PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI CAISIM DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR NOVA CHRISDAYANTI SIAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

USAHATANI DAN TATANIAGA KACANG KAPRI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG, CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT. Oleh: DAVID ERICK HASIAN A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

I PENDAHULUAN Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

Latar Belakang Pembangunan bidang ekonomi, keseimbangan bidang pertanian dengan industri Pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan; Pembangunan ekono

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

Tahun Bawang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBANDINGAN USAHATANI CAISIN PETANI MITRA DAN NON MITRA DI KECAMATAN MEGAMENDUNG SKRIPSI HYDRO DITA MILLIONDRY

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran. Tipe dan Sumber Data. - Data sekunder melalui telaah literatur

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

Transkripsi:

PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI CAISIM DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR NOVA CHRISDAYANTI SIAHAAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Caisim di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya ilmiah ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Nova Chrisdayanti Siahaan NIM H34144054

i ABSTRAK NOVA CHRISDAYANTI SIAHAAN. Peran Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Caisim di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Peranan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan usaha yang bermitra. Sebagian besar petani mitra PT Sayuran Siap Saji banyak yang tidak aktif, padahal kemitraan memberi manfaat yang banyak. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis peranan kemitraan terhadap pendapatan usahatani khususnya petani caisim mitra, sehingga dapat diketahui alasan petani mitra tidak aktif. Metode yang digunakan yaitu analisis desktiptif, pendapatan usahatani dan uji beda ratarata. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa kemitraan yang terjalin belum dapat berperan terhadap pendapatan usahatani. Rata-rata pendapatan usahatani caisim petani mitra lebih rendah dari petani non mitra, baik pendapatan tunai maupun total pendapatan. Begitu juga dengan nilai R/C atas biaya total, sehingga menunjukkan bahwa usahatani caisim non mitra lebih efisien usahatani caisim mitra. Namun hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa antara pendapatan usahatani caisim mitra dan non mitra tidak berbeda signifikan. Kata kunci : peranan kemitraan, usahatani caisim, analisis pendapatan usahatani ABSTRACT NOVA CHRISDAYANTI SIAHAAN. The role of Partnership on Caisim Farmers Income in Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Supervised by Netti TINAPRILLA. The role of partnership is to increase the income that partner. Most of the farmers partner PT Sayuran Siap Saji many are not active, whereas partnerships provide many benefits. The purpose of this research is to analyze the role of partnerships against farm income especially caisim partner farmers, so knowable the reason farmers are not active partners. The method used is descriptive analysis, farm income and different the average test. Based on the analysis of farm incomes, it is known that the partnerships established has not been able to contribute to the farm income. Average of the farm income caisim partner farmers is lower than non-partner farmers, both cash income and total income. So is the value of R/C on total cost, thus indicating that the non-partner caisim farming more efficient than farming caisim partners. But the different average test results showed that the farm income caisim between partners and non-partners did not differ significantly. Key Words : the role of partnerships, caisim farming, farm income analysis

ii

iii PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI CAISIM DI KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR NOVA CHRISDAYANTI SIAHAAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

iv

: v

vi

vii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2016 sampai Juni 2016 ini ialah kemitraan, dengan judul Peran Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Caisim di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing, Bapak Dr. Amzul Rifin, SP, MA yang telah banyak memberi saran pada saat seminar proposal dan Ibu Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si selaku dosen penguji utama serta Bapak Suprehatin, SP, MSA selaku dosen penguji akademik. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wasil selaku Manajer Kemitraan PT Sayuran Siap Saji, Bapak Cartum, Bapak Badru dan Bapak Asep selaku penyuluh pihak PT Sayuran Siap Saji, serta bapak-bapak petani mitra yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayang serta dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2016 Nova Chrisdayanti Siahaan

viii

ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 5 Pola Pelaksanaan dan Pelaku Kemitraan 5 Manfaat Kemitraan 6 Perbandingan Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Mitra dan non-mitra 7 KERANGKA PEMIKIRAN 8 Kerangka Pemikiran Teoritis 8 Pengertian dan Tujuan Kemitraan 8 Prinsip-prinsip Kemitraan 9 Manfaat Kemitraan 10 Perkembangan Kemitraan dan Pola Kemitraan 11 Konsep Pendapatan Usahatani 14 Kerangka Pemikiran Operasional 15 METODE PENELITIAN 17 Lokasi dan Waktu Penelitian 17 Jenis dan Sumber Data 17 Metode Penentuan Sampel 18 Metode Pengumpulan Data 18 Metode Pengolahan dan Analisis Data 18 Analisis Bentuk Kemitraan 19 Analisis Manfaat Kemitraan 19 Analisis Pendapatan Usahatani 19 Analisis Imbangan Penerimaan dengan Biaya (Analisis R/C Rasio) 20 Analisis Uji Beda Rata-rata 21 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 22 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 22 Gambaran Umum Kecamatan Megamendung 22 Gambaran Umum PT Sayuran Siap Saji 23 Karakteristik Responden 25 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 Bentuk Pelaksanaan Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan Petani Caisim di Kecamatan Megamendung 29 Proses Pelaksanaan Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim 29 Alasan Petani Caisim dan PT Sayuran Siap Saji Melakukan Kemitraan 31 Mekanisme Hasil Panen dan Sistem Pembayaran 31

x Manfaat Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim 32 Analisis Pendapatan Usahatani 34 Produksi Usahatani Caisim Petani Responden 35 Harga Output Caisim Petani Responden 35 Pengeluaran Usahatani Caisim Petani Responden 38 Pendapatan Usahatani Caisim Petani Responden 44 Analisis Imbangan Penerimaan (R/C rasio) Usahatani Caisim Petani Responden 45 Analisis Uji Beda Rata-rata 46 SIMPULAN DAN SARAN 47 Simpulan 47 Saran 47 DAFTAR PUSTAKA 48 LAMPIRAN 51 DAFTAR TABEL 1 Jumlah kebutuhan mingguan setiap jenis sayuran di PT Sayuran Siap Saji 3 2 Data primer penelitian peranan kemitraan PT Sayuran Siap Saji Tahun 2016 17 3 Data sekunder penelitian peranan kemitraan PT Sayuran Siap Saji Tahun 2016 18 5 Karakteristik responden berdasarkan usia periode tanam April-Mei Tahun 2016 25 6 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin periode tanam April-Mei Tahun 2016 25 7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan periode tanam April-Mei tahun 2016 26 8 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman bertani caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 26 9 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan keseluruhan periode tanam April-Mei tahun 2016 27 10 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 28 11 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan periode tanam April-Mei tahun 2016 28 12 Karakteristik responden berdasarkan pola tanam caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 29 13 Karakteristik responden berdasarkan permodalan periode tanam April-Mei tahun 2016 29 14 Rincian penggunaan produksi caisim periode tanam bulan April-Mei Tahun 2016 35 15 Penerimaan caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 38 16 Biaya tunai caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 41

xi 17 Biaya diperhitungkan caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 43 18 Alokasi biaya usahatani caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 44 19 Analisis pendapatan usahatani caisim satu musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 45 20 Analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) usahatani caisim periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 45 DAFTAR GAMBAR 1 Laju pertumbuhan kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku Tahun 2010 2014 1 2 Luas lahan sayuran per kapita di Indonesia Tahun 2010-2014 1 3 Pola kemitraan intiplasma 11 4 Mekanisme kerja pola kontrak beli 12 5 Mekanisme kerjasama pola subkontrak 12 6 Mekanisme kerja pola dagang umum 12 7 Mekanisme pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) 13 8 Kerangka Pemikiran Operasional 16 9 Luas tanah menurut penggunaan di Kecamatan Megamendung Tahun 2014 22 10 Jenis produk PT Sayuran Siap Saji (a) Whole Product ; (b) Fresh Cut 23 11 Struktur Organisasi PT Sayuran Siap Saji 24 12 Pelaksanaan kemitraan PT Sayuran Siap Saji dan petani mitra 32 DAFTAR LAMPIRAN 1 Produksi Sayuran di Lima Provinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 52 2 Luas panen, produksi dan produktivitas sayuran per hektar di Jawa Barat 53 3 Karakteritik responden petani caisim mitra 54 4 Karakteristik responden petani caisim non mitra 54 5 Biaya penyusutan usahatani caisim 55 6 Hasil analisis usahatani caisim petani mitra dalam satu musim tanam di lahan 300 m 2 55 7 Hasil analisis usahatani caisim petani non mitra dalam satu musim tanam di lahan 300 m 2 56 8 Hasil analisis syarat terdistribusi normal 58 9 Hasil analisis uji-t dua sampel independent 58 10 Dokumentasi penelitian 59

xii

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar 13.38 persen dari total PDB. Kontribusi ini merupakan kontribusi tertinggi kedua setelah sektor industri pengolahan yang besarnya 21.02 persen (BPS 2015). Namun sebagai sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua, laju pertumbuhan dari kontribusi sektor pertanian cenderung menurun setiap tahunnya seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Laju Pertumbuhan (%) 14 13.8 13.6 13.4 13.2 13 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar 1 Laju pertumbuhan kontribusi pertanian terhadap Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku Tahun 2010 2014 Sumber : Badan Pusat Statistik 2015 (diolah) Penurunan tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi. Kondisi ini menyebabkan luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian khususnya kegiatan produksi primer yaitu budidaya semakin berkurang. Hal ini terjadi pada kondisi luas lahan sayuran per kapita di Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014 yang dapat dilihat pada Gambar 2. 1000000 Luas Lahan (Ha) 950000 900000 850000 800000 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Gambar 2 Luas lahan sayuran per kapita di Indonesia Tahun 2010-2014 Sumber : Badan Pusat Statistik 2015 (diolah) Gambar 2 menunjukkan luas lahan sayuran per kapita di Indonesia yang cenderung menurun dari tahun 2010 sampai 2014. Luas lahan sayuran pada tahun 2010 sebesar 979 017 hektar turun menjadi 949 788 hektar pada tahun 2011.

2 Kemudian terjadi penurunan kembali pada tahun 2012 sebesar 0.22 persen dari tahun sebelumnya menjadi 947 708 hektar. Pada tahun 2014 terjadi penurunan luas lahan yang signifikan yaitu sebesar 10.25 persen dari tahun 2013, dimana pada tahun 2013 luas lahan pertanian sayuran sebesar 959 692 hektar, namun pada tahun 2014 menjadi 861 339 hektar. Hal ini diakibatkan karena adanya alih fungsi lahan pertanian sayuran menjadi pemukiman penduduk, perkantoran, kawasan industri dan lain sebagainya. Kondisi ini yang menjadikan pertanian khususnya komoditi sayuran semakin memprihatinkan. Kondisi pertanian sayuran yang memprihatinkan tidak hanya dikarenakan penurunan luas lahan sayuran, terdapat faktor lain yaitu tingkat kesejahteraan petani sayuran yang identik dengan kemiskinan. Kondisi ini menyulitkan petani memiliki posisi yang kuat dalam mempertahankan atau memperoleh lahan, menggunakan benih dan pupuk yang berkualitas baik, memperoleh jaminan pasar dan harga sayuran yang tinggi dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini menjadikan kondisi petani sayuran semakin terdesak dan kesejahteraannya semakin buruk. Menurut Yustika dan Rukavina (2015), kondisi tersebut dapat di atasi dengan melakukan transformasi berupa : 1) pemerintah menyediakan dan memperbaiki infrastruktur dasar seperti pengadaan jalan, jembatan, sistem irigasi, reformasi tanah, penelitian dan pengembangan, serta penyuluhan, 2) memperkuat pasar sebagai media transaksi sektor hulu dan hilir di sektor pertanian, 3) mengajak pelaku ekonomi swasta untuk melakukan kegiatan lanjutan disektor pemasaran dan pengolahan. Ketiga tranformasi tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai cara, salah satunya adalah melalui kemitraan. Kemitraan merupakan kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar yang disertai dengan adanya pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (win-win solution) (UU No. 9 tahun 1995). Kemitraan sayuran banyak berkembang di daerah sentra sayuran seperti Jawa Barat, dimana Jawa barat merupakan provinsi dengan jumlah produksi sayuran tertinggi dari tahun 2010 sampai 2014 (Lampiran 1). Beberapa daerah sentra produksi sayuran di Jawa Barat tahun 2014 adalah Karawang, Bandung Barat, Garut, Bandung, Cianjur dan Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Kabupaten Bogor merupakan daerah produksi sayuran tertinggi keenam di Jawa Barat, namun dibandingkan dengan kelima daerah lainnya Kabupaten Bogor memiliki luas lahan sayuran tertinggi kedua setelah daerah Karawang. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas sayuran di Kabupaten Bogor rendah yang mengindikasikan belum optimalnya penggunaan input-input produksi sayuran oleh petani di Kabupaten Bogor. Penggunaan input-input yang belum optimal dapat disebabkan keterbatasan petani dalam kepemilikan modal dan lahan, permasalahan pasar dan harga, serta pengetahuan petani akan teknologi untuk mengatasi karakteristik produk sayuran. Kemitraan berperan menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, seperti kemitraan yang dibentuk oleh PT Sayuran Siap Saji dengan petani-petani sayuran di Kabupaten Bogor khususnya di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung. PT Sayuran Siap Saji merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis yang fokus memproduksi sayuran whole product dan fresh cut dengan menerapkan teknologi yang tepat guna. PT Sayuran Siap Saji mengalami perkembangan perusahaan yang cukup cepat seiring dengan bermunculannya

3 swalayan dan restoran-restoran siap saji. Permintaan produk sayuran oleh PT Sayuran Siap Saji baik whole product dan fresh cut dari berbagai swalayan dan restoran siap saji seiring waktu juga mengalami peningkatan. Untuk memenuhi jumlah permintaan dari pelanggan, PT Sayuran Siap Saji menjalin kemitraan dengan petani-petani di sekitar lokasi perusahaan. Kemitraan yang terjalin antara PT Sayuran Siap Saji dan petani mitra bertujuan untuk menguntungkan bagi kedua belah pihak. Adanya kemitraan membantu PT Sayuran Siap Saji dalam memenuhi jumlah permintaan dari pelanggan baik dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Bagi petani mitra, kemitraan membantu petani dalam memperoleh jaminan pasar dan harga pasar, mengurangi biaya produksi khususnya biaya transportasi. Selain itu, bagi sebagian besar petani mitra, kemitraan yang terjalin membantu petani mitra dalam memperoleh lahan dengan biaya yang sangat murah karena PT Sayuran Siap Saji memberikan pinjaman lahan. Perumusan Masalah Jumlah petani mitra yang terdaftar sebagai mitra PT Sayuran Siap Saji sebanyak 255 orang petani. Petani ini terbagi atas mitra tani dan mitra beli. Mitra tani merupakan petani yang menjalin kemitraan secara terikat dengan perusahaan. Jumlah petani mitra yang menjalin kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji terdaftar sebanyak 73 orang. Sebanyak 182 orang lagi merupakan mitra beli dimana mitra beli ini tidak bersifat terikat dengan perusahaan. Tidak terikat karena perusahaan tidak selalu rutin membeli hasil panen petani maupun produk sayuran dari tengkulak yang merupakan mitra beli. Perusahaan melakukan pembelian produk sayuran dari mitra beli jika jumlah hasil panen mitra tani tidak memenuhi jumlah permintaan pelanggan. Berdasarkan wawancara dan data yang diperoleh dari pihak perusahaan, sayuran caisim merupakan sayuran yang jumlah kebutuhannya paling banyak. Jumlah kebutuhan akan caisim mencapai 5 000 kilogram dalam satu minggu, sedangkan jenis sayuran lainnya sebanyak 60 sampai 1 500 kilogram. Rincian jumlah kebutuhan sayuran pada PT Sayuran Siap Saji dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Jumlah kebutuhan mingguan setiap jenis sayuran di PT Sayuran Siap Saji tahun 2016 No Jenis sayuran Jumlah kebutuhan mingguan (kg) Persentasi 1 Bayam hijau 60 0.77 2 Brokoli 334 4.30 3 Caisim 5 000 64.42 4 Kacang panjang 390 5.03 5 Kangkung darat 60 0.77 6 Kembang kol 335 4.32 7 Selada keriting 41 0.53 8 Selada merah 41 0.53 9 Tomat 1 500 19.33 Total 7 761 100.00 Sumber : PT Sayuran Siap Saji 2016

4 Mitra tani yang terdiri dari 73 orang petani sayuran, tidak semuanya aktif melakukan kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji. Hanya sebanyak 50 orang petani yang aktif, dimana sebagian besar diantaranya melakukan usahatani caisim. Sebanyak 23 orang petani mitra yang dikatakan tidak aktif karena mereka tidak melaksanakan kewajiban sesuai kesepakatan bersama. Kewajiban yang dimaksud seperti mematuhi rencana tanam dan panen, menjual hasil panen dengan kuantitas dan kualitas sesuai kesepakatan serta mengikuti pertemuan setiap dua bulan sekali. Hal ini mengakibatkan terjadinya kekurangan pasokan sayuran di perusahaan untuk memenuhi jumlah permintaan pelanggan. Jika dilihat dari manfaat yang diperoleh, kemitraan yang dilaksanakan PT Sayuran Siap Saji memberikan manfaat yang cukup besar bagi petani mitra. Sebagian besar petani mitra memperoleh lahan pinjaman tanpa harus membayar biaya sewa, selain itu petani mitra juga memperoleh kemudahan dalam mengangkut serta menjual hasil panennya. Harga panen yang diterima petani mitra juga cukup konstan dibandingkan dengan harga pasar. Namun masih saja ada petani mitra yang tidak aktif dan mengikuti kesepakatan yang telah disepakai bersama. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan yang sebenarnya terjadi dan peranannya terhadap manfaat yang diperoleh petani mitra. Dimana penelitian ini akan berfokus pada usahatani caisim petani mitra karena permintaan caisim merupakan jumlah permintaan yang tertinggi di PT Sayuran Siap Saji. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Mengapa sekitar 23 orang petani mitra PT Sayuran Siap Saji tidak aktif melakukan kemitraan? 2. Bagaimana peran kemitraan yang dilaksanakan PT Sayuran Siap Saji bagi petani mitra khususnya petani caisim? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis bentuk pelaksanaan kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani caisim mitra. 2. Menganalisis manfaat kemitraan bagi petani caisim mitra dan PT Sayuran Siap Saji. 3. Menganalisis peran kemitraan terhadap pendapatan usahatani caisim petani mitra PT Sayuran Siap Saji. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai informasi seberapa besar peran kemitraan terhadap pendapatan usahatani caisim di Kecamatan Megamendung. Informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petani untuk memutuskan menjadi petani mitra atau petani mandiri. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi perusahaan PT Sayuran Siap

5 Saji sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pelaksanaan kemitraan. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan literatur referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada petani yang melakukan usahatani caisim di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan komoditi caisim ini karena caisim merupakan sayuran yang jumlah kebutuhannya paling banyak di PT Sayuran Siap Saji dibandingkan jumlah kebutuhan sayuran jenis lainnya. Responden yang dijadikan sumber data adalah petani caisim yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji, dan petani caisim mandiri serta pihak PT Sayuran Siap Saji. Analisis penelitian ini fokus membahas pelaksanaan kemitraan dan peran kemitraan terhadap terhadap usahatani caisim petani caisim mitra baik dilihat dari segi produktivitas, penyediaan input, kegiatan produksi, penyaluran output, penerimaan, biaya dan pendapatan. TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan merupakan kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (UU No. 9 tahun 1995). Kemitraan memiliki pola, peranan dan manfaat yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Berikut beberapa literatur yang menganalisis pola dan peranan dari pelaksanaan kemitraan. Pola Pelaksanaan dan Pelaku Kemitraan Kemitraan memiliki pola yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya, salah satunya pola kemitraan kontrak beli pada penelitian Aryani (2009) dan Shibgotulah (2016). Pola kemitraan kontrak beli pada penelitian Aryani (2009) dilaksanakan oleh PT Garudafood sebagai perusahaan mitra yang berkewajiban membimbing dan membeli output petani mitra. Sedangkan petani kacang tanah sebagai petani mitra yang berkewajiban memasok hasil output kacang tanah. Pada penelitian Shibgotulah (2016), pelaku bisnis yang terlibat adalah PT Heinz ABC sebagai perusahaan mitra melakukan pembinaan dan membeli hasil panen cabai petani mitra. Petani mitra yang terlibat merupakan anggota Kelompok Tani Arta Mukti Raharja yang berkewajiban melakukan penjualan hasil panen cabai ke PT Heinz ABC. Berbeda halnya dengan hasil penelitian Utomo (2012), Andriyanto (2013) dan Nasution (2016) yang menyatakan pola kemitraan yang dilaksanakan merupakan pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA). Pelaku bisnis yang terlibat dalam kemitraan adalah Agro Farm sebagai perusahaan mitra

6 yang berkewajiban menyediakan kredit benih, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar, sedangkan petani wortel sebagai petani mitra berkewajiban menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana (Utomo 2012). Pada penelitian Andriyanto (2013), pelaku bisnis yang terlibat adalah Koperasi Tani Mitra Tani Parahyangan sebagai perusahaan mitra yang berkewajiban memberikan bantuan permodalan, bantuan pembinaan dan bantuan pemasaran hasil panen tomat. Sedangkan petani tomat sebagai anggota kelompok mitra tani berkewajiban melakukan pembayaran iuran wajib dan pokok, dan menanam komoditas sesuai pola tanam yang ditetapkan pihak koperasi. Pada penelitian Nasution (2016), pelaku bisnis yang terlibat dalam kemitraan adalah PT Indofood Fritolay Makmur sebagai perusahaan mitra yang menyediakan bibit, pembinaan, pasar, dan meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan dan pengemasan menjadi potato chips. Petani mitra yang terlibat merupakan petani kentang yang berkewajiban menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sipayung (2014) dalam penelitiannya menyebutkan pola kemitraan yang dilaksanakan berupa kemitraan inti plasma. Pelaku kemitraan terdiri dari Ragheed Pangestu sebagai inti dan petani jamur sebagai plasma. Ragheed Pangestu berkewajiban menyediakan baglog berkualitas dan petani jamur menyediakan sarana prasarana budidaya jamur tiram, membudidayakan jamur tiram dan menjual secara keseluruhan kepada Regheed Pangestu. Manfaat Kemitraan Adanya kemitraan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan menengah atau besar dan bagi usaha kecil yang melakukan kemitraan. Beberapa penelitian menjelaskan peranan kemitraan yang berlangsung sebagai berikut. Manfaat Kemitraan terhadap Usaha Menengah atau Besar Beberapa penelitian menjelaskan bahwa kemitraan memiliki manfaat yang cukup besar bagi usaha menengah atau besar. Kemitraan bagi usaha menengah atau besar bermanfaat dalam menjamin ketersediaan bahan baku untuk kegiatan produksi (Aryani 2009; Nasution 2016; Shibgotulah 2016). Hal ini menjadikan perusahaan tidak kekurangan pasokan bahan baku yang digunakan untuk kegiatan produksi. Tidak hanya itu, kemitraan juga bermanfaat dalam menjamin ketersediaan komoditi yang akan dijual kembali oleh perusahaan mitra (Utomo 2012; Andriyanto 2013; Sipayung 2014). Manfaat Kemitraan terhadap Usaha Kecil Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemitraan bagi usaha kecil bermanfaat dalam berbagai hal. Manfaat kemitraan tersebut seperti dalam kegiatan penyediaan input, kegiatan budidaya, kegiatan penyaluran output yang berdampak pada penerimaan dan biaya serta pendapatan yang diperoleh usaha kecil. 1. Kegiatan Penyediaan Input Penelitian Utomo (2012) mengemukakan bahwa melalui kemitraan petani wortel dibantu dalam penyediaan benih. Hal yang sama juga dikemukakan dalam penelitian Sipayung (2014) dan Nasution (2016). Penelitian Sipayung (2014)

7 mengemukakan bahwa petani mitra memperoleh pinjaman baglog dari UD Ragheed Pangestu dan memperoleh jaminan apabila baglog yang diterima rusak. Penelitian Nasution (2016) mengemukakan bahwa melalui kemitraan, petani kentang mitra memperoleh pinjaman bibit kentang atlantik yang dapat dibayarkan setelah panen dengan harga yang telah disubsidi oleh PT Indofood Fritolay Makmur. Selain itu, bibit yang rusak juga dapat dikembalikan ke perusahaan maksimal seminggu setelah bibit diterima petani mitra. Sementara pada penelitian Andriyanto (2013), petani mitra tidak hanya menerima bantuan benih, tetapi juga menerima bantuan modal berupa uang yang dapat dikembalian saat panen. Adanya bantuan pada kegiatan penyediaan input ini menjadikan biaya yang harus dikeluarkan petani menjadi lebih murah dan tidak memberatkan petani untuk memulai penanaman pada periode baru. 2. Kegiatan Budidaya Manfaat kemitraan dalam kegiatan budidaya berupa adanya bimbingan teknik budidaya dari perusahaan menengah atau besar yang bermitra (Aryani 2009; Utomo 2012; Andriyanto 2013; Nasution 2016; Shibgotulah 2016). Bimbingan ini berupa pembinaan terkait cara penanaman yang baik seperti penggunaan bibit yang tepat, cara penanggulangan hama dan penyakit yang tepat baik jenis dan jumlah pestisidanya, penyusunan rencana tanam dan kebebasan petani untuk berkonsultasi mengenai kendala dalam melakukan budidaya. Hal ini menjadikan hasil produksi dari kegiatan budidaya menjadi lebih baik dan banyak serta dapat terhindar dari gagal panen. Kondisi ini menjadikan produksi dan penerimaan usahatani petani mitra lebih baik dari petani non mitra. 3. Kegiatan Penyaluran Output Kemitraan dalam kegiatan penyaluran output bermanfaat sebagai penjamin pasar dan harga untuk hasil panen petani mitra (Aryani 2009; Utomo 2012; Andriyanto 2013; Sipayung 2014; Nasution 2016; Shibgotulah 2016). Jaminan pasar yang diperoleh melalui adanya kemitraan menjadikan hasil panen petani mitra terjual dengan pasti. Adanya jaminan pasar juga menjadikan petani mitra tidak lagi mencari pasar untuk menjual hasil panennya. Selain itu, harga output yang diterima petani mitra lebih tinggi dibandingkan petani non mitra sehingga berdampak pada pendapatan petani mitra yang lebih tinggi dari petani non mitra (Aryani 2009; Utomo 2012; Andriyanto 2013; Nasution 2016 dan Shibgotulah 2016). Perbandingan Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Mitra dan non-mitra Menurut Aryani (2009) pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani yang diterima petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dapat berupa jumlah produksi output, harga output, penggunaan input, harga input dan penggunaan teknologi. Beberapa penelitian menganalisis perbandingan pendapatan petani mitra dan non mitra dengan beberapa metode yaitu dengan metode analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan penerimaan terhadap biaya atau R/C Rasio (Aryani 2009; Utomo 2012; Andriyanto 2013; Susanti 2013; Sipayung 2014; Nasution 2016; Shibgotulah 2016). Beberapa penelitian ada yang

8 menambahkan dengan analisis titik impas (Susanti 2013) dan analisis uji beda rata-rata pendapatan usahatani (Nasution 2016; Shibgotulah 2016). Hasil penelitian Aryani (2009) yang menganalisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah menunjukkan hasil pendapatan yang diperoleh petani mitra baik atas biaya tunai maupun total lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani bukan mitra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan berperan dalam memberi pendapatan yang lebih tinggi dari petani bukan mitra. Hal yang sama juga disebutkan dalam penelitian Utomo (2012), Andriyanto (2013), Nasution (2016) dan Shibgotulah (2016). Kelima penelitian tersebut juga menunjukkan hasil R/C rasio baik atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar dibandingkan dibanding R/C rasio petani bukan mitra juga ditunjukkan dalam penelitian. Namun pada penelitian Sipayung (2014) yang menganalisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani jamur tiram putih menyimpulkan bahwa adanya kerjasama kemitraan belum berperan dalam meningkatkan pendapatan usahatani Jamur Tiram di Kecamatan Ciawi Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan pendapatan yang diperoleh petani mitra lebih kecil dibandingkan pendapatan yang diperoleh petani bukan mitra. Hal yang sama juga dinyatakan dalam penelitian (Susanti 2013). Namun jika dilihat dari segi manfaat tambahan yang diterima petani mitra seperti harga jual hasil panen jamur tiram putih yang relatif stabil, pembelian baglog oleh petani mitra yang dapat dicicil, petani mitra yang memperoleh bimbingan teknis secara cuma-cuma dan pasokan baglog yang kontinyu dan berkualitas, kemitraan dapat dikatakan sudah cukup berhasil. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kemitraan ini yaitu saling menguntungkan kedua belah pihak baik perusahaan inti dan petani mitra. Perusahaan mitra memperoleh jaminan pasokan sedangkan petani mitra memperoleh jaminan pasar, jaminan harga dan beberapa petani mitra juga memperoleh keuntungan yang lebih besar dibanding petani mitra. Manfaat menganalisis penelitian penelitian ini adalah sebagai gambaran untuk mengetahui pola kemitraan, manfaat dan kendala kemitraan serta membandingkan pendapatan petani dan R/C rasio usahatani petani yang bermitra dan tidak bermitra. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian dan Tujuan Kemitraan Undang-undang (UU) No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1997 tentang kemitraan menunjukkan bahwa kemitraan menjadi suatu yang penting untuk memajukan usaha kecil. Berdasarkan UU No. 9 tahun 1995, kemitraan usaha didefinisikan sebagai kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Beberapa pengertian kemitraan lainnya dikemukakan oleh

9 USDA forest services (1999) dan Suwandi (1995) dalam Saptana dan Daryanto (2013). Partnership (kemitraan) menurut USDA forest services (1999) adalah hubungan antara pemberi kepercayaan (principal) dengan yang diberi kepercayaan (agent) yang didasarkan pada kesukarelaan dan saling menguntungkan yang dikat dengan kontrak kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan pemberi kepercayaan. Suwandi (1995) mengemukakan kemitraan adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin terciptanya keseimbangan, keselarasan, keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan, dan saling melaksanakan etika bisnis. Pengertian kemitraan oleh Suwandi (1995) tersebut lebih difokuskan pada kemitraan usaha agribisnis. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemitraan merupakan hubungan kerjasama yang dibangun oleh dua atau lebih pelaku usaha yang saling memerlukan dengan prinsip saling memberi dan menerima, saling memperkuat untuk peningkatan keuntungan masing-masing pelaku usaha. Pengertian-pengertian mengenai kemitraan tersebut menekankan bahwa esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama. Kontribusi bersama yang dimaksud adalah kontribusi baik berupa tenaga, modal, lahan maupun kepemilikan lainnya atau kombinasi dari faktor-faktor yang disebutkan untuk tujuan ekonomi (Saptana dan Daryanto 2013). Kontribusi-kontribusi ini dikendalikan secara bersama dan pembagian keuntungan atau kerugiannya ditanggung bersama. Sehingga dapat dikatakan tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri (Saptana dan Daryanto 2013). Prinsip-prinsip Kemitraan Ciri khas dari kemitraan adalah prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Saptana dan Daryanto 2013): 1) Saling memerlukan : merupakan alasan dasar bagi masing-masing pelaku usaha melakukan kemitraan. Perusahaan besar atau memengah memerlukan pasokan bahan baku, sedangkan kelompok usaha kecil memerlukan penampungan hasil dan bimbingan teknis. Untuk memenuhi keperluankeperluan tersebut, pelaku-pelaku usaha membentuk hubungan kemitraan. 2) Saling memperkuat : dalam melaksanakan kemitraan, pelaku usaha besar atau menengah dan pelaku usaha kecil secara bersama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis sehingga akan memperkuat kedudukan antar pelaku kemitraan dan meningkatkan dayasaing usahanya. 3) Saling menguntungkan : merupakan tujuan dilaksanakannya kemitraan yang berarti setiap pelaku kemitraan sama-sama memperoleh peningkatan pendapatan dan manfaat dari pelaksanaan kemitraan.

10 Manfaat Kemitraan Hafsah (2000) menjelaskan bahwa beberapa manfaat kemitraan sebagai berikut: 1. Produktivitas Produktivitas merupakan jumlah output dibagi dengan penggunaan input, dimana peningkatan produktivitas terjadi jika dengan input yang sama diperoleh hasil output yang lebih tinggi. Peningkatan produktivitas juga dapat terjadi apabila dengan input yang lebih rendah diperoleh hasil output yang lebih besar. Adanya kemitraan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pada pihak-pihak yang bermitra. Pada perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengurangi faktor input dan meningkatkan produksi. Bagi perusahaan kecil, peningkatan produktivitas dicapai dengan menambah unsur input baik kualitas dan kuatitas untuk memperoleh output dalam jumlah dan kualitas berlipat. Peningkatan produktivitas juga dapat dicapai dengan mengurangi faktor input dalam meningkatkan produktivitasnya. 2. Efisiensi Efisiensi berkaitan erat dengan produktivitas. Efisiensi dan produktivitas dapat ditingkatkan dengan meminimalkan pengorbanan (input). Dalam kemitraan, pencapaian efisiensi dan produktivitas oleh perusahaan besar dapat dilakukan dengan menghemat tenaga kerja untuk mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki perusahaan kecil. Sebaliknya, dengan bermitra perusahaan kecil dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki perusahaan besar. Namun efisiensi juga dapat dilihat melalui R/C rasio khususnya efisiensi usahatani (Soekartawi 2002). 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Keberhasilan kemitraan ditentukan dengan mutu yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan konsumen dan dapat diterima pasar. Pada kegiatan kemitraan, proses produksi tidak hanya dikuasai oleh satu pihak. Pihak - pihak yang terlibat perlu menetapkan suatu standar mutu yang disepakati sehingga produk yang dihasilkan memiliki jaminan mutu yang berkesinambungan. Keterjaminan kualitas ini menuntut terjalinnya kemitraan industri hulu dengan industri hilir. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas yang menjamin pasokan pasar dan pada akhirnya menjamin keuntungan perusahaan mitra. 4. Risiko Selalu ada risiko dalam setiap kegiatan bisnis. Adanya kemitraan diharapkan risiko yang besar dapat ditanggung bersama, dengan membagi risiko secara proposional sesuai dengan besar modal dan keuntungan yang didapatkan. Perusahaan besar biasanya membagi risiko dengan melakukan diversifikasi usaha ke dalam beberapa kegiatan. Hal ini akan mudah dilakukan dengan bekerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Bagi perusahaan kecil risiko dapat dibagi melalui kemitraan dengan pihak mitra yang benar-benar dapat menjamin penyerapan hasil produksinya. Hal ini akan menjadikan risiko kerugian akibat kelebihan hasil maupun penurunan harga dapat dihindari atau diperkecil. 5. Sosial Adanya kemitraan usaha antara usaha kecil dan usaha besar tidak hanya memberi dampak positif berupa saling menguntungkan, juga memberi dampak sosial yang cukup tinggi. Dampak sosial yang dimaksud berupa terhindarnya

11 negara dari kecemburuan sosial akibat ketimpangan melalui penumbuhan pengusaha kecil. 6. Ketahanan ekonomi nasional Kemitraan mendorong terjadinya peningkatan pendapatan yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan dan dapat menciptakan pemerataan yang lebih baik. Hal ini memberi dampak dalam mengurangi kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan usaha sehingga mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional. Perkembangan Kemitraan dan Pola Kemitraan Saptana dan Daryanto (2013) menyatakan kemitraan mulai berkembang pada pertengahan 1970an. Bentuk-bentuk kemitraan pada saat itu masih tradisional seperti pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) untuk perkebunan dan perunggasan, Tambak Inti Rakyat (TIR), Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI), dan sistem bagi hasil yang saat ini masih banyak ditemui pada usahatani sawah, palawija, dan sayuran. Pola kemitraan tradisional dicirikan dengan tidak adanya aturan tertulis (mengandalkan kepercayaan), memiliki nilai ekonomi dan sosial yang tinggi, pola interkasi yang lebih personal, dan efektif dalam pemerataan pendapatan (Saptana dan Daryanto 2013). Seiring waktu pola kemitraan mulai berkembang dan mengalami perubahan, seperti PIR yang berubah menjadi pola inti plasma, dan munculnya pola-pola kemitraan lain seperti pola kontrak beli, subkontrak, dagang umum, kerjasama operasional agribisnis (KOA), vendor, dan keagenan. Kelima pola pertama dijelaskan oleh Agustina (2011) sebagai berikut : 1. Pola Kemitraan Inti Plasma Pada pola intiplasma usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma. Plasma Plasma Perusahaan Inti Plasma Kelompok Gambar 3 Pola kemitraan intiplasma Pada model kemitraan usaha kecil (kelompok tani) sebagai plasma yang berkewajiban memproduksi bahan baku dan memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Sumardjo et al. 2004). Usaha besar atau menengah sebagai perusahaan inti berkewajiban melakukan pembinaan teknis produksi agar dapat memperoleh hasil yang sesuai harapan dan pembinaan untuk meningkatkan kualitas manajemen kelompok tani/plasma. Perusahaan inti juga berkewajiban menyediakan lahan, sarana produksi, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi dari petani plasma (Sumardjo et al. 2004). Kemitraan ini sering dijumpai pada komoditi perkebunan, peternakan, dan

12 lainnya yang dimana perusahaan besar atau menengah biasanya merupakan perusahaan agroindustri. 2. Pola Kemitraan Kontrak Beli Pada pola kontrak beli terdapat hubungan kerjasama antara kelompok skala kecil dengan perusahaan agroindustri skala menengah atau besar yang dituangkan dalam suatu perjanjian kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu yang disaksikan oleh instansi pemerintah. Kelompok tani merupakan wadah untuk mengkoordinasikan para anggotanya yang berperan mengatur produksi, mengumpulkan dan menyortir produk, melakukan pengemasan sesuai dengan permintaan perusahaan besar atau menengah (pembeli). Ketua kelompok mewakili anggotanya berhubungan dengan perusahaan pembeli dan melakukan negosiasi harga dengan perusahaan besar atau menengah (pembeli). Dalam model ini pemerintah berfungsi sebagai moderator dan fasilitator. Perusahaan Inti Kontrak Jual Beli Kelompok Mitra Fasilitator Menghasilkan produk Gambar 4 Mekanisme kerja pola kontrak beli 3. Pola Kemitraan Subkontrak Pada pola subkontrak, usaha kecil berkewajiban memproduksi komponen dan atau jasa yang merupakan bagian dari produksi usaha menengah atau usaha besar. Pola subkontrak juga ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu (Sumardjo et al. 2004). Model kemitraan ini menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau pedagang. Kelompok Mitra Perusahaan Mitra Kelompok Mitra Gambar 5 Mekanisme kerjasama pola subkontrak 4. Pola Kemitraan Dagang Umum Pada pola dagang umum, usaha menengah berkewajiban memasarkan hasil produksi dan usaha kecil berkewajiban memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Konsumen/industri Memasarkan produk kelompok mitra Gambar 6 Mekanisme kerja pola dagang umum

13 Pola kemitraan dagang umum ini dilakukan dengan cara: - Mewajibkan usaha menengah atau usaha besar yang menjadi mitra usahanya memasarkan hasil produksi usaha kecil, atau usaha kecil memasok keperluan usaha menengah atau besar. - Memberikan kesempatan usaha kecil untuk mengerjakan produksinya sesuai keahlian usaha kecil dan menjual hasil produksinya tersebut kepada usaha menengah atau usaha besar (mitra usahanya). - Memberikan kesempatan usaha kecil untuk memasarkan produksi dari usaha besar. 5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) merupakan hubungan kemitraan yang didalamnya usaha kecil (kelompok mitra) berkewajiban menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan besar atau menengah (perusahaan mitra) berperan menyediakan biaya, modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Perusahaan mitra juga berkewajiban sebagai penjamin pasardan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Pada pelaksanaan KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan (Sumardjo et al. 2004). Kelompok Mitra - Lahan - Sarana - Tenaga Perusahaan Mitra - Biaya - Modal - Teknologi Keterangan : Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Pembagian hasil sesuai dengan kesepakatan Gambar 7 Mekanisme pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) Sedangkan pola kemitraan vendor dan kemitraan keagenan dijelaskan oleh Saptana dan Daryanto (2013) sebagai berikut : 6. Pola Kemitraan Vendor Pada pola vendor, usaha besar atau menengah menggunakan hasil produksi spesialisasi kerja dari usaha kecil dalam upaya melengkapi produk yang dihasilkan usaha besar atau menengah. Usaha besar atau menengah dapat memesan produk yang diperlukan sesuai dengan teknologi, ukuran, bentuk dan kualitas yang telah dikuasai oleh usaha kecil. Pola ini memanfaatkan keahlian usaha kecil untuk memenuhi kebutuhan usaha besar atau menengah.

14 7. Pola Kemitraan Keagenan Pada pola keagenan, usaha kecil memiliki hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa yang dihasilkan usaha besar atau menengah. Dalam pola ini, usaha kecil memperoleh keuntungan dari hasil penjualan ditambah komisi yang diberikan oleh usaha besar atau menengah. Model ini banyak ditemukan pada pendistribusian pupuk, pestisida dan lainnya. Konsep Pendapatan Usahatani Dillon dan Hardaker (1986) mengemukakan bahwa usahatani merupakan organisasi dari faktor-faktor produksi berupa alam, tenaga kerja, tenaga kerja modal yang dikelola oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh tujuan berupa hasil dari lahan yang diusahakan. Beberapa komponen penting dalam kegiatan usahatani adalah komponen penerimaan (pendapatan kotor), biaya dan pendapatan. Penerimaan (pendapatan kotor) usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual (penerimaan tunai) maupun yang tidak dijual (penerimaan tidak tunai). Dalam menaksir penerimaan (pendapatan kotor), semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Penerimaan (pendapatan kotor) usahatani merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani (Dillon dan Hardaker 1986). Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dimana jumlahnya mempengaruhi jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dimana jumlahnya mempengaruhi jumlah output (Shinta 2011). Biaya ini juga dibagi menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang atau jasa secara tunai maupun kredit, sedangkan biaya tidak tunai merupakan biaya yang diperhitungkan atas penggunaan barang atau jasa dalam kegiatan usahatani seperti penyusutan, tenaga kerja keluarga, dan lainnya. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani (Dillon dan Hardaker 1986). Berkaitan dengan ukuran pendapatan, Dillon dan Hardaker (1986), mengemukakan terdapat dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan tunai dan pendapatan total usahatani. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. Sedangkan pendapatan total usahatani (total farm income) merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan dikatakan mengalami keuntungan apabila nilai pendapatan (π) bernilai positif, dimana total penerimaan yang diterima petani lebih besar dari total pengeluaran yang dikeluarkan petani. Pendapatan dikatakan mengalami kerugian apabila nilai pendapatan (π) bernilai negatif, dimana total penerimaan yang diterima petani lebih kecil dari total pengeluaran yang dikeluarkan petani. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) merupakan perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan pada satu periode tertentu yang diterima oleh petani. Analisis R/C rasio dilakukan untuk menguji

15 seberapa besar hasil yang diperoleh dari usaha tertentu, cukup menguntungkan atau sebaliknya. Perhitungan R/C dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Dalam melaksanakan kegiatan usahatani, petani harus mendapatkan rasio/imbangan antara total penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan harus lebih besar dari satu (R/C > 1). Jika nilai R/C kurang dari satu petani akan mengalami kerugian karena hal ini menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar daripada total penerimaan yang diterima petani. Nilai R/C rasio juga digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan petani yaitu dengan mengukur besarnya rupiah pengembalian dari setiap Rp 1 yang dikeluarkan petani. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini didasarkan pada kondisi dari pelaksanaan kemitraan PT Sayuran Siap Saji dengan petani mitra, dimana dari 73 orang jumlah petani mitra yang terdaftar, hanya sekitar 50 orang petani mitra yang aktif dalam melaksanakan kemitraan. Kemungkinan yang menjadi alasan sebanyak 23 orang petani mitra tidak aktif berkaitan dengan peran kemitraan yang belum dirasakan petani mitra. Faktor tersebut yang mungkin menjadi alasan petani mitra tidak aktif dan memilih melakukan kegiatan usahatani tanpa melibatkan kemitraan atau bersifat non mitra. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dari kemitraan yang sebenarnya dapat diperoleh oleh petani mitra khususnya petani mitra caisim karena jumlah kebutuhan caisim di perusahaan mitra yang tinggi dan berdampak pada banyaknya petani mitra mengusahakan jenis sayuran tersebut. Petani caisin di Kecamatan Megamendung yang menjadi mitra PT Sayuran Siap Saji mendapat manfaat berupa kemudahan dalam kegiatan penyediaan input. Petani caisim mitra juga mendapat pembinaan berupa penjadwalan kegiatan tanam dan panen yang mempermudah dan memperbaiki kegiatan budidaya caisim. Tidak hanya itu, petani caisim mitra memperoleh kemudahan dalam kegiatan penyaluran output, yaitu dimana hasil panen caisim petani mitra dijual langsung kepada PT Sayuran Siap Saji dengan jumlah dan harga yang disepakati, dan harga yang diterima petani caisim mengikuti harga caisim di pasar. Selain itu, dalam kegiatan penyaluran output, petani caisim mitra tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengangkut hasil panen. Hal ini dikarenakan, PT Sayuran Siap Saji melakukan sendiri pengangkutan hasil panen caisim petani mitra dari lahan petani hingga sampai ke PT Sayuran Siap Saji tepatnya ruang pengemasan. Peran kemitraan dalam kegiatan penyediaan input akan mempengaruhi penggunaan input dan harga input. Penggunaan input dan harga input ini yang kemudian mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan petani. Penggunaan input juga tidak hanya berpengaruh terhadap biaya produksi tetapi juga terhadap hasil produksi yang menunjukkan kegiatan usahatani sudah efisien atau sebaliknya. Tidak hanya penggunaan input yang mempengaruhi hasil produksi, tetapi juga proses budidaya yang dilakukan petani caisim. Penjadwalan kegiatan tanam dan panen menjadikan kegiatan usahatani caisim lebih teratur. Hal ini mempengaruhi hasil produksi dari usahatani caisim petani, lebih efisien atau sebaliknya.

16 PT Sayuran Siap Saji juga berperan sebagai lembaga yang mengangkut dan memasarkan hasil panen caisim. Pengangkutan hasil panen caisim dapat mempengaruhi biaya produksi caisim sedangkan pemasaran hasil panen mempengaruhi penerimaan yang diperoleh petani. Penerimaan yang dikurangi dengan biaya produksi caisim tersebut dapat menghasilkan pendapatan usahatani caisim petani di Kecamatan Megamendung. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji beda rata-rata untuk melihat ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara pendapatan rata-rata petani mitra dan non mitra. Kerangka pemikiran operasional penelitian mengenai peranan kemitraan terhadap pendapatan petani caisim di Kecamatan Megamendung secara lebih ringkas digambarkan sebagai berikut : Peran PT Sayuran Siap Saji (Peran Kemitraan) Kegiatan penyediaan input Kegiatan budidaya Kegiatan penyaluran output Penggunaan input Harga input Biaya Produksi Output produksi Harga output Penerimaan - Pendapatan Usahatani Caisim - Efisiensi Usahatani (R/C Rasio) Uji Beda Rata-rata (Uji-t) Evaluasi Rekomendasi Peran dan Perbaikan terhadap pelaksanaan kemitraan usahatani Caisim Gambar 8 Kerangka Pemikiran Operasional

17 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive atau sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan lokasi PT Sayuran Siap Saji dan lokasi petani yang mengusahakan sayuran caisim dengan cara bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji maupun petani yang mengusahakan sayuran caisim secara mandiri. Penelitian ini dilakukan dari bulan April hingga bulan Juni 2016. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara langsung ke lapang dan wawancara secara langsung terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini. Pengamatan dan wawancara ini dilakukan dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan. Rincian data primer yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data primer penelitian peranan kemitraan PT Sayuran Siap Saji Tahun 2016 No Jenis data primer Sumber 1 PT Sayuran Siap Saji 2 PT Sayuran Siap Saji 3 4 5 6 Data jumlah petani mitra Data jumlah kebutuhan mingguan setiap jenis sayuran di PT Sayuran Siap Saji Karakteristik petani caisim mitra PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim mandiri beserta karakteristik usahataninya Produksi usahatani caisim Penggunaan input dalam kegiatan usahatani caisim Peran kemitraan pada usahatani caisim petani mitra Petani mitra dan non mitra Petani mitra dan non mitra Petani mitra dan non mitra Petani mitra Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari informasi tertulis dan dari literatur-literatur yang relevan seperti buku, jurnal dan skripsi. Data juga diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi terkait seperti Kementrian Pertanian RI, Badan Pusat Statistika, Ditjen Hortikultura dan instansi lainnya yang dapat membantu dalam ketersediaan data. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari penelusuran internet dan literatur lain. Rincian data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

18 Tabel 3 Data sekunder penelitian peranan kemitraan PT Sayuran Siap Saji Tahun 2016 No Jenis data sekunder Sumber 1 2 3 4 5 Konsep Kemitraan, Analisis Usahatani, Analisis Uji beda, Analisis Skoring Data PDB Data luas lahan sayuran per kapita di Indonesia Data produksi sayuran di Indonesia Data produksi sayuran di Jawa Barat Buku Badan Pusat Statistik Kementrian Pertanian RI Direktorat Jenderal Hortikultura Badan Pusat Statistik Jawa Barat Metode Penentuan Sampel Populasi pada penelitian ini terbagi atas dua yaitu populasi petani caisim mitra PT Sayuran Siap Saji dan populasi petani caisim non mitra. Petani mitra sayuran PT Sayuran Siap Saji yang aktif berjumlah 50 orang, dan dari jumlah tersebut dipilih secara purposive petani yang melakukan kegiatan usahatani caisim periode bulan April hingga Mei 2016 yaitu berjumlah 13 orang petani. Populasi petani caisim mitra yang jumlahnya 13 orang, seluruhnya dijadikan responden dengan metode sensus. Sampel dari petani caisim non mitra yang dijadikan responden sebanyak 8 orang dengan metode non probability sampling yaitu secara purposive atau sengaja. Penetapan sampel ini dilakukan berdasarkan karakteristik usahataninya yang pada saat penelitian berlangsung melakukan kegiatan usahatani caisim. Hasil dari penentuan sampel ini terdapat sebanyak 21 orang petani caisim yang dijadikan responden yang terdiri dari 13 orang petani caisim mitra dan 8 orang petani caisim mandiri atau non mitra. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan petani caisim baik yang bermitra dengan PT Sayuran Siap Saji maupun yang tidak bermitra. Pengamatan dan wawancara juga dilakukan dengan manajer kemitraan/produksi dan penyuluh PT Sayuran Siap Saji untuk melengkapi data pada penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara individual dan mendalam untuk memperoleh informasi mendalam dengan alat bantu berupa kuesioner (daftar pertanyaan). Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan karakteristik petani mitra dan non mitra serta karakteristik usahatani caisim yang dikelola serta

19 pelaksanaan kemitraan yang berlangsung antara petani caisim mitra dengan PT Sayuran Siap Saji. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 untuk menghitung penerimaan dan pengeluaran usahatani baik tunai maupun total. Perhitungan ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan (R/C ratio) baik tunai maupun total. Hasil ini kemudian digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan nyata antara rata-rata pendapatan petani mitra dan non-mitra dengan melakukan analisis uji beda ratarata. Analisis Bentuk Kemitraan Bentuk kemitraan dianalisis secara kualitatif menggunakan metode deskriptif. Bentuk kemitraan ini dilakukan dengan menelusuri pelaksanaan kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani caisim mitra, kewajiban dari PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim mitra, serta mekanisme hasil panen dan sistem pembayaran. Hasil dari penelusuran kemudian akan disesuaikan dengan teori pola kemitraan yang terdapat pada kerangka pemikiran teoritis sehingga akan dapat disimpulkan pola kemitraan yang terjadi antara PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim mitra. Analisis Manfaat Kemitraan Manfaat kemitraan dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif menggunakan metode deskriptif. Analisis manfaat kemitraan ini dilakukan terhadap manfaat yang diperoleh PT Sayuran Siap Saji dan manfaat yang diperoleh petani caisim mitra. Manfaat yang diperoleh PT Sayuran Siap Saji dianalisis dari segi kuantitas, kontinuitas, dan kualitas caisim. Manfaat yang diperoleh petani caisim mitra dianalisis dari segi kegiatan penyediaan input, kegiatan budidaya, dan kegiatan penyaluran output. Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Dillon dan Hardaker (1986), analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktorfaktor produksi kerja, pengelolaan, modal sendiri maupun modal pinjaman yang digunakan dalam kegiatan usahatani. Pendapatan atau ukuran imbalan ini dapat digunakan untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Untuk menghitung pendapatan usahatani dapat digunakan rumus: Pendapatan tunai (π tunai ) = TR tunai TC tunai Pendapatan total (π total ) = TR total TC total Dimana: TR tunai : Jumlah penjualan x harga jual TC tunai : Biaya variabel tunai + Biaya tetap tunai TR total TC total : Total Penerimaan (penerimaan tunai + penerimaan diperhitungkan) : Total Pengeluaran ((Biaya variabel tunai + Biaya tetap yang tunai) + (Biaya variabel diperhitungkan + Biaya tetap diperhitungkan)) Komponen total penerimaan berasal dari hasil produksi yang dijual dikalikan dengan harga pasar dan ditambah dengan hasil produksi yang tidak

20 dijual namun memiliki nilai dikalikan dengan harga asumsi apabila produk caisim tersebut dijual. Komponen biaya atau pengeluaran tunai merupakan biaya variabel maupun tetap yang dibayarkan untuk pembelian faktor produksi untuk usahatani, seperti pembelian pupuk, pestisida, benih, pembayaran tenaga kerja, dan lainnya. Sedangkan komponen biaya atau pengeluaran diperhitungkan merupakan biaya variabel atau biaya tetap yang digunakan tanpa harus dibayarkan, seperti tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan dan lainnya. Pendapatan tunai diperoleh dengan mengurangkan total penerimaan tunai yang diperoleh petani dengan total biaya tunai yang dikeluarkan petani. Pendapatan total diperoleh dengan mengurangkan total pendapatan keseluruhan baik tunai dan diperhitungkan dengan total biaya keseluruhan baik tunai dan diperhitungkan. Analisis pendapatan usahatani dilakukan terhadap usahatani caisim petani mitra dan usahatani caisim petani non mitra. Setelah diperoleh pendapatan keduanya, kemudian dilakukan perbandingan antara biaya dan pendapatan petani caisim mitra dengan biaya dan pendapatan petani caisim non mitra, sehingga dapat dilihat petani caisim mitra atau petani caisim non mitra yang mengeluarkan biaya lebih tinggi dan yang memperoleh pendapatan lebih tinggi. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk melihat peran kemitraan terhadap petani caisim mitra. Analisis Imbangan Penerimaan dengan Biaya (Analisis R/C Rasio) Analisis R/C rasio dilakukan untuk menguji seberapa besar hasil yang diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah biaya tertentu dari suatu usaha. Analisis R/C membandingkan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan pada satu periode tertentu yang diterima oleh petani. Perhitungan R/C dibedakan menjadi dua yaitu perhitungan untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan total penerimaan yang diterima dengan total biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan R/C atas biaya total didapatkan dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya keseluruhan. Dimana total biaya keseluruhan merupakan penjumlahan dari biaya tunai dengan biaya diperhitungkan. Secara matematis, rumus untuk menghitung nilai R/C rasio adalah : R/C atas biaya tunai = R/C atas biaya total = Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) dilakukan terhadap usahatani caisim petani mitra dan usahatani caisim petani non mitra. Kemudian dilakukan perbandingan antara hasil R/C rasio petani caisim mitra dan hasil R/C rasio petani caisim non mitra. Perbandingan R/C rasio ini dilakukan untuk melihat usahatani caisim mana yang lebih efisien antara usahatani caisim petani mitra dan usahatani petani non mitra. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk melihat peran kemitraan terhadap petani caisim mitra.

Analisis Uji Beda Rata-rata Uji beda rata-rata (uji-t) digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan nyata antar variabel dari dua kelompok populasi atau lebih. Uji-t yang akan digunakan adalah uji-t dua sampel independent. Hal ini dikarenakan variabel yang digunakan merupakan data metrik dan tidak saling berhubungan, yaitu data biaya total, pendapatan total dan R/C atas biaya total petani mitra dan petani non mitra. Dua asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk melakukan uji-t adalah variabel terdistribusi normal dan memiliki variance yang sama (Nazir 2014). 1. Uji beda rata-rata biaya total usahatani caisim Hipotesis yang ditentukan untuk uji beda rata-rata biaya total usahatani caisim adalah sebagai berikut: H 0 = Tidak terdapat perbedaan biaya total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 = µ 2 ). H 1 = Terdapat perbedaan biaya total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 µ 2 ). Dimana : µ 1 = nilai rata-rata biaya total petani mitra µ 2 = nilai rata-rata biaya total petani non mitra 2. Uji beda rata-rata pendapatan total usahatani caisim Hipotesis yang ditentukan untuk uji beda rata-rata pendapatan total usahatani caisim adalah sebagai berikut: H 0 = Tidak terdapat perbedaan pendapatan total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 = µ 2 ). H 1 = Terdapat perbedaan pendapatan total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 µ 2 ). Dimana : µ 1 = nilai rata-rata pendapatan total petani mitra µ 2 = nilai rata-rata pendapatan total petani non mitra 3. Uji beda rata-rata R/C rasio total usahatani caisim Hipotesis yang ditentukan untuk uji beda rata-rata R/C rasio total usahatani caisim adalah sebagai berikut: H 0 = Tidak terdapat perbedaan R/C rasio total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 = µ 2 ). H 1 = Terdapat perbedaan R/C rasio total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra (µ 1 µ 2 ). Dimana : µ 1 = nilai rata-rata R/C rasio total petani mitra µ 2 = nilai rata-rata R/C rasio total petani non mitra 21

22 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor wilayah selatan, Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk 94 888 jiwa. Kecamatan Megamendung terdiri dari 12 desa yaitu Desa Sukaresmi, Sukagalih, Kuta, Sukakarya, Sukamanah, Sukamaju, Sukamanih, Gadog, Cipayung, Cipayung Girang, Megamendung dan Pasir angin. Secara geografis, Kecamatan Megamendung terletak antara 54-106 BT dan 6-41 LS dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Babakan Madang dan Sukamakmur 2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Ciawi 3. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Cisarua 4. Sebelah Barta, berbatasan dengan Kecamatan Ciawi Kecamatan Megamendung memiliki luas 40.63 km 2 dengan keadaan topografi yang berbukit-bukit, datar dan miring serta dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan. Kecamatan ini berada pada ketinggian 650 1 100 meter di atas permukaan laut sehingga memiliki suhu rata-rata antara 18 C 24 C dan memiliki curah hujan rata-rata per tahun mencapai 3.635 mm. Kondisi ini menujukkan bahwa Kecamatan Megamendung cukup potensial untuk kegiatan pertanian yang dapat dilihat melalui luas tanah menurut penggunaannya yang terdapat pada Gambar 9. 1.05% 37.95% 25.52% 16% Sawah 19.11% 0.36% Ladang Empang Perkarangan & Perumahan Kuburan Lainnya Gambar 9 Luas tanah menurut penggunaan di Kecamatan Megamendung Tahun 2014 Sumber : Kecamatan Megamendung 2015 Kegiatan pertanian di Kecamatan Megamendung berbentuk budidaya bermacam jenis tanaman pangan, buah-buahan dan sayuran. Tanaman pangan yang banyak ditanam dilokasi ini adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan talas. Tanaman buah-buahan yang banyak ditanam adalah alpukat, durian, jambu biji, nenas, pepaya dan pisang. Tanaman sayuran yang banyak ditanam adalah daun bawang, petsai/sawi, wortel, kacang merah, cabe, tomat, terung dan buncis. Sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan usahatani dilokasi ini maka muncul berbagai bentuk lembaga yang menjadi sarana dan

23 prasarana penunjang, salah satunya PT Sayuran Siap Saji yang khusus mendukung kegiatan usahatani sayuran di Kecamatan Megamendung. Gambaran Umum PT Sayuran Siap Saji PT Sayuran Siap Saji merupakan anak perusahaan PT Saung Mirwan, dimana PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agribisnis yang memproduksi berbagai sayuran hidroponik maupun konvensional yang didirikan pada tahun 1984 di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dengan luas area kurang lebih 11 hektar. Seiring berjalannya waktu, PT Saung Mirwan tidak hanya bergerak di bagian produksi tetapi juga menjadi pemasok sayuran ke swalayan-swalayan dan ekspor ke luar negeri. Untuk memenuhi permintaan akan sayuran dari berbagai swalayan dan ekspor, PT Saung Mirwan menjalin kemitraan dengan petani kecil dengan menerapkan kesepakatan program tanam dan kuota panen dan petani dibantu baik modal, benih, bibit, pestisida, maupun transfer budidaya. Namun kerjasama ekspor ke luar negeri tidak bertahan lama dan dihentikan karena adanya masalah harga dan pesyaratan dari pihak pelanggan. Keadaan PT Saung Mirwan juga semakin buruk saat terjadi krisis ekonomi. Pada tahun 2010, Bapak Theo mendapat bantuan dari pemerintah Belanda berupa mesin-mesin pemotong sayur dan bantuan tenaga ahli dari Belanda yang diwakili oleh perusahaan Hessing yang merupakan produsen sayur segar di Belanda. Hessing sebagai perusahaan partner tertarik untuk melakukan kerja sama dengan PT Saung Mirwan untuk mendirikan perusahaan baru. Perusahaan baru tersebut bernama PT Sayuran Siap Saji yang didirikan pada bulan November 2010 oleh Bapak Tatang Theo Hadinata dengan kepemilikan saham 70 persen milik Bapak Theo (PT Saung Mirwan) dan 30 persen milik perusahaan Hessing. PT Sayuran Siap Saji merupakan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan PT Saung Mirwan, namun lebih difokuskan pada produk sayuran. Produk sayuran yang dihasilkan berupa Whole Product dan Fresh Cut yang disalurkan ke pelanggan berbentuk supermarket dan restoran seperti Burger King, 7 Eleven Indonesia, Bakmi GM, Domino s Pizza dan lainnya. (a) (b) Gambar 10 Jenis produk PT Sayuran Siap Saji (a) Whole Product ; (b) Fresh Cut

24 1. Visi dan Misi PT Sayuran Siap Saji PT Sayuran Siap Saji memiliki visi yaitu Menjadi salah satu leader dalam bidang agribisnis serta produksi sayuran fresh cut dengan menerapkan teknologi yang tepat guna untuk meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat petani dalam membangun Negara Indonesia. Visi ini ditetapkan berdasarkan citacita pendiri yaitu, latar belakang dan kondisi masyarakat yang kemudian dikembangkan menjadi beberapa misi. Adapun misi PT Sayuran Siap Saji adalah sebagai berikut : 1) Memproduksi secara berkesinambungan dan secara konsisten menjaga standar mutu yang tinggi sesuai permintaan pasar. 2) Meningkatkan mutu produk, pelayanan dan SDM untuk menjaga kepuasan pelangggan. 3) Mengembangkan usaha pertanian dengan memperluas jaringan pasar dan jaringkan kemitraan dengan para petani kecil, dan 4) Menggalang kerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian dan pendidikan untuk mendapatkan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat petani. 2. Struktur Organisasi PT Sayuran Siap Saji PT Sayuran Siap Saji dalam melaksanakan kegiatan operasional untuk mencapai visinya membentuk struktur organisasi yang diharapkan dapat melancarkan kegiatan operasional perusahaan. Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji adalah sebagai berikut : Direktur IT Keuangan/ACC Manajer Penjualan Manajer Pengemasan Manajer Pengadaan Manajer Umum Penerimaan Kemitraan/Produksi HRD/Pers Processing Pengadaan Sayur Umum Pengemasan Pengadaan Non Sayur Teknik Distribusi Gambar 11 Struktur Organisasi PT Sayuran Siap Saji Sumber : PT Sayuran Siap Saji 2016

25 Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini merupakan seluruh petani caisim mitra PT Sayuran Siap Saji sebanyak 13 orang dan petani caisim non mitra yang diwakili 8 orang petani. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik responden pada penelitian ini dijelaskan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman bertani caisim, luas lahan keseluruhan dan luas lahan caisim, status kepemilikan lahan, pola tanam caisim dan permodalan. Berikut karakteristik petani caisim mitra PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim non mitra. Karakteristik Responden berdasarkan Usia Responden memiliki tingkat usia bervariasi dengan usia termuda yaitu 25 tahun dan usia tertua yaitu 60 tahun untuk petani caisim mitra, sedangkan untuk petani caisim non mitra usia termuda yaitu 31 tahun dan usia tertua 61 tahun. Tingkat umur responden yang mendominasi petani caisim mitra berada pada rentang umur 37 47 tahun sebanyak 5 responden (38.46 persen). Petani caisim non mitra didominasi petani dengan umur diatas 58 tahun sebanyak 3 orang (37.50 persen). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 5. Tabel 4 Karakteristik responden berdasarkan usia periode tanam April-Mei tahun 2016 Kelompok Petani mitra Petani non mitra Umur (tahun) Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) 26-36 4 30.77 1 12.50 37-47 5 38.46 2 25.00 48-58 3 23.08 2 25.00 >58 1 7.69 3 37.50 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin Responden petani caisim mitra berjumlah sebanyak 13 orang yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (100 persen). Begitu juga dengan responden petani caisim non mitra yang berjumlah delapan orang dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki (100 persen). Karaktersitik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin periode tanam April-Mei tahun 2016 Jenis Kelamin Petani mitra Petani non mitra Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) Perempuan 0 0.00 0 0.00 Laki-laki 13 100.00 8 262.50 Total 13 100.00 8 262.50

26 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden dibedakan menjadi 6 kategori. Tingkat pendidikan petani caisim mitra didominasi dengan tingkat pendidikan SD dan lama pendidikan 6 tahun sebanyak tujuh orang (53.85 persen). Hal yang sama juga terdapat pada petani caisim non mitra, dimana tingkat pendidikan yang mendominasi adalah tingkat pendidikan SD dengan lama pendidikan 6 tahun sebanyak empat orang (50 persen). Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani caisim baik mitra maupun non mitra cukup rendah. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan periode tanam April-Mei tahun 2016 Pendidikan Terakhir Petani mitra Petani non mitra Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) SLTA/SMK (12 thn) 2 15.38 0 0.00 SLTA/SMK (<12 thn) 0 0.00 0 0.00 SMP (9 thn) 1 7.69 2 25.00 SMP (<9 thn) 0 0.00 1 12.50 SD (6 thn) 7 53.85 4 50.00 SD (<6 thn) 3 23.08 1 12.50 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Pengalaman Bertani Caisim Responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman bertani caisim yang beragam. Pengalaman melakukan usahatani caisim baik petani mitra maupun non mitra paling banyak berada pada rentang satu sampai lima tahun yaitu sebanyak sembilan orang (69.23 persen) dari petani mitra dan sebanyak empat orang (50 persen) dari petani non mitra. Berdasarkan keterangan beberapa petani mitra, pengalaman bertani dengan rentang satu sampai lima tahun ini dikarenakan beberapa petani mulai berusahatani caisim ketika melakukan kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji. Namun beberapa petani mitra lainnya menyebutkan mulai melakukan usahatani caisim ketika PT Sayuran Siap Saji menambah jumlah tanam dari sayuran caisim. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman bertani caisim dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman bertani caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 Lama bertani caisim Petani mitra Petani non mitra Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) 1-5 9 69.23 4 50.00 6-10 1 7.69 1 12.50 11-15 1 7.69 0 0.00 16-20 1 7.69 1 12.50 >20 1 7.69 2 25.00 Total 13 30.77 8 50.00

27 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan Keseluruhan Luasan lahan keseluruhan petani sangat beragam, dimulai dari luas lahan 1 100 sampai 20 000 meter persegi untuk petani mitra dan 5 000 sampai 40 000 meter persegi untuk petani non mitra. Luasan lahan keseluruhan yang paling mendominasi pada petani mitra adalah petani dengan luas lahan 2 500 sampai 5 000 meter persegi yaitu sebanyak enam orang petani (46.15 persen). Berbeda dengan petani non mitra, dimana luas lahan keseluruhan yang mendominasi yaitu luas lahan 5 001 sampai 10 000 meter persegi yaitu sebanyak empat orang petani (50 persen). Hal ini menunjukkan bahwa luasan lahan keseluruhan pada petani mitra lebih kecil dibandingkan petani non mitra. Kondisi ini dikarenakan sebagian petani mitra memperoleh luasan lahan melalui pembagian lahan oleh PT Sayuran Siap Saji, sehingga lahan yang dimiliki oleh petani mitra dibatasi agar setiap petani mitra keseluruhan memperoleh lahan. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan keseluruhan periode tanam April-Mei tahun 2016 Luas Lahan Petani mitra Petani non mitra Keseluruhan (m 2 ) Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) <2500 3 23.08 0 0.00 2500 5000 6 46.15 1 12.50 5001 10000 1 7.69 4 50.00 10001 15000 2 15.38 1 12.50 >15000 1 7.69 2 25 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Lahan Caisim Responden baik mitra dan non mitra membagi lahan untuk melakukan penanaman berbagai macam komoditi sayuran termasuk caisim. Lahan yang digunakan petani caisim untuk melakukan kegiatan usahatani sekitar 3.33 sampai 66.7 persen dari lahan keseluruhan yang dimiliki setiap petani mitra sedangkan petani non mitra berkisar dua persen sampai 40 persen dari luas lahan keseluruhan. Luas lahan yang mendominasi digunakan oleh petani mitra untuk usahatani caisim kurang dari 1 000 meter persegi yaitu sebanyak lima orang petani (38.46 persen). Bagi petani non mitra, luas lahan yang mendominasi digunakan untuk usahatani caisim kurang dari 1 000 meter persegi yaitu sebanyak empat orang petani (50 persen). Luas lahan ini dibagi menjadi beberapa blok dengan luasan berkisar 250 sampai 300 meter persegi baik petani mitra maupun non mitra. Pembagian menjadi beberapa blok ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas produksi caisim dengan pola tanam. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan yang digunakan untuk usahatani caisim dapat dilihat pada Tabel 10.

28 Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan luas lahan caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 Luas Lahan Caisim Petani mitra Petani non mitra (m 2 ) Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) <1000 5 38.46 4 50.00 1000 2000 4 30.77 3 37.50 2001 3000 2 15.38 0 0.00 3001 4000 0 0.00 0 0.00 >4000 2 15.38 1 12.50 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Responden penelitian baik mitra maupun non mitra, kebanyakan melakukan kegiatan usahatani caisim di lahan yang bukan milik sendiri. Sekitar 11 orang (84.62 persen) petani mitra melakukan kegiatan usahatani caisim di lahan garapan yang disediakan oleh PT Sayuran Siap Saji, sedangkan sebanyak dua orang (15.38 persen) petani mitra menggunakan lahan sewa. Responden dari petani caisim non mitra kebanyakan menggunakan lahan sewa yaitu sebanyak enam orang (75 persen) petani non mitra. Petani non mitra lainnya sebanyak dua orang (25 persen) menggunakan lahan milik sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa petani baik mitra dan non mitra memiliki keterbatasan dalam hal kepemilikan lahan, Keterbatasan lahan inilah yang menjadi alasan kebanyakan petani mitra melakukan kemitraan. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikian lahan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan status kepemilikan lahan periode tanam April-Mei tahun 2016 Status Kepemilikan Petani mitra Petani non mitra Lahan Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) Milik 0 0.00 2 25.00 Sewa 2 15.38 6 50.00 Garap 11 84.62 0 25.00 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Pola Tanam Caisim Responden baik petani mitra maupun non mitra, sebagian diantaranya menggunakan pola tanam tumpangsari, sedangkan sebagian lagi menggunakan pola tanam monokultur. Pada responden petani mitra, sebanyak delapan orang (61.54 persen) melakukan kegiatan budidaya caisim dengan pola tanam tumpangsari, sedangkan lima orang lagi (38.46 persen) melakukan kegiatan usahatani caisim dengan pola tanam monokultur. Responden non mitra sebagian besar menggunakan pola tanam monokultur yaitu sebanyak enam orang (75 persen), sedangkan sebanyak dua orang (25 persen) menggunakan pola tanam tumpangsari. Banyaknya responden petani mitra menggunakan pola tanam tumpangsari dikarenakan jumlah produksi dan jenis sayuran yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan PT Sayuran Siap Saji. Karakteristik responden berdasarkan pola tanam caisim dapat dilihat pada Tabel 12.

29 Tabel 11 Karakteristik responden berdasarkan pola tanam caisim periode tanam April-Mei tahun 2016 Pola Tanam Petani mitra Petani non mitra Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) Tumpangsari 8 61.54 2 25.00 Monokultur 5 38.46 6 75.00 Total 13 100.00 8 100.00 Karakteristik Responden berdasarkan Permodalan Kegiatan usahatani caisim yang dilakukan petani mitra maupun non mitra, hampir keseluruhan menggunakan modal sendiri. Sebanyak 11 orang responden petani mitra (84.62 persen) menggunakan modal sendiri, sedangkan sebanyak dua orang petani mitra (15.38 persen) menggunakan kombinasi modal sendiri dan pinjaman. Responden petani non mitra seluruhnya sebanyak delapan orang (100 persen) menggunakan modal sendiri dalam melakukan kegiatan usahatani caisim. Berdasarkan wawancara, banyaknya petani mitra maupun non mitra menggunakan modal sendiri karena modal yang diperlukan dalam kegiatan usahatani caisim relatif cukup kecil dan perputarannya yang cukup cepat. Karakteristik responden berdasarkan permodalan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 12 Karakteristik responden berdasarkan permodalan periode tanam April-Mei tahun 2016 Permodalan Petani mitra Petani non mitra Jumlah Persentasi (%) Jumlah Persentasi (%) Modal Sendiri 11 84.62 8 100.00 Modal Pinjaman 0 0.00 0 0.00 Modal Sendiri & Pinjaman 2 15.38 0 0.00 Total 13 100.00 8 100.00 HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Pelaksanaan Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan Petani Caisim di Kecamatan Megamendung Kemitraan yang terjadi antara PT Sayuran Siap Saji dan petani merupakan kemitraan antara perusahaan yang memproduksi sayuran dengan petani sayuran. PT Sayuran Siap Saji memfokuskan produknya pada produk sayuran, sehingga mendorong pihak perusahaan untuk melakukan kemitraan dengan sasaran wilayah yang cocok untuk melakukan budidaya sayuran. Kemitraan yang dilakukan PT Sayuran Siap Saji tersebar pada beberapa daerah penghasil sayuran, namun untuk komoditi caisim, difokuskan pada wilayah Kecamatan Megamendung. Proses Pelaksanaan Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim Pelaksanaan kemitraan dimulai dari percobaan melakukan usahatani jenis sayuran yang akan dimitrakan. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa

30 besar biaya yang dibutuhkan dan penerimaan serta pendapatan yang diperoleh dalam melakukan kegiatan usahatani jenis sayuran yang akan dimitrakan. Setelah pihak PT Sayuran Siap Saji mengetahui keuntungan per kg dari produk sayuran yang akan dimitrakan dan dianggap layak, lalu pihak PT Sayuran Siap Saji melakukan pendekatan dan pertemuan dengan petani-petani di sekitar lokasi perusahaan baik yang pernah bermitra sebelumnya dengan PT Saung Mirwan maupun yang belum pernah bermitra. Pertemuan ini untuk mendiskusikan dan menjelaskan proses budidaya, biaya yang dikeluarkan dan harga pembelian, penerimaan serta pendapatan yang diperoleh per kg sayuran yang dihasilkan. Selain itu, pertemuan ini juga dilakukan untuk mendiskusikan kewajiban dan hak kedua belah pihak. Setelah pihak petani setuju lalu dilakukan pendaftaran petani yang bersedia melakukan kemitraan. Petani yang bersedia diharuskan menyerahkan fotocopy KTP, sebagai syarat menjadi petani mitra. Kemudian dilakukan pembagian lahan bagi petani dan selanjutnya petani melakukan kegiatan proses budidaya sayuran sesuai rencana tanam dan rencana panen yang ditetapkan pihak penyuluh PT Sayuran Siap Saji. Kewajiban PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim dalam Kemitraan Terdapat perjanjian kewajiban dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim mitra. Perjanjian kewajiban ini terbagi dua yaitu kewajiban PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim mitra. Namun perjanjian ini tidak menggunakan perjanjian tertulis. Kewajiban antar kedua belah pihak dijabarkan sebagai berikut : 1. Kewajiban PT Sayuran Siap Saji PT Sayuran Siap Saji memiliki kewajiban menyediakan input produksi seperti lahan dan benih bagi petani untuk melakukan kegiatan budidaya sayuran. Lahan yang diberikan sifatnya dalam bentuk pinjaman dan tidak dikenakan biaya sewa, hanya biaya kebersihan sebesar 15 000 per 1 000 meter persegi setiap bulannya untuk kegiatan pembersihan lahan yang dilakukan rutin setiap hari Senin. Benih yang disediakan pihak perusahaan sifatnya dibayar petani pada saat panen. Namun dalam penyediaan benih, pihak perusahaan tidak menyamaratakan semua petani mitra. Perusahaan mempertimbangkan sikap dan capaian petani selama menjadi petani mitra. Pihak perusahaan akan memberikan benih kepada petani yang komitmen dalam melakukan budidaya sesuai rencana tanam dan rencana panen serta menjual hasil panen ke pihak perusahaan sesuai kuantitas dan kualitas yang disepakati. Tidak hanya menyediakan input produksi, pihak PT Sayuran Siap Saji juga harus melakukan pembinaan terhadap petani mitra yang telah dilakukan melalui pihak penyuluh. Selain itu, PT Sayuran Siap Saji berkewajiban membeli hasil panen petani mitra sesuai jumlah dan kualitas serta harga yang disepakati dan menyediakan alat angkut hasil panen. PT Sayuran Siap Saji juga harus membayar hasil panen tepat waktu sesuai dengan kesepakatan dengan petani mitra. 2. Kewajiban Petani Mitra Petani mitra memiliki kewajiban melakukan kegiatan budidaya jenis sayuran sesuai rencana tanam dan panen yang ditetapkan perusahaan dan yang sudah disepakati antar dua belah pihak. Selain itu, petani juga berkewajiban menjual hasil panen sesuai kuantitas dan kualitas yang telah disepakati bersama.

31 Alasan Petani Caisim dan PT Sayuran Siap Saji Melakukan Kemitraan Pelaku dalam kegiatan kemitraan yaitu PT Sayuran Siap Saji dan petani sayuran, dimana dalam penelitian ini difokuskan petani caisim, memiliki beberapa alasan dalam melakukan kemitraan. PT Sayuran Siap Saji terdorong melakukan kemitraan dikarenakan untuk menjaga kontinuitas produk sayuran dan kepercayaan pelanggan. Adanya kemitraan dengan petani sayuran menjadikan perusahaan dapat mengendalikan tingkat keberhasilan budidaya sayuran petani melalu peran manajer kemitraan dan penyuluh. Keberhasilan produksi ini berdampak pada tercapainya target produksi yang telah disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Berhasilnya perusahaan memenuhi permintaan pelanggan menjadi alasan tersendiri bagi pelanggan untuk terus percaya melakukan pemesanan produk sayuran kepada PT Sayuran Siap Saji. Adanya kemitraan juga membentuk komitmen petani untuk menyetor produk sayurannya sesuai yang ditetapkan perusahaan. Selain alasan tersebut, PT Sayuran Siap Saji juga memiliki alasan lain dalam melakukan kemitraan dengan petani sayuran, yaitu pemilik perusahaan sendiri ingin membantu petani sekitar untuk mendapatkan pasar yang lebih dari segi kepastian pasar dan harga. Petani sayuran khususnya petani caisim melakukan kemitraan dengan alasan adanya lahan yang disediakan PT Sayuran Siap Saji bagi petani mitra untuk melakukan kegiatan budidaya tanpa mengharuskan petani membayar sewa. Setiap petani mitra hanya dikenakan biaya kebersihan sebesar 15 000 rupiah per 1 000 meter persegi setiap bulan. Biaya kebersihan ini digunakan untuk membeli perlengkapan kebersihan dan konsumsi bagi petani dalam melakukan kegiatan kebersihan lokasi lahan mitra disekitar lokasi perusahaan yang dilakukan rutin setiap hari Senin. Selain penyediaan lahan, alasan lainnya adalah adanya kepastian pasar dan harga dari produk caisim. Mekanisme Hasil Panen dan Sistem Pembayaran Kemitraan yang terlaksana antara PT Sayuran Siap Saji dan petani mitra menyepakati adanya rencana panen. Rencana panen ini meliputi perkiraan jumlah panen yang dihasilkan dan jumlah panen maksimal yang diterima oleh PT Sayuran Siap Saji. Kemitraan ini juga menyepakati bahwa pihak perusahaan menyediakan alat angkut hasil panen dari lahan petani sampai ke ruang pengemasan PT Sayuran Siap Saji. Hasil panen ini kemudian disortir di ruang pengemasan. Hasil panen ini dipotong 20 persen oleh pihak perusahaan. Pemotongan 20 persen ini merupakan sayuran yang kualitasnya tidak sesuai kesepakatan dan bagian sayur yang tidak ikut dikemas. Bagian sayur ini khususnya pada caisim seperti bonggol caisim dan bagian ujung daun caisim. Sayuran yang telah dikemas dalam bentuk whole product dan fresh cut, selanjutnya diangkut ke lokasi pelanggan seperti Burger King, 7 Eleven Indonesia, Bakmi GM, Domino s Pizza dan lainnya. Pembayaran hasil panen kepada petani dilakukan seminggu setelah hasil panen diangkut oleh pihak PT Sayuran Siap Saji dari lahan petani. Hari pembayaran juga ditetapkan hanya pada hari Senin dan Rabu. Pembayaran ini merupakan jumlah panen yang telah dipotong 20 persen dikalikan dengan harga per kilogram yang telah disepakati bersama. Bagi petani yang mengambil benih dari perusahaan, pembayaran yang diterima merupakan total pembayaran dikurangi dengan biaya benih yang digunakan.

32 Pola Pelaksanaan Kemitraan PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim Berdasarkan bentuk pelaksanaan kemitraan dan peran pelaksanaan kemitraan dapat diketahui bahwa kemitraan yang dilaksanakan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani caisim membentuk pola kemitraan dagang umum. Pada pelaksanaan kemitraan, PT Sayuran Siap Saji bertindak sebagai perusahaan yang berperan memasarkan hasil panen dari usaha kecil yaitu usahatani caisim petani mitra. Namun dalam pelaksanaan kemitraan ini, PT Sayuran Siap Saji memberikan bantuan lahan dan benih untuk mempermudah petani mitra dalam melakukan budidaya. PT Sayuran Siap Saji membebaskan petani caisim mitra dalam melakukan kegiatan budidaya caisim sesuai dengan keahlian petani caisim mitra. PT Sayuran Siap Saji hanya memberikan pembinaan terkait penyusunan jadwal tanam dan jadwal panen bagi petani mitra agar produktivitas dan produksi caisim tetap baik serta membantu dalam hal kontinuitas produk caisim bagi perusahaannya. Petani caisim sendiri bertindak sebagai pemasok kebutuhan PT Sayuran Siap Saji yang memiliki kewajiban untuk menjual hasil panen caisimnya ke PT Sayuran Siap Saji. Secara rinci, pelaksanaan kemitraan PT Sayuran Siap Saji dan petani mitra dapat dilihat pada Gambar 12. Petani Mitra Lahan Modal Tenaga kerja Benih Pupuk Pestisida Peralatan pertanian Memasok PT Sayuran Siap Saji Lahan Benih Pembinaan & manajemen Alat angkut panen Pengemasan Pemasaran Pengolahan & Pemasaran Pelanggan: Burger King, 7 Eleven Indonesia, Bakmi GM, Domino s Pizza dan lainnya Gambar 12 Pelaksanaan kemitraan PT Sayuran Siap Saji dan petani mitra Manfaat Kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dan Petani Caisim Pelaksanaan kemitraan antara PT Sayuran Siap Saji dengan petani caisim tidak hanya menuntut pelaksanaan kewajiban antar kedua belah pihak. Kemitraan ini juga memberikan beberapa manfaat baik bagi PT Sayuran Siap Saji dan petani caisim. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya : 1. Manfaat kemitraan bagi PT Sayuran Siap Saji a. Kuantitas produk caisim Pihak perusahaan menetapkan rencana tanam dan rencana panen yang meliputi jenis tanaman yang harus ditanam petani mitra, jumlah tanam dan perkiraan jumlah panen yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan mitra. Rencana tanam dan rencana panen caisim yang ditetapkan pihak perusahaan untuk

diproduksi petani caisim menjadikan jumlah produksi setiap hari lebih terencana. Terencananya jumlah panen mitra yang telah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan menjadikan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan. b. Kontinuitas produk caisim Rencana tanam dan rencana panen usahatani caisim juga menjadikan jadwal penanaman dan jadwal pemanenan setiap petani caisim bergantian secara teratur atau terpola. Penanaman dan pemanenan secara bergantian dan teratur atau terpola ini menjadikan produk caisim selalu ada untuk memenuhi permintaan pelanggan akan caisim. c. Kualitas sayuran caisim yang lebih terkendali Selain rencana tanam dan rencana panen, bimbingan dari penyuluh juga membantu petani dalam menghasilkan caisim yang berkualitas. Salah satu contohnya dalam hal penggunaan pestisida. Penyuluh dari pihak perusahaan selalu mengarahkan petani untuk tidak lagi melakukan penyemprotan pestisida seminggu sebelum panen. Hal ini dilakukan agar pada daun maupun batang caisim yang dipanen tidak lagi ada menempel zat-zat pestisida yang berbahaya. Tidak hanya itu, penyuluh juga melakukan pemantauan langsung ke lahan-lahan petani mitra dan banyak memberi masukan kepada petani ketika ada hama atau penyakit yang menyerang tanaman caisim namun kurang dapat dikendalikan oleh petani. Hal ini menjadikan kualitas dari caisim lebih terkendali, dan terkendalinya kualitas caisim mendorong pelanggan senang akan produk caisim yang dihasilkan. Terpenuhinya kebutuhan pelanggan akan kuantitas, kontinuitas dan kualitas menjadikan pelanggan percaya untuk terus melakukan kerjasama dalam bentuk pemesanan ke PT Sayuran Siap Saji. 2. Manfaat kemitraan bagi petani caisim a. Kegiatan penyediaan input Kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji sangat membantu petani mitra yang tidak memiliki lahan. PT Sayuran Siap Saji memberikan pinjaman lahan bagi petani mitra dengan hanya membayar uang operasional sebesar 15 000 rupiah per 1 000 meter persegi untuk setiap bulannya. Hal ini menjadikan petani mitra memperoleh kemudahan dalam memperoleh input lahan dan memperkecil biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra, sehingga petani mitra yang tidak memiliki lahan dapat melakukan kegiatan usahatani caisim. Kegiatan usahatani caisim ini yang kemudian menjadi matapencaharian dan sumber pendapatan bagi petani mitra. Namun dalam menyediakan lahan bagi petani mitra, PT Sayuran Siap Saji dihadapkan pada keterbatasan luas lahan yang dimiliki. Kondisi ini menyebabkan hanya sebagian besar petani yang memperoleh pinjaman lahan, sedangkan sebagian lagi mengandalkan lahan sewa. Kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji juga membantu petani caisim mitra dalam hal penyediaan input benih. PT Sayuran Siap Saji menyediakan benih pinjaman yang dapat dibayar setelah panen. Namun hanya sebagian kecil petani caisim mitra yang menggunakan benih pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji, sebagian besar petani caisim mitra menggunakan benih hasil pembenihan sendiri. Hal ini dikarenakan petani caisim mitra menilai bahwa biaya benih melalui pembenihan sendiri lebih murah dibanding benih pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji. Namun penggunaan benih dari PT Sayuran Siap Saji menjadikan produktivitas caisim lebih baik dibandingkan dengan petani yang menggunakan benih hasil dari pembenihan sendiri. Kondisi ini mempengaruhi jumlah produksi 33

34 caisim petani mitra lebih tinggi dari petani non mitra dan dapat mempengaruhi besar penerimaan petani mitra. b. Kegiatan Budidaya Kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji membantu petani caisim mitra dalam kegiatan budidaya. Hal ini dikarenakan adanya pembinaan dalam bentuk pengaturan pola tanam caisim. Adanya penyusunan jadwal tanam dan jadwal panen membuat petani caisim mitra lebih teratur dalam melakukan kegiatan budidaya. Keteraturan ini membuat kegiatan budidaya caisim oleh petani mitra tidak melebihi frekuensi maksimal penanaman caisim dalam lahan yang sama dalam satu tahun yaitu tiga kali periode. Hal ini menjadikan kondisi tanah tetap baik dan hama penyakit dapat terkendali sehingga produktivitas dan jumlah produksi usahatani caisim petani mitra dapat lebih tinggi dibandingkan dengan petani non mitra. Kondisi ini dapat mempengaruhi besar penerimaan petani mitra. c. Kegiatan Penyaluran Output Adanya kemitraan antara petani caisim dengan PT Sayuran Siap Saji membantu petani dalam memperoleh kepastian pasar. Pelaksanaan kemitraan mewajibkan PT Sayuran Siap Saji untuk menampung dan memasarkan hasil panen caisim petani mitra sesuai jumlah dan kualitas yang disepakati. Hal ini menjadikan petani mitra memperoleh jaminan pasar untuk sebagian besar bahkan seluruh hasil panennya. Petani mitra hanya perlu mencari pasar untuk menjual sebagian kecil hasil panennya, bahkan sebagian besar petani mitra tidak perlu lagi mencari pasar. Kondisi ini menghindarkan petani mitra dari kerugian akibat hasil panen yang tidak terjual, yang kemudian akan rusak. Tidak hanya sebagai jaminan kepastian pasar, kemitraan petani caisim dengan PT Sayuran Siap Saji juga membantu petani dalam memperoleh jaminan harga. Harga caisim di pasar cukup fluktuatif. Namun dengan adanya pelaksanaan kemitraan, harga caisim yang diperoleh petani mitra lebih konstan dari harga caisim di pasar. Selain itu, jika dilihat dari harga caisim terendah maka harga caisim terendah yang ditetapkan PT Sayuran Siap Saji lebih baik dibanding harga caisim terendah di pasar. Dimana patokan harga caisim terendah yang ditetapkan PT Sayuran Siap Saji sebesar 2 000 per kilogram sedangkan di pasar dapat mencapai di bawah harga 2 000 rupiah perkilogram. Hal ini mempengaruhi besar penerimaan petani caisim mitra sehingga lebih stabil. Selain sebagai jaminan pasar dan harga, kemitraan antara petani caisim dengan PT Sayuran Siap Saji juga mengurangi biaya transportasi dan memudahkan petani mitra dalam mengangkut hasil panen caisim. Hal ini dikarenakan pengangkutan hasil panen petani mitra dilakukan pihak PT Sayuran Siap Saji. Petani mitra tidak perlu lagi menyiapkan alat angkut atau mengeluarkan biaya transportasi untuk pengangkutan hasil panen ke perusahaan mitra, sehingga hal ini memperkecil biaya yang harus dikeluarkan oleh petani caisim mitra. Analisis Pendapatan Usahatani Keberhasilan usahatani dapat diukur melalui perolehan laba yang dihitung menggunakan analisis pendapatan. Penelitian ini akan melakukan analisis pendapatan usahatani caisim. Analisis pendapatan caisim yang dilakukan terlebih dahulu dengan menguraikan komponen-komponen penerimaan, biaya dan

35 pendapatan usahatani caisim serta perhitungan nilai efisiensi atau imbangan (R/C rasio) baik tunai maupun diperhitungkan. Produksi Usahatani Caisim Petani Responden Jumlah produksi caisim sangat tergantung produktivitas dari usahatani caisim, dimana produktivitas caisim petani mitra sebesar 1.58 kilogram per meter persegi, sedangkan pada petani non mitra sebesar 1.44 kilogram per meter persegi. Produktivitas ini berdampak pada jumlah produksi yang dihasilkan, dimana produksi petani mitra lebih tinggi dibanding petani non mitra. Produksi petani mitra pada penggunaan luasan lahan sebesar 300 meter persegi mencapai 474.16 kilogram sedangkan petani non mitra hanya mencapai 431.78 kilogram pada luasan yang sama. Perbedaan jumlah produksi dimana produksi petani mitra lebih besar dibandingkan dengan produksi petani non mitra dapat disebabkan perbedaan dalam penggunaan benih. Sebagian besar petani mitra menggunakan benih yang dibeli dari PT Sayuran Siap Saji yang kualitasnya lebih terjamin dan lebih baik dibandingkan benih hasil pembenihan sendiri. Penggunaan benih yang lebih terjamin kualitasnya menyebabkan produktivitas dan produksi caisim petani mitra lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. Jumlah produksi ini oleh petani mitra dan non mitra sebagian kecil digunakan untuk konsumsi dan pembenihan sedangkan sebagian besar untuk dijual. Jumlah produksi yang telah dikurangi dengan jumlah yang dikonsumsi dan untuk pembenihan merupakan jumlah penjualan caisim. Jumlah penjualan caisim ini kemudian bagi petani mitra dijual ke PT Sayuran Siap Saji dan ke pasar, sedangkan petani non mitra menjual seluruh jumlah penjualan caisim ke pasar. Rincian penggunaan produksi caisim petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 13 Rincian penggunaan produksi caisim periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 Uraian Jumlah caisim (kg) Petani mitra Petani non mitra Jumlah produksi caisim 474.16 431.78 Jumlah konsumsi 1.55 1.73 Jumlah pembuatan benih 4.05 5.89 Jumlah penjualan caisim 468.56 424.16 Mitra 407.30 - Pemotongan 20 persen 81.46 - Jumlah penjualan ke mitra 325.84 - Pasar 61.26 424.16 Harga Output Caisim Petani Responden Harga output caisim yang diterima petani mitra dari PT Sayuran Siap Saji berbeda dengan yang diterima oleh petani non mitra dari pasar. Harga caisim yang diterima petani non mitra yaitu 2 600 rupiah per kilogram, dimana harga ini merupakan harga yang ditetapkan PT Sayuran Siap Saji dan telah disepakati oleh petani mitra. Harga ini bersifat konstan selama dua minggu, dan mengalami perubahan setiap dua minggu sekali mengikuti perkembangan harga di pasar. Beberapa petani mitra juga melakukan penjualan caisim ke pasar dengan

36 perolehan harga rata-rata caisim 1 223.08 rupiah per kilogram. Harga caisim yang diterima petani mitra ini bersifat tidak konstan atau dapat berubah setiap harinya. Berbeda dengan harga rata-rata caisim yang diterima petani non mitra dari pasar yaitu 2 700 rupiah per kilogram. Harga ini lebih tinggi 100 rupiah atau sebesar 3.85 persen dari harga caisim yang diterima petani mitra dari PT Sayuran Siap Saji. Namun harga caisim yang diterima oleh petani non mitra dapat berubah setiap harinya karena mengikuti harga caisim di pasar yang berubah setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari segi harga, harga caisim yang diterima petani mitra dari PT Sayuran Siap Saji lebih terjamin dibandingkan dengan harga caisim yang diterima petani non mitra. Penerimaan Usahatani Caisim Petani Responden Jumlah penggunaan dari hasil produksi caisim dan juga harga caisim akan mempengaruhi struktur dan jumlah penerimaan yang diterima petani mitra dan non mitra. Penerimaan usahatani caisim terdiri atas dua jenis penerimaan yaitu penerimaan tunai dan diperhitungkan. 1. Penerimaan Tunai Usahatani Caisim Penerimaan tunai diperoleh dari jumlah penjualan caisim dikali dengan harga caisim per kilogram. Jumlah penjualan caisim petani mitra maupun non mitra merupakan jumlah produksi caisim yang telah dikurangi dengan jumlah produksi caisim untuk konsumsi dan pembuatan benih. Jika dibandingkan, jumlah penjualan caisim petani mitra lebih besar dari petani non mitra. Jumlah penjualan petani mitra mencapai 468.56 kilogram sedangkan petani non mitra hanya mencapai 424.16 kilogram. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan produktivitas usahatani, dimana produktivitas usahatani caisim petani mitra lebih tinggi dibanding non mitra. Tingginya produktivitas caisim petani mitra karena sebagian petani mitra mengunakan benih pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan benih yang dibuat sendiri. Kondisi tersebut juga menjadikan jumlah caisim yang digunakan untuk konsumsi dan pembuatan benih pada petani mitra lebih sedikit dibandingkan dengan petani non mitra. Petani mitra hanya menggunakan sebesar 0.33 persen dari jumlah produksi untuk dikonsumsi dan sebesar 0.85 persen dari jumlah produksi untuk pembuatan benih. Sedangkan petani non mitra menggunakan sebesar 0.4 persen dari jumlah produksi untuk dikonsumsi dan sebesar 1.3 persen dari jumlah produksi untuk pembuatan benih. Jumlah penjualan ini kemudian oleh petani mitra dijual ke perusahaan mitra sebesar 407.30 kilogram (69.54 persen) dan ke pasar sebesar 61.26 kilogram (13.07 persen). Jumlah penjualan yang dijual ke perusahaan mitra akan dipotong sebesar 20 persen, dimana pemotongan 20 persen merupakan kebijakan perusahaan mitra untuk perkiraan hasil panen caisim yang rusak ataupun bagian caisim yang tidak ikut dikemas seperti bonggol dan ujung daun caisim. Hasil dari pemotongan tersebut sebesar 325.84 kilogram yang kemudian dikalikan dengan harga per kilogram yang telah disepakati ditambah dengan jumlah penjualan ke pasar dan dikalikan dengan harga pasar per kilogram sehingga menghasilkan penerimaan tunai bagi petani caisim mitra. Dari perkalian ini diperoleh penerimaan tunai petani mitra dari hasil penjualan caisim ke PT Sayuran Siap Saji sebesar 847 174.80 rupiah dan hasil penjualan caisim ke pasar sebesar 74 929.42

rupiah. Total penerimaan tunai petani mitra secara keseluruhan sebesar 922 104 rupiah. Berbeda dengan petani non mitra, dimana jumlah penjualan caisim oleh petani non mitra dijual seluruhnya ke pasar. Pemotongan sebesar 20 persen tidak dilakukan oleh pasar, sehingga penerimaan tunai diperoleh dari jumlah penjualan ke pasar sebesar 424.16 kilogram dikalikan dengan harga pasar 2 700 rupiah per kilogram. Dari hasil perkalian ini diperoleh penerimaan tunai petani non mitra sebesar 1 145 219.58 rupiah. Jika dilihat, hasil penerimaan tunai petani mitra lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan tunai petani non mitra. Namun resiko pemasaran dan harga caisim yang dihadapi petani non mitra lebih besar dibandingkan petani mitra. Resiko pemasaran dan harga caisim tersebut seperti hasil panen caisim yang tidak terjual seluruhnya ke pasar yang kemudian menjadi rusak, harga caisim di pasar yang fluktuatif dan terkadang turun drastis yang dapat menyebabkan kerugian. 2. Penerimaan Diperhitungkan Usahatani Caisim Penerimaan diperhitungkan diperoleh dari jumlah caisim yang digunakan untuk konsumsi maupun pembuatan benih dikalikan dengan harga mitra maupun harga pasar jika caisim tersebut dijual. Petani mitra menggunakan sebesar 1.55 kilogram dari hasil produksi caisim untuk konsumsi dan sebesar 4.05 kilogram untuk pembuatan benih. Jumlah ini kemudian dikalikan dengan perkiraan harga jika caisim dijual ke perusahaan mitra yaitu 2 600 rupiah per kilogram. Hasil perkalian ini sebesar 13 756.89 rupiah yang kemudian menjadi penerimaan diperhitungkan bagi petani mitra. Petani non mitra menggunakan sebesar 1.73 kilogram dari hasil produksi caisim untuk konsumsi dan sebesar 5.89 kilogram untuk pembuatan benih. Jumlah dari keduanya kemudian dikalikan dengan harga pasar sebesar 2 700 rupiah perkilogram. Hasil perkalian ini sebesar 20 572.92 rupiah yang kemudian menjadi penerimaan diperhitungkan bagi petani non mitra. Jika dibandingkan, penerimaan diperhitungkan dari usahatani caisim petani mitra lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra. Hal ini dikarenakan sebagian petani mitra menggunakan benih pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji. Kondisi ini menyebabkan jumlah caisin yang digunakan untuk pembenihan kembali oleh petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra. 3. Penerimaan Total Usahatani Rincian penerimaan petani mitra dan non mitra baik tunai maupun diperhitungkan yang diperoleh dalam satu musim tanam dengan luas lahan yang dikonversikan menjadi 300 meter persegi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 menunjukkan bahwa total penerimaan yang diperoleh petani mitra sebesar 935 861.11 rupiah lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan yang diperoleh petani non mitra yaitu sebesar 1 165 792.50 rupiah. Total penerimaan terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai yang diperoleh petani mitra sebesar 922 104.22 rupiah berasal dari penjualan ke perusahaan mitra PT Sayuran Siap Saji dan ke pasar. Jika dibandingkan dengan penerimaan tunai petani non mitra sebesar 1 145 219.58 rupiah yang berasal dari penjualan ke pasar, tentu dapat dilihat bahwa penerimaan tunai petani mitra lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra. Hal ini dikarenakan adanya pemotongan 20 persen yang dilakukan pihak perusahaan serta harga caisim yang diperoleh petani mitra lebih rendah 100 rupiah dibanding dengan harga yang 37

38 diperoleh petani non mitra dari pasar. Pada petani mitra harga caisim yang diperoleh 2 600 rupiah per kilogram, sedangkan harga caisim yang diterima petani non mitra sebesar 2 700 rupiah per kilogram. Hal yang sama juga terjadi pada penerimaan diperhitungkan, dimana penerimaan diperhitungkan petani mitra lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra. Petani mitra memperoleh penerimaan diperhitungkan sebesar 13 756.89 rupiah, sedangkan petani non mitra memperoleh sebesar 20 572.92 rupiah. Hal ini dikarenakan penggunaan untuk konsumsi dan pembuatan benih yang lebih sedikit oleh petani mitra. Selain itu, harga caisim mitra yang diperoleh petani mitra dan petani non mitra berbeda 100 rupiah, dimana harga caisim yang diterima petani non mitra lebih besar dibanding petani mitra. Tabel 14 Penerimaan caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 No Jenis penerimaan Petani mitra Petani non mitra Jumlah (kg) Nilai (Rp) Jumlah (kg) Nilai (Rp) 1 Tunai Penjualan ke mitra 325.84 847 174.80 Penjualan ke pasar 61.26 74 929.42 424.16 1 145 219.58 Total penerimaan tunai 922 104.22 1 145 219.58 2 Diperhitungkan Konsumsi 1.55 4 028.58 1.73 4 663.17 Benih 4.05 9 728.31 5.89 15 909.75 Total penerimaan 13 756.89 20 572.50 diperhitungkan 3 Total Penerimaan 935 861.11 1 165 792.50 Pengeluaran Usahatani Caisim Petani Responden Pengeluaran usahatani caisim terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Kedua biaya ini terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya Tunai Biaya tunai terdiri dari biaya tetap tunai dan biaya variabel tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari biaya lahan seperti sewa lahan, biaya pajak dan biaya kebersihan lahan. Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani yang dalam penelitian ini status kepemilikan lahannya adalah lahan sewa, sedangkan biaya pajak dikeluarkan oleh petani yang status kepemilikan lahannya adalah milik sendiri. Biaya kebersihan lahan khusus dikeluarkan oleh petani mitra, dimana hampir seluruh petani caisim memperoleh lahan pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji. Biaya kebersihan lahan yang besarnya 15 000 rupiah per 1 000 meter persegi setiap bulan, digunakan untuk membeli konsumsi dan perlengkapan kebersihan dalam kegiatan kebersihan rutin yang diadakan setiap hari Senin. Selain biaya tetap tunai juga terdapat biaya variabel tunai. Biaya variabel tunai ini terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga dan biaya transportasi.

1. Biaya Benih Biaya tunai untuk pembelian benih berasal dari petani mitra yang melakukan pembelian benih caisim atau tidak melakukan pembuatan benih sendiri. Sebanyak 30.77 persen petani mitra melakukan pembelian benih caisim dari perusahaan mitra yaitu PT Sayuran Siap Saji dengan harga 30 000 rupiah per 100 gram, sehingga satu gram benih bernilai seharga 300 rupiah. Jumlah penggunaan ratarata benih caisim yang dibeli sebanyak 33.63 gram. Jumlah ini yang kemudian dikalikan dengan harga rata-rata per gram benih yaitu 207.69 rupiah per gram untuk menghasilkan biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian benih yaitu sebesar 6 983.94 rupiah. Petani non mitra tidak melakukan pembelian benih, seluruhnya melakukan pembuatan benih sendiri. Hal ini menjadikan petani non mitra tidak mengeluarkan biaya tunai untuk pembelian benih. 2. Biaya Pupuk Pupuk yang digunakan dalam kegiatan usahatani caisim baik mitra dan non mitra, terdiri dari pupuk kandang dan kimia. Pupuk kandang merupakan pupuk dari kotoran ayam yang dibeli langsung dari peternak. Pupuk ini digunakan sebagai pupuk dasar sebelum dilakukan penaburan benih. Kebutuhan rata-rata pupuk kandang petani mitra sebesar 159.71 kilogram sedangkan petani non mitra sebesar 185.66 kilogram. Harga beli rata-rata yang diterima petani mitra yaitu 430.77 per kilogram sedangkan harga beli rata-rata petani non mitra sebesar 340.00 rupiah per kilogram. Perbedaan biaya ini dikarenakan jarak dari lokasi peternakan ke lokasi petani mitra lebih jauh dari lokasi peternakan ke lokasi petani non mitra. Total biaya yang dikeluarkan petani mitra untuk pembelian pupuk kandang mencapai 68 796.06 rupiah sedangkan petani non mitra mencapai 63 123.80 rupiah. Selain pupuk kandang, petani mitra maupun non mitra menggunakan pupuk kimia untuk kegiatan usahatani caisimnya. Jenis pupuk kimia yang digunakan beragam, seperti urea, ponska atau NPK, KCL dan TSP. Total kebutuhan pupuk kimia pada usahatani caisim mitra sebesar 23.75 kilogram sedangkan pada petani non mitra sebesar 8.24 kilogram. Perbedaan jumlah kebutuhan pupuk kimia ini dikarenakan petani mitra rata-rata melakukan pemupukan sebanyak tiga kali dalam satu musim tanam dan petani non mitra rata-rata hanya melakukan pemupukan sebanyak satu kali dalam satu musim tanam. Hal ini mempengaruhi besar total biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra maupun non mitra. Biaya tunai yang digunakan petani mitra untuk membeli pupuk kimia jauh lebih besar yaitu mencapai 45 213.70 rupiah sedangkan petani non mitra hanya mengeluarkan biaya tunai sebesar 17 772.33 rupiah. 3. Biaya Pestisida Pestidida yang digunakan petani mitra terdiri dari pestisida cair dan pestisida padat. Pestisida cair yang digunakan berupa curacron, dursban, prevaton dan finsol dengan total penggunaan sebesar 0.24 liter, sedangkan pestisida padat terdiri dari dithane, lannate dengan total penggunaan sebesar 0.14 kg. Pada usahatani caisim non mitra hanya menggunakan pestisida cair dengan jenis yang sama seperti yang digunakan petani mitra yaitu curacron, dursban, prevaton dan finsol dengan total penggunaan sebesar 0.28 liter. Namun total biaya tunai untuk pestisida yang dikeluarkan petani non mitra lebih besar yaitu 63 118.44 rupiah dibandingkan petani mitra yang hanya mengeluarkan sebesar 47 728.78 rupiah. 39

40 Perbedaan besar biaya ini dikarenakan harga dari pestisida cair lebih mahal dibandingkan dengan pestisida padat, sehingga untuk memperkecil biaya pestisida maka petani mitra menggunakan dua jenis pestisida yaitu cair dan padat. 4. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Tenaga kerja luar keluarga merupakan tenaga kerja yang dibayar atau diupah untuk melakukan kegiatan dalam usahatani. Pada usahatani caisim mitra dan non mitra menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk membantu dalam melakukan kegiatan dalam usahatani caisim. Kegiatan ini terdiri dari kegiatan pengolahan lahan, penaburan benih, pemindahan bibit dan penyiangan, penyiraman, pemupukan, pengendalian HPT, dan pemanenan. Untuk kegiatan penyiraman hanya dilakukan oleh usahatani caisim mitra, sedangkan petani non mitra tidak melakukan kegiatan penyiraman tanaman caisim. Pada usahatani mitra, jam kerja dalam satu hari adalah delapan jam, dimulai pukul 07.00 sampai pukul 16.00 dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 sampai pukul 13.00. Berbeda dengan kegiatan usahatani caisim non mitra, dimana jam kerja dalam satu hari adalah lima jam, dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul 12.00. Total penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam kegiatan usahatani caisim mitra sebesar 3.75 HOK lebih kecil dari non mitra yang hanya menggunakan sebesar 5.38 HOK. Sehingga total biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan petani mitra sebesar 81 492.84 rupiah lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra yang harus mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar 39 123.28 rupiah. 5. Biaya Transportasi Biaya transportasi ini berasal dari kegiatan pengangkutan hasil panen. Pada usahatani caisim petani non mitra, kegiatan pengangangkutan hasil panen dari lahan hingga sampai ke tengkulak maupun pasar dilakukan sendiri oleh petani non mitra. Namun pada usahatani caisim, kegiatan pengangkutan hasil panen dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu PT Sayuran Siap Saji dan hanya sebagian petani mitra yang melakukan penjualan ke pasar yang mengeluarkan biaya transportasi untuk pengangkutan hasil panen. Sehingga biaya transportasi petani mitra yaitu 3 403.50 jauh lebih kecil dibandingkan biaya transportasi petani non mitra yaitu 23 564.19 untuk pengangkutan hasil panen. Rincian biaya tunai yang dikeluarkan dalam satu musim tanam dengan luas lahan yang dikonversikan menjadi 300 meter persegi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 menunjukkan bahwa total biaya tunai usahatani caisim petani mitra lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra. Total biaya tunai petani mitra sebesar 261 349.58 rupiah untuk satu musim tanam di lahan seluas 300 meter persegi, sedangkan petani non mitra mengeluarkan biaya tunai sebesar 318 764.85 rupiah. Perbedaan ini diakibatkan adanya pengeluaran yang lebih besar pada biaya tunai tetap terkait lahan. Pada petani mitra, biaya lahan tidak begitu besar dikarenakan hampir seluruh petani menggunakan lahan pinjaman dan hanya mengeluarkan biaya tunai berupa biaya kebersihan lahan. Pada petani non mitra, hampir semua petani menggunakan lahan sewa yang mengharuskan petani untuk membayar sewa lahan yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan biaya kebersihan yang harus dikeluarkan petani mitra.

41 Tabel 15 Biaya tunai caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 No Uraian biaya tunai Satuan Petani mitra Petani non mitra Jumlah Harga (Rp)/ Satuan Nilai (Rp) Jumlah Harga (Rp)/ Satuan Nilai (Rp) 1 Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300 7.69 2 307.69 300 37.50 11 250.00 Biaya Pajak m 2 - - - 300 2.71 812.81 Biaya Kebersihan Lahan m 2 300 18.08 5 423.08 - - - Total Biaya Tetap Tunai 7 730.77 12 062.81 2 Biaya Variabel Benih gr 33.63 207.69 10 549.45-300.00 - Pupuk Kandang kg 159.71 430.77 75 469.49 7.43 340.00 66 332.72 Pupuk Kimia Urea kg 14.62 2 346.15 33 827.46 6.78 2 425.00 16 377.41 Ponska atau NPK kg 5.24 1 538.46 14 673.92 0.98 1 187.50 3 168.75 KCL kg 2.81 630.77 7 728.46 - - - TSP kg 1.08 1 000.00 4 061.54 0.49 375.00 1 462.50 Total kg 23.75 60 291.38 8.24 21 008.66 Pestisida Pestisida cair liter 0.24 159 080.97 34 902.76 0.28 225 221.90 65 477.60 Pestisida Padat kg 0.14 62 639.32 19 043.92 - - - TKLK Pengolahan lahan HOK 1.11 25 769.23 47 500.00 1.97 29 519.23 80 208.33 Penaburan benih HOK 0.01 3 846.15 480.77 0.02 5 000.00 625.00 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 1.04 16 153.85 29 435.90 1.84 23 860.29 52 541.67 Penyiraman HOK 0.13 7 692.31 6 490.38 - - - Pemupukan HOK 0.11 16 153.85 6 185.90 0.05 11 250.00 2 031.25 Pengendalian HPT HOK 0.07 12 307.69 3 910.26 0.06 11 250.00 2 812.50 Pemanenan HOK 1.28 25 392.91 45 057.69 1.45 24 712.57 42 156.25 Total HOK 3.75 139 060.90 5.38 180 375.00 Biaya Transportasi 3 403.50 22 191.44 Total Biaya Variabel Tunai 253 618.81 306 702.04 Total Biaya Tunai 261 349.58 318 764.85 Perbedaan biaya tersebut juga diakibatkan pada perbedaan penggunaan pestisida. Pada beberapa petani mitra, pestisida yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu pestisida cair dan padat atau penggunaan pestisida secara kombinasi. Penggunaan pestisida padat menyebabkan penggunaan pestisida cair lebih sedikit. Dibandingkan dengan pestisida cair, pestisida padat lebih sedikit jumlah pemakaiannya untuk dicampurkan ke dalam air yang jumlahnya sama dan harga dari pestisida padat lebih murah dibanding yang cair. Petani non mitra hanya menggunakan pestisida cair, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pestisida lebih besar dibanding petani mitra. Selain itu, perbedaan total biaya tunai juga disebabkan karena penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani caisim petani mitra sebesar 3.75 HOK lebih kecil dibandingkan dengan petani non mitra sebesar 5.38 HOK. Kondisi ini disebabkan pada usahatani caisim mitra, tenaga kerja bekerja hingga sore hari atau maksimal delapan jam perhari, sedangkan pada usahatani caisim non mitra, tenaga kerja bekerja hanya hingga siang hari atau maksimal lima jam perhari. Hal ini mempengaruhi jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan satu jenis pekerjaan khususnya terkait pengolahan lahan, sehingga jumlah penggunaan

42 tenaga kerja pada petani non mitra lebih besar dibandingkan dengan petani mitra dan mempengaruhi besar biaya penggunaan tenaga kerja yang dikeluarkan. 2. Biaya Diperhitungkan Selain biaya tunai pada usahatani caisim terdapat juga biaya diperhitungkan. Biaya diperhitungkan terdiri dari komponen biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung. Biaya diperhitungkan ini terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diperhitungkan yaitu seperti biaya sewa lahan dan biaya penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan. Biaya sewa lahan yang diperhitungkan sebesar 12 692.31 rupiah bagi petani mitra yang menggunakan lahan pinjaman tanpa dikenakan biaya sewa, sedangkan bagi petani non mitra sebesar 3 750 rupiah bagi petani non mitra yang memiliki lahan sendiri. Alat-alat pertanian yang digunakan dalam usahatani caisim baik mitra maupun non mitra berupa cangkul, kored, sekop garpu, tangki gendong (sprayer), gembor, ember, arit atau sabit dan pisau. Besar nilai rata-rata penyusutan alat-alat petani mitra yaitu 51 143.87 rupiah sedangkan petani non mitra sebesar 34 091.05 rupiah. Rincian biaya penyusutan per petani dapat dilihat pada Lampiran 5. Biaya variabel diperhitungkan seperti biaya benih dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. 1. Biaya Benih Biaya benih pada komponen biaya variabel diperhitungkan berasal dari usahatani caisim yang sebagian besar melakukan pembenihan sendiri. Biaya ini dihitung untuk memperkirakan besar biaya benih yang digunakan. Biaya ini dihitung dengan mengalikan jumlah penggunaan benih dengan harga benih di pasar. Jumlah penggunaan benih caisin sebesar 96.51 gram pada usahatani caisim petani mitra dan sebesar 140.30 gram pada usahatani caisim petani non mitra. perbedaan jumlah penggunaan ini dikarenakan sebagian kecil petani mitra melakukan pembelian benih. Jumlah tersebut kemudian dikalikan dengan harga pasar benih rata-rata yaitu 230.77 rupiah per gram benih bagi petani mitra, sehingga total biaya benih diperhitungkan sebesar 22 271.77 rupiah. Bagi petani non mitra harga pasar benih rata-rata yaitu 300 rupiah per gram sehingga total biaya benih diperhitungkan sebesar 42 089.29 rupiah. Perbedaan harga pasar benih rata-rata dikarenakan sebagian petani mitra menggunakan benih pinjaman dari PT Sayuran Siap Saji, sedangkan petani non mitra seluruhnya menggunakan benih hasil pembuatan sendiri. 2. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Biaya tenaga kerja dalam keluarga dikelompokkan sebagai biaya diperhitungkan karena penggunaan tenaga kerja dalam keluarga tidak dibayar secara langsung atau tidak diupah. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan usahatani caisim mitra sebesar 4.98 HOK dan pada kegiatan usahatani caisim non mitra sebesar 4.48 HOK. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga antara petani mitra dan non mitra tidak berbeda jauh, sehingga total biaya yang diperhitungkan juga tidak berbeda jauh. Biaya tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan pada usahatani caisim mitra sebesar 181 722.41 rupiah dan pada usahatani caisim non mitra sebesar 137 394.02 rupiah. Rincian pengeluaran biaya diperhitungkan usahatani caisim petani mitra maupun non mitra untuk satu musim tanam dengan luas lahan konversi 300 meter persegi dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 menunjukkan bahwa total biaya

43 No diperhitungkan usahatani caisim petani mitra lebih besar dibanding petani non mitra. Perbedaan total biaya diperhitungkan antar petani mitra dan non mitra cukup jauh dengan selisih 50 506.00 rupiah. Dimana total biaya diperhitungkan untuk usahatani caisim petani non mitra sebesar 217 324.36 rupiah untuk satu musim tanam di lahan 300 meter persegi, sedangkan petani mitra sebesar 267 830.36 rupiah. Perbedaan besar biaya diperhitungkan ini akibat perbedaan biaya benih. Pada petani mitra, hanya sebagian petani yang melakukan pembenihan sendiri karena sebagian petani lagi menggunakan benih yang dibeli dari perusahaan mitra. Pada petani non mitra, seluruh petani menggunakan benih yang merupakan hasil dari melakukan pembenihan sendiri. Hal ini menjadikan biaya benih diperhitungkan pada petani non mitra lebih besar dari petani mitra. Tabel 16 Biaya diperhitungkan caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 Uraian biaya diperhitungkan Satuan Petani mitra Petani non mitra Jumlah Harga(Rp)/ Satuan Nilai (Rp) Jumlah Harga(Rp)/ Satuan 1 Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300 42.31 12 692.31 300 12.50 3 750.00 Biaya Penyusutan 51 143.87 34 091.05 Total Biaya Tetap Non-Tunai 63 836.18 37 841.05 2 Biaya Variabel Benih gr 96.51 230.77 22 271.77 140.30 300.00 42 089.29 TKDK Pengolahan lahan HOK 1.59 39 560.44 62 890.96 1.67 24 236.11 40 393.52 Penaburan benih HOK 0.11 42 649.57 4 634.04 0.11 41 875.00 4 580.08 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 0.96 22 991.45 22 048.21 1.10 34 236.11 37 802.37 Penyiraman HOK 0.95 43 846.15 41 457.10 0.36 13 125.00 4 716.80 Pemupukan HOK 0.18 35 384.62 6 407.79 0.17 41 875.00 7 197.27 Pengendalian HPT HOK 0.22 35 384.62 7 712.03 0.15 35 625.00 5 380.86 Pemanenan HOK 0.98 37 362.64 36 572.27 0.92 40 486.11 37 323.13 Total HOK 4.98 181 722.41 4.48 137 394.02 Total Biaya Variabel Non-Tunai 203 994.17 179 483.31 Total Biaya Non- Tunai 267 830.36 217 324.36 Nilai (Rp) Alokasi pengeluaran usahatani caisim petani mitra sebagian besar untuk biaya diperhitungkan yaitu 50.61 persen dari total biaya. Biaya diperhitungkan ini yang terdiri dari biaya sewa lahan, penyusutan, benih dan tenaga kerja dalam keluarga, dimana proporsi terbesar biaya diperhitungkan adalah untuk tenaga kerja dalam keluarga sebesar 34.34 persen dari total biaya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melakukan usahatani caisim, petani mitra memerlukan atau mengeluarkan uang tunai tidak lebih dari 50 persen dari total biaya. Berbeda dengan alokasi pengeluaran usahatani caisim petani non mitra, dimana sebagian besar alokasi dana untuk biaya tunai yaitu 59.46 persen dari total biaya. Biaya tunai ini terdiri dari biaya sewa lahan, pajak, pupuk kandang, pupuk kimia, pestisida, tenaga kerja luar keluarga, dan biaya transportasi dengan alokasi terbesar untuk biaya tenaga kerja luar keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa petani non mitra memerlukan atau mengeluarkan uang tunai lebih dari 50 persen total biaya. Rincian alokasi biaya usahatani caisim dapat dilihat pada Tabel 18.

44 Tabel 17 Alokasi biaya usahatani caisim per musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 No Uraian biaya tunai Petani mitra Petani non mitra Nilai (Rp) Persentasi (%) Nilai (Rp) Persentasi (%) A Biaya tunai 1 Biaya tetap Biaya sewa lahan 2 307.69 0.44 11 250.00 2.10 Biaya pajak - - 812.81 0.15 Biaya kebersihan lahan 5 423.08 1.02 - - 2 Biaya Variabel Benih 6 983.94 1.32 - - Pupuk kandang 68 796.06 13.00 63 123.80 11.77 Pupuk kimia 45 213.70 8.54 17 772.33 3.32 Pestisida 47 728.78 9.02 63 118.44 11.77 TKLK 81 492.84 15.40 139 123.28 25.95 Biaya transportasi 3 403.50 0.64 23 564.19 4.40 Total Biaya Tunai 261 349.58 49.39 318 764.85 59.46 B Biaya diperhitungkan 4 Biaya tetap Biaya Sewa Lahan 12 692.31 2.40 3 750.00 0.70 Biaya Penyusutan 51 143.87 9.66 34 091.05 6.36 5 Biaya Variabel Benih 22 271.77 4.21 42 089.29 7.85 TKDK 181 722.41 34.34 137 394.02 25.63 Total Biaya 267 830.36 50.61 217 324.36 40.54 Diperhitungkan Total biaya 529 179,93 100.00 536 089.21 100.00 Pendapatan Usahatani Caisim Petani Responden Pendapatan usahatani merupakan gambaran dari berhasil tidaknya suatu kegiatan usahatani. Pendapatan terdiri atas pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai merupakan selisih dari total penerimaan tunai dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya. Total penerimaan sendiri merupakan penjumlahan dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Sama halnya dengan total penerimaan, total biaya merupakan penjumlahan dari total biaya tunai dan total biaya diperhitungkan. Rincian pendapatan usahatani caisim dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan pendapatan tunai usahatani caisim petani non mitra lebih besar dibandingkan pendapatan usahatani caisim petani mitra. Pendapatan tunai usahatani caisim petani non mitra sebesar 826 454.73 rupiah yang berarti bahwa kegiatan usahatani caisim mampu menghasilkan uang tunai sebesar 826 454.73 rupiah dalam satu musim tanam di lahan 300 meter persegi. Petani mitra sendiri memperoleh pendapatan tunai sebesar 660 754.64 rupiah, yang berarti bahwa kegiatan usahatani petani mitra mampu menghasilkan uang tunai sebesar 660 754.64 rupiah dalam satu musim tanam di lahan 300 meter persegi. Perbedaan pendapatan tunai antara petani non mitra dan petani mitra sebesar 165 700.09 rupiah. Begitu juga total pendapatan usahatani, dimana total pendapatan usahatani petani non mitra lebih besar dibandingkan dengan petani mitra. Total pendapatan petani non mitra mencapai 629 703.29 rupiah, sedangkan

45 petani mitra hanya memperoleh total pendapatan sebesar 406 681.17 rupiah. Perbedaan total pendapatan antara petani non mitra dan petani mitra sebesar 223 022.12 rupiah. Perbedaan ini dikarenakan penerimaan tunai yang diperoleh petani mitra lebih kecil dibanding petani non mitra. Adanya pemotongan jumlah penjualan sebesar 20 persen oleh perusahaan mitra yaitu PT Sayuran Siap Saji menjadi penyebab lebih kecilnya penerimaan tunai dan pendapatan tunai petani mitra. Tabel 18 Analisis pendapatan usahatani caisim satu musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 No Uraian Petani mitra Petani non mitra 1 Penerimaan A Penerimaan tunai Rp 922 104.22 Rp 1 145 219.58 B Penerimaan diperhitungkan Rp 13 756.89 Rp 20 572.92 C Penerimaan total (A + B) Rp 935 861.11 Rp 1 165 792.50 2 Biaya Biaya tunai Biaya tetap Rp 7 730.77 Rp 12 062.81 Biaya variabel Rp 253 618.81 Rp 306 702.04 D Total biaya tunai Rp 261 349.58 Rp 318 764.85 Biaya diperhitungkan Biaya tetap Rp 63 836.18 Rp 37 841.05 Biaya variabel Rp 203 994.17 Rp 179 483.31 E Total biaya diperhitungkan Rp 267 830.36 Rp 217 324.36 F Total biaya (D + E) Rp 529 179.93 Rp 536 089.21 3 Pendapatan G Pendapatan tunai (A - D) Rp 660 754.64 Rp 826 454.73 H Total pendapatan (C - F) Rp 406 681.17 Rp 629 703.29 Analisis Imbangan Penerimaan (R/C rasio) Usahatani Caisim Petani Responden Analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) dapat digunakan untuk mengukur penampilan usahatani dari segi efisiensinya. Analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) terdiri atas R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C atas biaya tunai pada usahatani caisim merupakan perbandingan antara pendapatan tunai dengan biaya tunai, sedangkan R/C atas biaya total merupakan perbandingan total pendapatan dengan total biaya. Rincian perhitungan analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 19 Analisis imbangan penerimaan (R/C rasio) usahatani caisim periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 Uraian Petani mitra Petani non mitra R/C atas biaya tunai 3.58 3.66 R/C atas biaya total 1.77 2.17 Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total baik petani mitra maupun non mitra lebih besar dari satu. Nilai ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani caisim yang dilakukan petani mitra maupun non mitra memberikan keuntungan. Sebab nilai R/C menunjukkan

46 besarnya penerimaan yang diperoleh untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan. Perolehan nilai R/C atas biaya tunai petani mitra adalah sebesar 3.58, yang berarti bahwa setiap pengeluaran biaya tunai sebesar 100 000 rupiah akan menghasilkan penerimaan sebesar 358 000 rupiah. Petani non mitra memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3.66 yang berarti bahwa setiap pengeluaran biaya tunai sebesar 100 000 rupiah akan menghasilkan penerimaan sebesar 366 000 rupiah. Jika diperbandingkan, nilai R/C atas biaya tunai petani non mitra lebih besar dari petani mitra. Begitu juga jika dilihat dari perolehan nilai R/C atas biaya total, nilai R/C yang diperoleh petani mitra lebih kecil dari petani non mitra. Nilai R/C atas biaya total petani mitra sebesar 1.77, yang berarti bahwa setiap pengeluaran biaya total sebesar 100 000 rupiah akan menghasilkan penerimaan sebesar 177 000 rupiah. Petani non mitra memperoleh nilai R/C atas biaya total sebesar 2.17 yang berarti bahwa setiap pengeluaran biaya total sebesar 100 000 akan menghasilkan penerimaan sebesar 217 000 rupiah. Lebih kecilnya nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total petani mitra menunjukkan bahwa jika dilihat dari penggunaan biaya total, usahatani caisim petani non mitra lebih efisien dibandingkan dengan usahatani caisim petani mitra dalam menghasilkan penerimaan. Analisis Uji Beda Rata-rata Jika dilihat dari besar biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh petani caisim mitra dan non mitra menunjukkan adanya perbedaan. Begitu juga jika dilihat dari pendapatan total rata-rata yang diperoleh serta tingkat efisiensinya. Namun kondisi ini belum tentu berbeda secara signifikan, sehingga perlu dilakukan uji beda rata-rata (uji-t dua sampel independent). Rencana awal penelitian ini adalah melakukan uji beda terhadap variabel biaya total, pendapatan total dan nilai R/C atas biaya total dengan alat uji-t dua sampel independent. Namun uji-t dua sampel independent dapat dilakukan apabila syarat syarat terpenuhi, dimana syarat yang dimaksud adalah variabel yang akan diuji terdistribusi normal dan kedua kelompok sampel memiliki variance yang sama. Dari ketiga jenis variabel yang akan diuji, hanya variabel pendapatan total yang memenuhi syarat terdistribusi normal (Lampiran 8) dan memiliki variance yang sama. Oleh karena itu, uji-t dua sampel independent hanya dapat dilakukan pada variabel pendapatan total dengan taraf nyata lima persen (α = 0.05). Berdasarkan hasil uji beda terhadap variabel pendapatan total, diperoleh hasil berupa nilai signifikansi (sig.) dari Levene s Test for Equality of Variances sebesar 0.142. Nilai ini lebih besar dari nilai α 0.05, yang berarti bahwa kedua kelompok sampel memiliki variance yang sama. Selain itu juga diperoleh hasil yaitu nilai signifikansi (sig.) dari t-test for Equality of Means sebesar 0.641 yang juga lebih besar dari nilai α 0.05. Dengan demikian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah terima H0. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan pendapatan total yang nyata antara petani caisim mitra dengan petani caisim non mitra. Hasil uji beda terhadap pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil ini bukan berarti petani mitra tidak mendapatkan manfaat dari adanya kemitraan. Jika dilihat dari pendapatan dan hasil uji beda terhadap pendapatan, tidak ada perbedaan antara usahatani caisim petani mitra dan non mitra. Namun, jika dilihat dari manfaat lainnya seperti jaminan pasar, jaminan harga, kestabilan

47 harga dan beberapa manfaat lainnya sudah dapat dirasakan petani mitra, seperti yang dapat dilihat pada hasil analisis persepsi petani caisim mitra terhadap manfaat kemitraan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain : 1. Pelaksanaan kemitraan antara petani caisim dan PT Sayuran Siap Saji dilaksanakan dengan pola kemitraan dagang umum. Peran kemitraan bagi petani caisim mitra berupa kemudahan memperoleh input lahan yang lebih murah oleh sebagian petani dan input benih dalam kegiatan penyediaan input, memperoleh pembinaan jadwal tanam dan panen dalam kegiatan budidaya, memperoleh jaminan pasar dan harga serta mengurangi biaya transportasi pengangkutan hasil panen dalam kegiatan penyaluran output. Sedangkan bagi PT Sayuran Siap Saji, memperoleh jaminan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk caisim karena proses produksi dapat dikendalikan secara langsung melalui pembinaan jadwal tanam dan jadwal panen. 2. Hasil analisis pendapatan usahatani caisim menunjukkan bahwa kemitraan belum dapat meningkatkan pendapatan usahatani caisim petani mitra. Ratarata pendapatan usahatani caisim petani mitra lebih rendah dari petani non mitra, baik pendapatan tunai maupun total pendapatan. Selain itu, kemitraan juga belum dapat meningkatkan efisiensi usahatani caisim mitra. Jika dilihat dari penggunaan biaya tunai dan total, nilai R/C usahatani petani mitra lebih kecil dari petani non mitra, sehingga usahatani caisim petani non mitra lebih efisien dari petani mitra. 3. Hasil uji beda terhadap pendapatan usahatani caisim petani mitra dan non mitra tidak berbeda secara signifikan. Sehingga hasil ini menunjukkan bahwa kemitraan dengan PT Sayuran Siap Saji belum dapat memberikan dampak terhadap pendapatan usahatani caisim petani mitra. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dapat diketahui bahwa kemitraan belum dapat berperan secara maksimal terhadap usahatani caisim petani mitra jika dilihat dari segi pendapatan. Namun jika dilihat dari segi penyediaan input dan kegiatan produksi serta jaminan pasar yang diterima petani caisim mitra, kemitraan sudah berjalan cukup baik. Pelaksanaan kemitraan dapat terus dilakukan namun dengan beberapa saran perbaikan seperti : 1. Pemotongan hasil panen caisim petani mitra sebesar 20 persen terlalu memberatkan petani mitra. Hal ini dapat mendorong petani mitra untuk melanggar kesepakatan seperti menjual hasil panen ke pasar. Sebaiknya

48 perusahaan mempertimbangkan kembali besar pemotongan hasil panen tersebut. 2. Perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan kembali penentuan harga caisim yang lebih baik dari harga pasar. Karena lebih rendahnya harga caisim yang diterima petani mitra dibandingkan dengan harga pasar akan mendorong pettani mitra menjual hasil panen caisimnya ke pasar. DAFTAR PUSTAKA Agustina S. 2011. Ilmu Uasahatani. Malang (ID): Universitas Brawijaya Press (UB Press). Andriyanto E. 2013. Analisis Kemitraan Petani Tomat (Lycopersicum esculentum) pada Koperasi Mitra Tani Parahyangan (Studi Kasus: Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Cianjur Jawa Barat) [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Aryani. 2009. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani kacang Tanah (Kasus kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta (ID) : BPS. [BPS Jawa Barat] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2014. Produksi Hortikultura Jawa Barat 2014. Bandung (ID) : BPS Jawa Barat. [BPS Kabupaten Bogor] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2015. Kecamatan Megamendung dalam Angka Tahun 2015. Megamendung (ID) : BPS Kabupaten Bogor. Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Soekartawi, A.Soeharjo, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Farm Management Research for Small Development. [Ditjen Hortikultura] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Produksi Sayuran di Lima Provinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014. Hafsah MJ. 2000. Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Nasution A. 2016. Dampak Kemintraan terhadap Pendapatan Usahatani Kentang di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

49 Nazir M. 2014. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Saptana, Daryanto A. 2013. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis Berdayasaing dan Berkelanjutan. Bogor (ID) : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Shibgotullah A. 2016. Pendapatan Usahatani Cabai Merah Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani Arta Mukti Raharja Kecamatan Kadudampit Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): PT.Gramedia Pustaka Utama Pr. Sipayung ER. 2014. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan Ud Ragheed Pangestu Dengan Petani Jamur Tiram Putih Di Kecamatan Ciawi Bogor) [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Sumardjo, Sulaksana J, Darmono WA. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Susanti. 2013. Pengaruh Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani Sayuran (Studi Kasus: Gapoktan Rukun Tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor) [Jurnal]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Utomo F. 2012. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani Wortel di Agro Farm, Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Yustika AE, Rukavina B. 2015. Konsep Ekonomi Kelembagaan : Perdesaan, Pertanian dan Kedaulatan Pangan. Malang (ID) : Empat Dua.

50

LAMPIRAN 51

52

53 Lampiran 1 Produksi Sayuran di Lima Provinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 Provinsi Tahun (Ton) Total 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Produksi (Ton) Jawa Barat 2 288.14 3 284.31 2 358.274 2 524.517 2 363.5 12 818.74 DI Yogyakarta 663.896 3 416.298 3 065.724 2 527.85 2 741.82 12 415.59 Banten 2 095.981 1 547.636 2 988.053 2 193.268 2 461.502 11 286.44 Jawa Timur 1 888.262 1 782.029 2 514.853 2 129.273 1 857.321 10 171.74 Jawa Tengah 1 347.191 1 577.349 1 767.574 1 449.066 1 430.457 7 571.64 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura 2014 (diolah) Lampiran 2 Luas panen, produksi dan produktivitas sayuran per hektar di Jawa Barat No Kabupaten/Kota Produksi Lahan Produktivitas 1 Karawang 9 355 144 1 682 531 678.33 2 Bandung barat 8 349 055 506 526 3842.98 3 Garut 7 954 902 44 576 3364.84 4 Bandung 6 718 449 72 795 6082.11 5 Cianjur 4 468 579 67 516 3095.56 6 Kabupaten Bogor 4 026 634 572 163 1624.47 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat 2014 (diolah)

54 Lampiran 3 Karakteritik responden petani caisim mitra No Nama Usia (tahun) Jenis kelamin Tingkat pendidikan Pengalaman bertani caisim (tahun) Luas lahan keseluruhan (m 2 ) Luas lahan caisim (m 2 ) Status kepemilikan lahan Pola tanam caisim Permodalan 1 Mafudin 47 Laki-laki SD (4 tahun) 3 2350 700 Garap Monokultur Modal Sendiri & pinjaman 2 Ujang Sulton 31 Laki-laki SD (6 tahun) 2 2300 500 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 3 Zainuddin 35 Laki-laki SD (6 tahun) 10 3000 2000 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 4 Sargani 60 Laki-laki SD (6 tahun) 2 1100 600 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 5 Didih 47 Laki-laki SD (6 tahun) 16 4000 700 Garap Monokultur Modal Sendiri 6 Kosasih 37 Laki-laki SD (2 tahun) 4 20000 10000 Sewa Monokultur Modal Sendiri & pinjaman 7 Dudu Abdulah 49 Laki-laki SD (3 tahun) 22 15000 5000 Garap Monokultur Modal Sendiri 8 Latif 26 Laki-laki SD (6 tahun) 2 3500 2000 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 9 Wahyudin 49 Laki-laki SD (6 tahun) 2 15000 500 Sewa Monokultur Modal Sendiri 10 Muhammad Nizar 32 Laki-laki SMK (12 tahun) 5 3100 1500 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 11 Wahyudi 38 Laki-laki SMP (9 tahun) 4 6200 3000 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 12 Marsduki 55 Laki-laki SLTA (12 tahun) 2 4000 2000 Garap Tumpangsari Modal Sendiri 13 Saifudin 43 Laki-laki SD (6 tahun) 11 5000 3000 Garap Tumpangsari Modal Sendiri Lampiran 4 Karakteristik responden petani caisim non mitra No Nama Usia (tahun) Jenis kelamin Tingkat pendidikan Pengalaman bertani caisim (tahun) Luas lahan keseluruhan (m 2 ) Luas lahan caisim (m 2 ) Status kepemilikan lahan Pola tanam caisim Permodalan 1 Yayat Hidayat 31 Laki-laki SMP (9 tahun) 10 40000 10000 Sewa Monokultur Modal Sendiri 2 Atang 53 Laki-laki SD (6 tahun) 25 10000 200 Garap Monokultur Modal Sendiri 3 Muhidin 60 Laki-laki SMP (8 tahun) 20 20000 1500 Milik sendiri Monokultur Modal Sendiri 4 Ujang Safei 60 Laki-laki SD (4 tahun) 36 5000 2000 Garap Monokultur Modal Sendiri 5 Prafudin 52 Laki-laki SD (6 tahun) 4 12000 700 Sewa Monokultur Modal Sendiri 6 Atep 61 Laki-laki SD (6 tahun) 3 8000 500 Milik sendiri Tumpangsari Modal Sendiri 7 Wahyu 43 Laki-laki SMP (9 tahun) 5 10000 1500 Sewa Monokultur Modal Sendiri 8 Asep 39 Laki-laki SD (6 tahun) 3 5500 700 Sewa Tumpangsari Modal Sendiri

55 Lampiran 5 Biaya penyusutan usahatani caisim periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 No Petani Mitra Petani Non Mitra Nama Besar penyusutan Nama Besar penyusutan 1 Mafudin 51 962.96 Yayat Hidayat 74 074.07 2 Ujang Sulton 17 777.78 Atang 21 444.44 3 Zainuddin 26 814.81 Muhidin 18 074.07 4 Sargani 35 185.19 Ujang Safei 55 074.07 5 Didih 38 296.30 Prafudin 34 259.26 6 Kosasih 107 037.04 Atep 23 209.88 7 Dudu 135 277.78 Wahyu 26 296.30 8 Latif 32 000.00 Asep 20 296.30 9 Wahyudin 138 222.22 10 Nizar 23 333.33 11 Wahyudi 22 666.67 12 Marsduki 19 481.48 13 Saifudin 16 814.81 Nilai rata-rata penyusutan 51 143.87 Nilai rata-rata penyusutan 34 091.05 Lampiran 6 Hasil analisis usahatani caisim petani mitra dalam satu musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 Uraian Satuan Jumlah Nilai (Rp) Penerimaan Tunai Penjualan ke Mitra kg 325.84 847 174.80 Penjualan ke Pasar kg 61.26 74 929.42 Total Penerimaan Tunai 922 104.22 Penerimaan Non-Tunai Konsumsi kg 1.55 4 028.58 Benih kg 4.05 9 728.31 Total Penerimaan Non-Tunai 13 756.89 Penerimaan Total (Tunai+NonTunai) 935 861.11 Biaya Tunai Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300.00 2 307.69 Biaya Kebersihan Lahan m 2 300.00 5 423.08 Total Biaya Tetap Tunai 7 730.77 Biaya Variabel Benih gr 33.63 6 983.94 Pupuk Kandang kg 159.71 68 796.06 Pupuk Kimia Urea kg 14.62 34 295.36 Ponska atau NPK kg 5.24 8 062.72 TSP kg 1.08 1 084.62 KCL kg 2.81 1 771.01 Total kg 23.75 60 291 38 Pestisida Pestisida cair liter 0.24 38 694.26 Pestisida Padat kg 0.14 9 034.52 TKLK Pengolahan lahan HOK 1.11 28 577.42 Penaburan benih HOK 0.01 36.98 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 1.04 16 775.15

56 Penyiraman HOK 0.13 998.52 Pemupukan HOK 0.11 1 812.13 Pengendalian HPT HOK 0.07 867.85 Pemanenan HOK 1.28 32 424.79 Total HOK 3.75 81 492.84 Biaya Transportasi 3 403.50 Total Biaya Variabel Tunai 253 618.81 Total Biaya Tunai 261 349.58 Biaya Non Tunai Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300.00 12 692.31 Biaya Penyusutan m 2 51 143.87 Total Biaya Tetap Non-Tunai 63 836.18 Biaya Variabel Benih gr 96.51 22 271.77 TKDK Pengolahan lahan HOK 1.59 62 890.96 Penaburan benih HOK 0.11 4 634.04 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 0.96 22 048.21 Penyiraman HOK 0.95 41 457.10 Pemupukan HOK 0.18 6 407.79 Pengendalian HPT HOK 0.22 7 712.03 Pemanenan HOK 0.98 36 572.27 Total HOK 4.98 181 722.41 Total Biaya Variabel Non-Tunai 203 994.17 Total Biaya Non-Tunai 267 830.36 Total Biaya (Tunai+Non Tunai) 529 179.93 Pendapatan Tunai 660 754.64 Pendapatan Total 406 681.17 R/C Biaya tunai 3.58 R/C Biaya total 1.77 Lampiran 7 Hasil analisis usahatani caisim petani non mitra dalam satu musim tanam di lahan 300 m 2 periode tanam bulan April-Mei tahun 2016 Uraian Satuan Jumlah Nilai (Rp) Penerimaan Tunai Penjualan ke Pasar kg 424.16 1 145 219.58 Total Penerimaan Tunai 1 145 219.58 Penerimaan Non-Tunai Konsumsi kg 1.73 4 663.17 Benih kg 5.89 15 909.75 Total Penerimaan Non-Tunai 20 572.92 Penerimaan Total (Tunai+NonTunai) 1 165 792.50 Biaya Tunai Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300.00 11 250.00 Biaya Pajak m 2 300.00 812.81 Total Biaya Tetap Tunai 12 062.81 Biaya Variabel Pupuk Kandang kg 185.66 63 123.80 Pupuk Kimia Urea kg 6.78 16 431.71 Ponska kg 0.98 1 157.81 TSP kg 0.49 182.81

57 Total kg 8.24 17 772.33 Pestisida Pestisida cair liter 0.28 63 118.44 TKLK Pengolahan lahan HOK 1.97 58 115.99 Penaburan benih HOK 0.02 78.13 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 1.84 43 942.71 Pemupukan HOK 0.05 527.34 Pengendalian HPT HOK 0.06 703.13 Pemanenan HOK 1.45 35 756.00 Total HOK 5.38 139 123.28 Biaya Transportasi 23 564.19 Total Biaya Variabel Tunai 306 702.04 Total Biaya Tunai 318 764.85 Biaya Non Tunai Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan m 2 300 3 750.00 Biaya Penyusutan 34 091.05 Total Biaya Tetap Non-Tunai 37 841.05 Biaya Variabel Benih gr 140.30 42 089.29 TKDK Pengolahan lahan HOK 1.67 40 393.52 Penaburan benih HOK 0.11 4 580.08 Pemindahan bibit dan penyiangan HOK 1.10 37 802.37 Penyiraman HOK 0.36 4 716.80 Pemupukan HOK 0.17 7 197.27 Pengendalian HPT HOK 0.15 5 380.86 Pemanenan HOK 0.92 37 323.13 Total HOK 4.48 137 394.02 Total Biaya Variabel Non-Tunai 179 483.31 Total Biaya Non-Tunai 217 324.36 Total Biaya (Tunai+Non Tunai) 536 089.21 Pendapatan Tunai 826 454.73 Pendapatan Total 629 703.29 R/C Biaya tunai 3.66 R/C Biaya total 2.17

58 Lampiran 8 Hasil analisis syarat terdistribusi normal Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Jenis_petani Statistic df Sig. Statistic df Sig. Pendapatan total dalam satuan Rp Petani Mitra.121 13.200 *.969 13.887 Petani non Mitra.251 8.147.896 8.265 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Lampiran 9 Hasil analisis uji-t dua sampel independent Group Statistics Jenis_petani N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Pendapatan total dalam satuan Rp Petani Mitra 13 4.0822E5 3.00078E5 83226.70238 Petani non Mitra 8 4.9519E5 5.45289E5 1.92789E5 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper Pendapatan total dalam satuan Rp Equal variances assumed Equal variances not assumed 2.349.142 -.474 19.641-86973.75000 1.83313E5-4.70652E5 2.96705E5 -.414 9.657.688-86973.75000 2.09986E5-5.57117E5 3.83170E5

59 Lampiran 10 Dokumentasi penelitian Rencana produksi/tanam Rencana dan realisasi tanam

60 Surat permintaan barang Bukti pengeluaran barang Proses pemindahan bibit caisim Proses pemanenan caisim Proses pengangkutan caisim oleh pihak PT Sayuran Siap Saji