2016 PENGARUH DAYA TARIK WISATA DAN EDUKASI TERHADAP MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN DI KAMPUNG CIREUNDEU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Budiyono (2003:44) menyatakan bahwa: aktivitas manusia di muka bumi dimulai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan

SEGMENTASI WISATAWAN

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pariwisata Mc. Intosh dan Goelder

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

2016 PERENCANAAN PAKET WISATA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI WISATAWAN YANG DATANG KE KAMPUNG CIREUNDEU KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB VIII MOTIVASI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya

HUBUNGAN DAYA TARIK WISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

TINJAUAN TERHADAP MOTIVASI WISATAWAN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AIR TERJUN AEK MARTUA KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti BR Tarigan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pariwisata merupakan salah satu industri yang mengalami

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. khususnya sebagai salah satu penghasil devisa negara. Di samping sebagai mesin

BAB III TEORI PARIWISATA DAN RELEVANSINYA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. maju ini, industri pariwisata menjadi sebuah industri yang dapat mendatangkan

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Penelitian yang berkaitan dengan motivasi wisatawan berkunjung ke suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Tempat-tempat rekreasi serta tempat-tempat wisata yang bersaing saat ini sudah

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Khalid Saifullah Fil Aqsha, 2013

Keyword: pengaruh, terpaan, motivasi, website, pariwisata. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan sebuah minat berkunjung yang terdiri dari pengenalan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri bagi masing-masing kelompok wisatawan. Terlebih lagi, kegiatan wisata

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASPEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata di Indonesia, yang sudah mulai berkembang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempengaruhi jenis kuliner daerah masing-masing. Wisata kuliner atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

ß Îh ÇçΡ BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB.II. LANDASAN KONSEP DAN TEORI. karya yang relevan dengan penelitian ini. Hasil-hasil penelitian tersebut akan dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting di dunia pada saat sekarang

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui analisis

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Wisata religi bukan merupakan hal baru dalam dunia pariwisata. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andi Sulaiman, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota Cimahi adalah salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik wisatawan untuk datang ke kota ini. Kota Cimahi merupakan kota yang terletak pada posisi strategis karena bertetanggaan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung yang pariwisatanya sudah terkenal se antero Indonesia bahkan sampai mancanegara karena daya tarik wisatanya yang dimiliki. Kota Cimahi memiliki tempat wisata yang tidak kalah menarik dengan daerah tetangganya karena posisinya yang strategis. Wisata yang ditawarkan Kota Cimahi cukup beragam mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata edukasi, dan wisata budaya. Beberapa tempat wisata yang terkenal di Kota Cimahi diantara lain: curug cimahi, alam wisata cimahi, all about strawberry, taman wisata paku haji, dan kampung cireundeu. Dari beberapa tempat wisata yang terdapat di Kota Cimahi yang cukup menarik wisatawan untuk dikunjungi adalah Kampung Cireundeu. Kenapa Kampung Cireundeu karena kampung ini memiliki masyarakat adat yang masih memegang teguh adat istiadat, kepercayan, dan kebudayaan yang berasal dari nenek moyang mereka dan menjadi tempat wisata yang mengajarkan banyak hal mengenai kehidupan bagi wisatawan yang berkunjung kesana Kampung Cireundeu adalah sebuah desa yang terletak di lembah Gunung Kunci, Gunung Cimenteng dan Gunung Gajahlangu, yang memiliki luas lahan 64 ha yang terdiri dari 4 ha dipakai untuk daerah pemukiman dan 60 ha untuk pertanian. Namun secara administratif terletak di Kelurahan Leuwi Gajah, Kecamatan Cimahi selatan, Kota Cimahi. Masyarakat adat Kampung Cireundeu masih memegang teguh kepercayaan, kebudayaan, dan adat istiadat mereka sejak tahun 1918 atau sudah 98 tahun sampai sekarang dan tidak ada hal yang berubah dari sejak saat itu bagi masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dari nenek moyang mereka. Masyarakat adat yang masih memegang teguh kepercayaan dan adat istiadat nenek moyang mereka berjumlah 70 KK atau 1

sekitar 280 jiwa dan sisanya sudah tidak mengikuti kepercayaan dan adat istiadat nenek moyang mereka. Melihat secara kasat mata, ada beberapa hal yang menarik yang masih dipertahankan oleh Warga Kampung Cireundeu yaitu makanan pokok masyarakat cireundeu, kepercayaan, kebudayaan, dan tradisi tahunan 1 Sura. Masyarakat adat Kampung Cireundeu memiliki makanan pokok yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi nasi yang berasal dari tanaman padi yaitu dengan mengkonsumsi nasi yang berasal dari singkong (ketela) yang disebut nasi rasi yang mereka tanam sendiri. Karena kebanyakan mata pencaharian masyarakat adat Kampung Cireundeu adalah sebagai petani. Sebagian besar masyarakatnya menganut dan memegang teguh kepercayaan yang disebut Sunda Wiwitan. Kebudayaan yang dimiliki Kampung Cireundeu diantara lain: masyarakat adat sunda, kehidupan sunda, bahasa sunda, kesenian sunda, kepercayaan sunda wiwitan, ketahanan pangan yaitu tidak makan beras (mereka bisa makan apa saja asalkan tidak mengandung bahan baku beras), dan menjaga lingkungan sekitar. Salah satu upacara adat terbesar yang masih dilaksanakan masyarakat adat Kampung Cireundeu yaitu tradisi 1 sura atau yang bertepatan dengan 1 Muharam bagi umat Islam, Bagi masyarakat Kampung Cireundeu perayaan 1 sura layaknya lebaran bagi kaum muslim. Kepercayaan, adat istiadat, serta makanan pokok yang dimiliki masyarakat adat Kampung Cireundeu merupakan sebuah kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Jika dilihat dari keberadaannya kearifan lokal yang dimiliki Kampung Cireundeu merupakan sebuah daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke sana. Hal ini diperkuat oleh dengan teori Yoeti (1995) dalam Warpani (2007, hlm 123) tentang hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu destinasi diantaranya: benda-benda alam (natural amenities), hasil ciptaan manusia (man-made suppy), tata cara kehidupan masyarakat, merupakan atraksi yang dapat ditawarkan kepada para wisatawan. Berdasarkan teori tersebut Kampung Cireundeu dapat dikatakan telah memiliki seluruh sifat yang menjadi syarat daya tarik wisata. Keberadaan daya tarik wisata menjadi sebuah faktor penting bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan pariwisata karena daya tarik wisata itu sendiri terdapat 2

di berbagai daerah di Indonesia, memiliki ciri-ciri atau jenis-jenis yang berbedabeda antara satu daya tarik wisata dengan daya tarik wisata yang lain, dari keberagaman daya tarik wisata tersebut akan muncul sebuah daya tarik wisata yang berbeda dari yang lain atau memiliki keunikan yang membuat wisatawan ingin berkunjung ke sana. Salah satu contohnya yaitu Kampung Cireundeu yang memiliki keunikan yang berbeda dengan daya tarik wisata lainnya, hal itu bukan tidak mungkin menjadi salah satu faktor penarik wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Cireundeu. Dari keunikan yang dimiliki Kampung Cireundeu bukan tidak mungkin membuat wisatawan yang mendengar akan hal itu menjadi penasaran atau ingin tahu, ingin melihat sendiri, bahkan ingin mempelajari sesuatu dari keunikan yang dimiliki oleh Kampung Cireundeu tersebut. Hal ini didukung oleh teori menurut Warpani (2007, hlm 46), yang mengatakan faktor daya tarik yang menarik wisatawan diantaranya: keaslian, keberagaman atau variasi, keunikan, kemenarikan, kebersihan, dan keamanan objek wisata. Berdasarkan pemaparan di atas dapat di garis bawahi bahwa seseorang yang mempelajari keunikan sebuah daya tarik wisata memiliki maksud edukasi atau pendidikan untuk dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan teori menurut Thomas (1964) yang mengatakan ada 18 motivasi seseorang melakukan perjalanan, salah satunya adalah education and cultural motives yang terdiri dari beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1. Melihat bagaimana kehidupan masyarakat di Negara lain, seperti dimana ia tinggal, bekerja dan bermain. 2. Melihat tempat-tempat khusus yang ada disekitar. 3. Memperoleh pemahaman yang lebih baik pada suatu tempat yang pernah didengar. 4. Menghadiri suatu pertunjukan khusus. Jika dilihat dari pengertian bahasa kata Education atau edukasi sering juga dihubungkan dengan Educer (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan 3

mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik. Yang artinya bahwa seseorang yang ingin mempelajari (belajar) sesuatu dari sebuah daya tarik wisata dipengaruhi oleh adanya edukasi/pendidikan dari dalam diri mereka sendiri. Sementara edukasi/pendidikan itu sendiri memiliki pilar-pilar pendidikan yang dapat digunakan sebagai prinsip pembelajaran, menurut UNESCO dalam Suwarno (2009: 76-80) ada 6 pilar pendidikan yaitu: (1) Learning to Know, (2) Learning to Do, (3) Learning to Be, (4) Learning to Live Together, (5) Learning How to Learn, (6) Learning Throughout Life. Ke-6 pilar pendidikan ini dapat dijadikan sebuah acuan untuk wisatawan mempelajari keunikan pada sebuah daya tarik wisata, dan hal ini juga berlaku untuk wisatawan yang ingin mempelajari keunikan di Kampung Cireundeu. Berikut ini adalah data kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Cireundeu pada periode Bulan Agustus 2015 sampai Bulan Juli 2016 yang peneliti dapat dari buku kunjungan wisatawan ke Kampung Cireundeu yaitu sebanyak 2108 orang. Dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kampung Cireundeu tersebut memiliki alasan atau motif berkunjung yang berbeda beda. Berikut ini adalah data kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Cireundeu berdasarkan alasan berkunjung: Tabel 1.1 Data Kunjungan Berdasarkan Alasan Berkunjung Ke Kampung Cireundeu NO ALASAN BERKUNJUNG JUMLAH PERSENTASE 1. Berkemah (camping) 98 4,65% 2. Penelitian (Skripsi, Tesis, PKM) dan Tugas Sekolah 962 45,63% 3. Ingin tahu cara mengolah singkong 115 5,45% 4. Belajar kebudayaan Kampung Cireundeu 136 6,45% 5. Berwisata 721 34,21% 6. Silaturahmi 76 3,61% TOTAL 2108 100% 4

Sumber: Diolah dari Buku Kunjungan Tamu Kampung Cireundeu (2015-2016) Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa alasan berkunjung ke Kampung Cireundeu itu berbeda-beda, yang paling besar ialah untuk melakukan penelitian baik penelitian pribadi atau tugas sekolah sebesar (45,63%), dengan kata lain di samping ketertarikan wisatawan terhadap daya tarik wisata yang dimiliki Kampung Cireundeu ada faktor lain yang mendorong keinginan wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Cireundeu, yaitu faktor edukasi/pendidikan. Berdasarkan fenomena diatas dapat dilihat bahwa faktor penarik dan faktor pendorong wisatawan melakukan kunjungan ke tempat wisata tidak dapat dipisahkan. Dapat diasumsikan bahwa faktor penariknya yaitu daya tarik wisata yang dimiliki oleh Kampung Cireundeu, sedangkan faktor pendorongnya adalah edukasi/pendidikan yang mendorong wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Cireundeu. Hal ini sejalan dengan teori menurut Jackson (1989) dalam Pitana dan Gayatri (2005), yang telah mengidentifikasi beberapa faktor penarik dan pendorong Menurutnya ada beberapa faktor pendorong yaitu: 1) ego enhancement, 2) itual inversion, 3) pilgrimage, 4) religion, 5) health, 6) education, 7) perceived authenticity, dan 8) conventions/ conferences Sedangkan dari sisi faktor penarik, Jackson (1989) membedakannya atas sebelas faktor yaitu: 1) location climate, 2) national promotion, 3) retail advertising, 4) wholesale marketing, 5) special events, 6) incentive schemes, 7) visiting friends, 8) visiting relatives, 9) tourist attractions, 10) culture, 11) natural environment man-made environment. Dari teori menurut Jackson (1989) dalam Pitana dan Gayatri (2005) di atas dapat diketahui bahwa faktor pendorong seseorang melakukan perjalanan salah satunya adalah faktor edukasi (education), kemudian untuk faktor penarik seseorang melakukan perjalanan salah satunya adalah daya tarik wisata (tourist attraction), hal ini sejalan dengan kondisi yang terdapat di Kampung Cireundeu. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besarkah pengaruh daya tarik wisata dan edukasi terhadap motivasi berkunjung wisatawan ke Kampung Cireundeu, karena motivasi berkunjung wisatawan ke Kampung Cirendeu itu berbeda beda, namun kebanyakan wisatawan yang datang ke Kampung Cireundeu memiliki alasan untuk melakukan penelitian/mengerjakan tugas sekolah atau dengan kata lain berhubungan dengan edukasi/pendidikan, selain itu 5

wisatawan tersebut tertarik akan keunikan yang dimiliki oleh Kampung Cireundeu yang bisa disebut sebagai kearifan lokal yang menjadi daya tarik utama Kampung Cireundeu itu sendiri. Karena itulah peneliti memilih judul Pengaruh Daya Tarik Wisata dan Edukasi Terhadap Motivasi Berkunjung Wisatawan di Kampung Cireundeu. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi daya tarik wisata yang dimiliki Kampung Cireundeu? 2. Bagaimana proses edukasi yang dirasakan wisatawan di Kampung Cireundeu? 3. Bagaimana motivasi berkunjung wisatawan ke Kampung Cireundeu? 4. Bagaimana pengaruh daya tarik wisata terhadap motivasi berkunjung di Kampung Cireundeu? 5. Bagaimana pengaruh edukasi terhadap motivasi berkunjung di Kampung Cireundeu? 6. Bagaimana pengaruh daya tarik wisata dan edukasi terhadap motivasi berkunjung di Kampung Cireundeu? C. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi kondisi daya tarik wisata yang yang terdapat di Kampung Cireundeu. 2. Mengidentifikasi proses edukasi yang dirasakan wisatawan di Kampung Cireundeu. 3. Mengidentifikasi motivasi berkunjung wisatawan ke Kampung Cireundeu. 4. Menganalis pengaruh daya tarik wisata terhadap motivasi berkunjung di Kampung Cireundeu. 5. Menganalisis pengaruh edukasi terhadap motivasi berkunjung di Kampung Cireundeu. 6. Menganalisis pengaruh daya tarik wisata dan edukasi terhadap motivasi berkunjung wisatawan di Kampung Cireundeu. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, diantaranya: 6

1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah memberikan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian, serta melatih kemampuan diri untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisis suatu fenomena yang terjadi pada suatu kawasan wisata secara sistematis dengan mengaplikasikan teori yang selama ini diperoleh. b. Bagi Pengelola dan Instansi terkait Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dan instansi terkait dalam memfasilitasi motivasi berkunjung wisatawan di Kampung Cireundeu. 2. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan satu referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan motivasi berkunjung wisatawan, daya tarik wisata, dan unsur pendidikan di suatu kawasan wisata. E. Definisi Operasional 1. Menurut Warpani (2007, hlm 46) daya tarik wisata (tourist attractions) adalah segala sesuatu yang menjadi pemicu kunjungan wisatawan. Potensi daerah tujuan wisata DTW sangat berpengaruh terhadap pilihan wisatawan untuk berkunjung sesuai dengan minat atau maksud kunjungannya, namun masih tergantung pada kondisi daya tarik potensi objek wisata itu sendiri. Faktor daya tarik yang menarik wisatawan diantaranya keaslian, keberagaman atau variasi, keunikan, kemenarikan, kebersihan, dan keamanan objek wisata. 2. Kata Education sering juga dihubungkan dengan Educere (Latin) yang berarti dorongan (propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih baik. 3. Menurut McIntosh (1977) dan Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) dalam Pitana dan Gayatri (2005), mengatakan bahwa seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal yang dikelompokan menjadi empat kelompok besar yaitu: 7

a. Physical or physiological motivation (motivasi bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk rekreasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai, dan sebagainya. b. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek peninggalan budaya (monument bersejarah). c. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga (VFR. Visitting friends and relatives), menemui mitra kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (nilai prestise), melakukan ziarah, pelarian dari situasi-situasi yang membosankan, dan seterusnya. d. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjenuhkan, dan ego-enchancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga prestige motivation. F. Struktur Organisasi Penelitian Berikut sistematika yang digunakan peneliti: 1. BAB I : PENDAHULUAN Berisi mengenai penjabaran latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 2. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Berisi teori-terori para ahli yang mendukung penelitian dan kerangka pemikiran peneliti. 3. BAB III : METODE PENELITIAN Penjabaran mengenai metode yang digunakan dan penjelasan seperti : Lokasi, Populasi, Sampel, Variable, Definisi Operasional, Instrumen penelitian dan Tehnik pengumpulan data. 4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penjelasan mengenai hasil peneelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. 5. BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI 8

Hasil dari pembahasan dan rekomendasi yang di rekomendasikan oleh peneliti dari hasil pembahasan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 9