesar (45.7 x 1.9 x 1.9) cm 3. Ulangan dilakukan sebanyak tujuh kali untuk setiap umur pohon dan posisi kayu di pohon (Gambar 1). Selanjutnya contoh uji dioven pada suhu (60 ± 2) C selama 48 jam yang kemudian ditimbang beratnya (B0). Persiapan lapang dilakukan dengan membersihkan area untuk penempatan contoh uji. Contoh uji dikubur secara acak dalam tanah dengan jarak antar contoh uji sebesar 30 cm serta jarak antar baris sebesar 60 cm. Kedalaman contoh uji yang terkubur adalah 25.00 cm dari total panjang contoh uji (Gambar 2).

3 Gambar 1 Posisi pengambilan contoh uji kayu di pohon Gambar 2 Posisi contoh uji yang dikubur (a); penempatan contoh uji di lapang Pengujian dilakukan selama 90 hari. Setelah 90 hari contoh uji diambil dengan posisi tegak dan usahakan tidak ada contoh uji yang patah. Contoh uji dibersihkan dari tanah yang menempel lalu diamati kerusakannya. Selanjutnya contoh uji dikeringkan kembali dalam oven dengan suhu (60 ± 2) C selama 48 jam lalu ditimbang (B1). Kehilangan berat contoh uji dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kehilangan Berat (%) = B 0 - B 1 B 0 100% dimana B0 adalah berat contoh uji kering oven sebelum dikubur (gr) dan B1 adalah berat contoh uji kering oven setelah dikubur (gr).

4 Penentuan Kelas Mutu Kayu Penentuan kelas mutu kayu mengacu kepada ASTM D 1758-06 (2006) dimana kelas mutu kayu ditentukan berdasarkan persentase hilangnya kayu arah cross section akibat serangan rayap tanah. Contoh uji yang telah dilakukan pengumpanan dibersihkan terlebih dahulu dari tanah yang menempel. Selanjutnya contoh uji diukur penetrasi serangan rayap tanah pada bagian penampang melintang (cross section) kayu. Pengukuran dilakukan pada bagian contoh uji yang paling parah terkena serangan rayap tanah. Selanjutnya hitung persentase kehilangan kayu (PL) dengan menggunakan persamaan berikut: PL (%)= Kedalaman serangan rayap tanah dari cross section (mm) 100% Panjang kayu mula-mula (mm) Hasil persentase kehilangan kayu tersebut digunakan untuk menenentuan kelas mutu kayu terhadap serangan rayap tanah berdasarkan Tabel 1. Tabel 1 Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah Nilai Kondisi serangan 10 Tidak ada serangan; 1-2% kerusakan kecil diperbolehkan 9 Penetrasi mencapai 3% dari penampang melintang 8 Penetrasi 3-10% dari penampang melintangnya 7 Penetrasi 10-30% dari penampang melintangnya 6 Penetrasi 30-50% dari penampang melintangnya 4 Penetrasi 50-75% dari penampang melintangnya 0 Rusak Sumber: ASTM D 1758-06 Pengukuran Suhu dan Kelembapan Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan dengan mengukur suhu lingkungan, suhu tanah, dan kelembapan lingkungan. Ketiga indikator tersebut diukur setiap 3 hari dengan waktu pengamatan pukul 07:00, pukul 12:00, dan pukul 17:00. Alat ukur yang digunakan ialah environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1 (Gambar 3). Gambar 3 Environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1

Pada saat pengukuran, environmental meter diletakkan disekitar daerah pengamatan. Pengukuran suhu permukaan dilakukan dengan menggeser saklar ke posisi TEMP sehingga sensor pada alat mencatat suhu dan menampilkannya pada layar. Sedangkan untuk mengukur suhu dalam tanah, dilakukan dengan menancapkan termokopel dari permukaan. Pengukuran kelembapan dilakukan dengan menggeser saklar ke posisi %RH sehingga sensor mencatat kelembapan sekitar pengamatan dan menampilkan dalam layar. Saat pengukuran suhu dan kelembapan lingkungan diusahakan letak environmental meter sedimikian rupa sehingga tidak terkena sinar matahari langsung. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif sederhana untuk menentukan nilai rata-rata menggunakan Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS Statistic version 22. Untuk mengetahui pengaruh posisi kayu di pohon dan umur digunakan rancangan percobaan acak lengkap dua faktorial dengan faktor A adalah variasi umur (5, 6, dan 7 tahun) dan faktor B adalah variasi posisi kayu di pohon (pangkal, tengah, dan ujung). Ulangan yang dilakukan sebanyak tujuh kali. Model yang digunakan dalam rancangan percobaan ini adalah: Y ijk =μ+α i +β j +(αβ) ij +E ijk Yijk merupakan nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf kei faktor α dan taraf ke-j faktor β, i adalah umur kayu (5, 6, dan 7 tahun), j adalah posisi kayu (pangkal, tengah, dan ujung), k adalah ulangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, μ adalah nilai rata-rata sebenarnya, α adalah umur kayu (faktor A), β adalah posisi kayu di pohon (faktor B), αi adalah pengaruh umur kayu pada taraf ke-i, βj adalah pengaruh posisi taraf ke-j, (αβ)ij adalah pengaruh interaksi antara faktor α (umur kayu) pada taraf ke-i (5, 6, dan 7 tahun) dan faktor β (posisi kayu) pada taraf ke-j (pangkal, tengah, dan ujung), dan Eijk adalah galat (kesalahan percobaan). HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kehilangan Berat Aktifitas makan rayap pada uji kubur ditunjukkan dari besar atau kecilnya nilai persentase kehilangan berat contoh uji. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kehilangan berat pada kayu mangium yang diamati terhadap umur kayu cenderung menurun. Kehilangan berat tertinggi terdapat pada umur 5 tahun sebesar 34.13%, sedangkan nilai terendah terdapat pada umur kayu 7 tahun sebesar 14.02% (Gambar 4).

6 Gambar 4 Kehilangan berat kayu terhadap umur Berdasarkan Gambar 5 rata-rata nilai kehilangan berat pada bagian pangkal lebih rendah dibanding bagian tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai kehilangan berat semakin tinggi. Kehilangan berat terendah terdapat pada bagian pangkal kayu sebesar 11.16%, sedangkan kehilangan berat tertinggi terdapat pada bagian ujung kayu sebesar 29.00%. Kehilangan berat (%) Kehilangan berat (%) 35 30 25 20 15 10 5 0 42 36 30 24 18 12 6 0 5 6 7 Umur pohon (tahun) Pangkal Tengah Ujung Posisi kayu Gambar 5 Kehilangan berat terhadap posisi kayu di pohon Hasil analisis sidik ragam menunjukkan umur pohon, posisi batang kayu di pohon, serta interaksi umur dan posisi kayu memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan terhadap faktor interaksi antara umur dan posisi menunjukkan umur 5 tahun posisi ujung memiliki kehilangan berat tertinggi dan kehilangan berat terendah terdapat pada umur 7 tahun posisi pangkal. Umur kayu memengaruhi jumlah kehilangan berat kayu terhadap serangan rayap tanah. Oleh sebab itu semakin tinggi umur kayu maka kehilangan berat yang dihasilkan semakin kecil. Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi umur kayu maka kandungan zat ekstraktifnya semakin besar. Zat ekstraktif memiliki daya racun yang berguna melindungi kayu tersebut dari serangan rayap tanah sehingga dengan tingginya kadar zat ektraktif terhadap kayu maka keawetan alaminya semakin besar. Tingkat kerusakan kayu akibat serangan rayap tergantung jenis kayu dan posisi kayu di pohon (Nuriyatin 2003). Kandungan ekstraktif masing-masing posisi kayu pun berbeda (Nandika et al. 1996). Kandungan ekstraktif pada pangkal cenderung lebih banyak dari pada bagian ujung kayu sehingga kehilangan berat

yang dihasilkan pun lebih kecil. Oleh sebab itu bagian pangkal kayu memiliki keawetan alami lebih tinggi dibandingkan bagian ujung kayu. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan turut memengaruhi perkembangan populasi rayap tanah meliputi curah hujan, suhu, kelembapan, serta ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembapan dan suhu merupakan faktor yang kuat yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap tanah. Perubahan kondisi lingkungan akan menyebabkan perubahan perilaku rayap tanah serta kondisi habitat di sarang rayap (Leicester et al. 2002). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan rata-rata suhu lingkungan, suhu dalam tanah, serta kelembapan sebesar 28.10 o C, 25.10 o C, dan 78.10 %. Hasil tersebut berdasarkan pengamatan selama 90 hari dengan selang pengukuran setiap 3 hari sekali. Suhu lingkungan tertinggi terdapat pada pengamatan ke-2 sebesar 29.60 o C sedangkan suhu lingkungan terendah terdapat pada pengamatan ke-22 sebesar 26.80 o C (Gambar 6). Pengamatan ke-2 dilakukan pada bulan September. Pada bulan tersebut diduga musim pancaroba yang merupakan peralihan dari musim panas ke musim penghujan. Sebaliknya, pada pengamatan ke-22 dilakukan pada bulan Desember dimana pada bulan tersebut sudah mulai musim penghujan. 7 Suhu ( 0 C) 32.0 30.0 28.0 26.0 24.0 22.0 20.0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Pengamatan Ke- Suhu lingkungan ( C) Suhu dalam tanah ( C) Gambar 6 Rata-rata kondisi lingkungan per 3 hari 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 Kelembapan (%) Nandika et al. (2003) menyatakan kisaran suhu optimum untuk rayap tanah agar dapat bertahan hidup ialah antara 15-38 o C. Suhu tersebut memenuhi toleransi untuk kehidupan rayap tanah. Rayap tanah juga memerlukan kelembapan yang cukup tinggi untuk dapat bertahan hidup. Kelembapan optimum untuk rayap tanah berkisar antara 75% hingga 90%.

8 30 85 Suhu ( o C) 28 26 24 80 75 70 65 RH (%) 22 60 0 07:00 12:00 17:00 Waktu Pengamatan Suhu Permukaan ( o C) Suhu Tanah ( o C) RH (%) Gambar 7 Rata-rata kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan Kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan suhu lingkungan dan suhu dalam tanah tertinggi terdapat pada jam 12:00 dan terendah pada pukul 07:00. Selain itu kelembapan tertinggi terdapat pada pukul 07:00 sebesar 81.40 % dan terendah pada pukul 17:00 sebesar 74.50 % (Gambar 7). Penentuan Kelas Mutu Kayu Penentuan kelas mutu kayu berdasarkan ASTM D 1758-06 ditentukan berdasarkan persentase penetrasi rayap dari arah cross section (Tabel 1). Semakin tinggi nilai kelas mutu kayu semakin tahan kayu tersebut terhadap serangan rayap tanah. Hasil penentuan kelas mutu kayu tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2, kayu umur 5 tahun memiliki kelas mutu yang paling rendah yaitu kelas mutu 4. Kelas mutu tersebut menunjukkan penetrasi serangan rayap terhadap contoh uji sebesar 50% sampai 75% dari penampang melintangnya. Umur 6 tahun memiliki kelas mutu tertinggi yaitu kelas mutu 7 dimana kelas mutu tersebut menunjukkan penetrasi serangan rayap terhadap contoh uji sebesar 10% sampai 30%. Sementara itu, kelas mutu kayu terhadap posisi pangkal dan tengah menunjukkan nilai yang sama yaitu kelas mutu 6 (Tabel 3). Kelas mutu 6 menunjukkan penetrasi rayap tanah dari arah cross section sebesar 30% sampai 50%. Namun pada bagian ujung kelas mutu kayu menurun menjadi kelas mutu 4. Tabel 2 Kelas mutu kayu terhadap umur berdasarkan ASTM D 1758-06 Umur Persentase penetrasi rayap tanah dari cross Kelas section (%) mutu 5 67.42 4 6 26.82 7 7 40.60 6 0

Tabel 3 Kelas mutu kayu terhadap posisi kayu di pohon Posisi kayu Persentase penetrasi rayap tanah dari cross section (%) Kelas mutu pangkal 33.83 6 tengah 47.62 6 ujung 53.38 4 Serangan rayap terhadap kayu karena rayap menjadikan kayu sebagai bahan makanan maupun tempat bersarang (Tarumingkeng 2001). Kerusakan yang terjadi akibat serangan rayap menunjukkan kesukaan rayap tanah terhadap contoh uji. Gambar 8a menunjukkan bentuk kerusakan contoh uji yang terparah akibat serangan rayap tanah terhadap kayu mangium. Bentuk kerusakan tersebut menunjukkan kayu mangium sangat disukai oleh rayap tanah. Namun ada beberapa contoh uji yang sedikit terkena serangan rayap tanah (Gambar 8b). Serangan rayap pada contoh uji diduga disebabkan oleh rayap jenis Macrotermes gilvus Hagen. Hal ini didasari dari pernyataan Sulistyawati et al. (2010) yang menyatakan bahwa rayap di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB adalah rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen. 9 (a) Gambar 8 Bentuk kerusakan contoh uji akibat serangan rayap tanah dimana (a) merupakan kerusakan kayu terparah dan (b) kerusakan kayu yang paling sedikit (b)

10 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kehilangan berat kayu mangium pada umur 5 tahun adalah yang tertinggi dibandingkan umur 6 dan 7 tahun. Posisi ujung memiliki kehilangan berat tertinggi dibandingkan posisi pangkal dan tengah. Rataan suhu lingkungan, suhu tanah, serta kelembapan lingkungan pada saat pengamatan dilakukan adalah sebesar 28.10 o C, 25.10 o C, dan 78.10 %. Kelas mutu yang mengacu kepada ASTM D 1758-06 menunjukkan kayu mangium dengan umur 5 tahun memiliki kelas mutu yang rendah yaitu kelas mutu 4 sedangkan umur 6 tahun memiliki kelas mutu yang tinggi yaitu kelas mutu 7. Kelas mutu pada posisi pangkal hingga tengah memiliki nilai yang sama yaitu kelas mutu 6 sedangkan pada posisi ujung memiliki kelas mutu 4. Saran Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk mengetahui sifat keawetan dan keterawetan kayu mangium sehingga dapat diketahui perlakuan pengawetan yang tepat berdasarkan pemakaiannya. DAFTAR PUSTAKA [ASTM] American Standard Testing Material D 1758-06. 2006. Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. West Conshohocken Z (US): ASTM International. Departemen Kehutanan. 2014. Statistik kementrian kehutanan tahun 2013. Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan. Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Acacia mangium Willd. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR. Krishna K, Weesner FM. 1969. Biologi of Termite Vol 1. New York (US): Academic Pr. Leicester RH, Wang CH, Cookson L, Creffeld J. 2002. A model for termite hazard in Australia. 9th International Conference on Durability of Building Materials and Components. Brisbane (AUS): Brisbane Convention and Exhibition Centre. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta Press. Nuriyatin N, Apriyanto E, Satriya N, Saprinurdin. 2003. Ketahanan lima jenis kayu berdasarkan posisi kayu di pohon terhadap serangan rayap. JIPI 5(5):77-82. Pratiwi GA. 2009. Sifat keawetan dan pengawetan beberapa jenis kayu rakyat [skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor. Rimbawanto A. 2002 Plantation and tree improvement trends in Indonesia. Dalam: Barry, K. (ed.) Heartrots in plantation hardwoods in Indonesia and Australia, 3 7. ACIAR Technical Report 51e. Canberra(AUS): Australian Centre for International Agricultural Research.

Sulistyawati I, Suhasman, Hadi YS. 2010. Effect of Weight Loss Attacked by Subteranean Termite on Mechanical Properties of Mangium Wood. Seventh Conference of the Pacific Rim Termite Research Group; 2010 March 1th-2nd; Singapore (SG). hlm. 117-120. Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan perilaku rayap [internet]. [diacu 2016 Januari 20]. Tersedia dari: http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. Tim Elsppat. 2007. Pengawetan Kayu dan Bambu. Jakarta (ID): Dinamika Media. Tobing TL. 1977. Pengawetan Kayu. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cyanocephalus Light). Jurnal Teknologi Hasil Hutan. 15(2): 48-56. 11

12 LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran kehilangan berat kayu mangium umur 5, 6, dan 7 tahun di lapang (%) 5T7 35.13% 6U2 23.48% 5T4 44.23% 7P2 9.23% 7U5 25.56% 5U5 57.01% 6P5 7.82% 5T3 37.21% 7U6 20.86% 6P5 9.11% 5U2 50.41% 7T4 15.15% 7T5 16.96% 7U7 9.51% 5U6 40.13% 6P7 6.10% 7U4 18.17% 5U1 38.12% 7P3 5.39% 6U1 32.73% 5T5 39.14% 5U7 42.76% 7T7 15.13% 7P6 9.81% 7P5 6.26% 7U1 21.89% 7U3 13.19% 5T2 62.89% 6U5 21.35% 7P7 5.29% 6T2 21.79% 5T6 34.96% 6U7 15.95% 6T5 30.44% 6T3 23.61% 7P1 11.02% 6P3 9.17% 7T6 12.08% 7P4 6.55% 6U4 19.63% 5P5 17.30% 6U6 19.72% 6P1 17.08% 5P2 8.49% 6T1 37.56% 7T2 14.50% 5U3 49.11% 5T1 13.68% 7U2 13.59% 6T7 12.64% 5P3 12.96% 6T4 12.13% 6P4 6.61% 5P6 18.35% 7T1 17.47% 5P1 28.08% 6T6 13.44% 7T3 26.79% 5P7 21.83% 6P2 4.26% 5U4 53.39% 6U3 24.49% 5P4 13.65% Keterangan: P : Bagian pangkal T : Bagian tengah U : Bagian ujung x y z : Umur(tahun), bagian pohon, ulangan

Lampiran 2 Analisis variansi dari pengaruh umur kayu dan posisi kayu di pohon terhadap kehilangan berat Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat df Rataan Kuadrat Fhitung Signifikansi Umur 4848.506 2 2424.253 42.789.000 Posisi 3756.651 2 1878.325 33.153.000 Umur * Posisi 782.629 4 195.657 3.453.014 Galat 3059.409 54 56.656 Total 42647.778 63 Lampiran 3 Percent loss of cross section umur dan posisi kayu (%) 13 Umur 5 6 7 Percent Loss of cross section (%) Ulangan Posisi Kayu Pangkal Tengah Ujung 1 10.53 21.05 100.00 2 0.00 78.95 63.16 3 21.05 100.00 100.00 4 63.16 100.00 68.42 5 26.32 94.74 89.47 6 100.00 0.00 100.00 7 78.95 100.00 100.00 Rataan 42.86 70.68 88.72 1 68.42 10.53 52.63 2 63.16 84.21 36.84 3 0.00 10.53 52.63 4 15.79 47.37 5.26 5 0.00 10.53 21.05 6 0.00 0.00 42.11 7 26.32 15.79 0.00 Rataan 24.81 25.56 30.08 1 0.00 15.79 5.26 2 100.00 5.26 78.95 3 52.63 100.00 0.00 4 0.00 100.00 36.84 5 21.05 0.00 100.00 6 21.05 100.00 68.42 7 42.11 5.26 0.00 Rataan 33.83 46.62 41.35

14 Lampiran 4 Dokumentasi peletakkan contoh uji di lapang Lampiran 5 Dokumentasi kegiatan pencabutan contoh uji setelah pengamatan Lampiran 6 Beberapa dokumentasi serangan rayap di lapang

15 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Tangerang, pada tanggal 18 Maret 1992, dari pasangan Bapak Abdul Kohar SPd dan Ibu Sriyanah. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di SDN Sudimara 3, kemudian melanjutkan di SMP Proklamasi 1945 Bogor pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di SMA Budi Mulia Ciledug dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) di program studi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan kegiatan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Batu Raden serta melakukan Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan sekitarnya. Penulis juga telah melakukan Praktik Kerja Lapang di PT. Sumber Mas Indah Plywood di Gresik pada bulan Juli 2013.