BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS MURABAHAH PADA PT. BANK BRI SYARIAH, TBK.

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya. beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

BAGIAN III AKAD JUAL BELI

Pembandingan PSAK No. 102 Dengan Fatwa MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan bukanlah sebuah pabrik atau produsen yang menghasilkan uang

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2008:2) sistem akuntansi pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV ANALISIS. Ny.Indah yang beralamat di JL. Beruang Raya No. 102 Kecamatan. Gayamsari Semarang Timur ingin membeli sepeda motor Supra X 125 yang

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

Catatan 31 Maret Maret 2010

JENI WARDI & GUSMARILA EKA PUTRI. Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning ABSTRAK

PROGRAM S1 JURUSAN AKUNTANSI

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

AKUNTANSI ISTISHNA. Materi: 9. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PEMBIAYAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH ib PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH CABANG SURABAYA

ANALISIS PENERAPAN PSAK 102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BNI SYARIAH CABANG BEKASI. Ita Isnaini EB17

ANALISIS PSAK 102 (REVISI 2013) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK KEPEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR (KKB) BRISYARIAH IB

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. mudharabah pada Unit Usaha Syariah (UUS) PT. Bank DKI. Dilaksanakannya

Rizky Andrianto. Evony Silvino Violita. Program Studi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Abstrak

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan arus kas Laporan perubahan modal Laporan perubahan investasi tidak bebas /terbatas Catatan atas laporan keuangan Laporan sumber dan penggunaan zakat Laporan sumber dan penggunaan dana qard/qardhul hasan Dan menurut Harahap (2005), Beberapa hal yang menonjol dalam akuntansi Bank Islam adalah : Giro dan tabungan wadiah dicatat / disajikan sebagai hutang dalam neraca. Rekening investasi mudharabah bebas / deposito dicatat/disajikan sebagai rekening tersendiri antara hutang dan modal (bukan hutang). Rekening investasi tidak bebas dicatat terpisah sebagai off balance sheet account dalam bentuk laporan perubahan posisi investasi tidak bebas. Piutang murabahah dicatat sebesar sisa harga jual yang belum tertagih dikurangi dengan margin yang belum diterima

Investasi mudharabah dan musyarakah disajikan sebesar sisa nilai modal yang disertakan atau diinvestasikan Aset yang disewakan dicatat sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Pendapatan pada umumnya diakui secara cash basis sedang beban tetap secara accrual basis. Bagi hasil antara mudharib dan sahibul mal dilakukan atas profit loss sharing atau revenue sharing, sedangkan pendapatan bank yang berasal dari investasi dana sendiri atau dari dana yang bukan berasal dari rekening investasi sepenuhnya menjadi pendapatan bank, disamping itu pendapatan jasa bank sepenuhnya menjadi pendapatan bank yang tidak dibagi hasilkan. Prinsip akuntansi Bank Islam mengacu pada Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang diterbitkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution yang berpusat di Bahrain yang didirikan pada tahun 1991 atas prakarsa Islamics Development of Bank (IDB) dan beberapa lembaga keuangan Islam besar dan sekarang telah mempunyai anggota hampir seluruh lembaga keuangan Islam. (Idat, 2000) 2. Produk Pembiayaan Perbankan Syariah Metode, produk dan tujuan pengunaan pembiayaan Bank Syariah di sajikan pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Metode, Produk dan Tujuan Penggunaan Pembiayaan Bank Syariah No Metode Pembiayaan Produk 1 Jual beli a. Murabahah b. Salam c. Istisna Aplikasi Pembiayaan Modal kerja seasonal/project atau investasi Modal kerja atau investasi terutama untuk produkproduk pertanian Modal kerja atau investasi, terutama project dengan pembayaran per termin 2 Sewa beli Ijarah - Investasi (fixed asset) 3 Bagi hasil a. Mudharabah b. Musyarakah - Modal kerja atau investasi - Modal kerja atau investasi Sumber: Amin (2003) 3. Lembaga Keuangan Bank Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dan memberikan pembiayaan pinjaman. Defenisi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Indonesia (UU NO.7/1992) tentang Perbankan, Pasal 1, ayat 1 adalah: Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga keuangan yang sampai saat ini paling besar adalah Perbankan. Kelebihan Perbankan yang utama dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya adalah diizinkannya mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk deposito. Posisi Perbankan juga sangat strategis, karena merupakan lembaga keuangan yang paling utama yang diandalkan pemerintah dalam melaksanakan kebijaksanaan moneter. Di Indonesia pengelompokan lembaga Perbankan terus disempurnakan. Klasifikasi Bank di Indonesia ditetapkan berdasarkan fungsi, kepemilikan dan status.

Berdasarkan fungsinya, klasifikasi Perbankan di Indonesia sudah semakin disederhanakan. Saat ini dilihat dari fungsinya, bank dibedakan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sebelumnya, klasifikasi Perbankan jauh lebih kompleks seperti terlihat pada tabel 2.2. berikut ini: Tabel 2.2. Klasifikasi Perbankan (Sebelum dan Sesudah Undang-undang No.7/1992). Undang-Undang No.14/1967 Undang-Undang No.7/1992 Bank Umum Bank Umum: Bank Pembangunan - Bank Konvensional Bank Tabungan - Bank Syariah Bank Pasar Bank Perkreditan Rakyat: Bank Desa - Bank Konvensional Bank Lainnya - Bank Syariah (Sumber:Abdullah: 2004.) 4. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa : kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Manajemen pembiayaan Bank Syari ah secara umum diterapkan dengan berpegang teguh kepada Syariah Islam (Al-Qur an dan Al-Hadist). Diharapkan lembaga keuangan maupun Bank dengan sistem Syariah dapat menjaga kestabilan keuangan mereka (income stability). Selain itu, Bank Syariah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pelayanan mobilisasi dana masyarakat dan memberikan jaminan keuangan dengan pasti. Di sisi lain, penyaluran kembali dana masyarakat

dalam bentuk pembiayaan, akan berjalan normal sesuai dengan harapan dan tujuan bersama. Wiroso (2005), mengemukakan bahwa pada sisi pembiayaan, dalam aturan Syariah, Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana pembiayaan digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika terjadi default, Bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah pembiayaan yang dikucurkan. Dalam Bank Syariah, karakter nasabah (personal guarantee) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee berupa asset. Debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya baik akan mendapat prioritas. 5. Mekanisme Operasional Bank Syariah Pada gambar 2.1 berikut ini memberikan illustrasi tentang prinsip-prinsip dasar operasional Bank Syariah. Sumber Giro Wadiah Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah Ekuitas Pooling Dana Penyaluran Dana Pembiayaan Jual Beli Murabahah Angsuran Murabahah Tunai Sewa Beli Ijarah Bai Ut Tajkiri Bagi Hasil Murabahah Musyarakah Jual beli Bagi Hasil Distribusi Jasa-Jasa Bank Kiriman Uang Inkaso Garansi Bank 100% Pendapatan Bank Porsi Nasabah Porsi Bank Gambar 2.1. Prinsip-Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah Sumber : Manurung (2004)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagaimana halnya Bank konvensional, orientasi Bank Syariah juga memperoleh laba. Namun laba bukanlah satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Laba yang diperoleh tersebut kemudian didistribusikan kembali. 6. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Menurut UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa : kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Manajemen pembiayaan Bank Syari ah secara umum diterapkan dengan berpegang teguh kepada Syariah Islam (Al-Qur an dan Al-Hadist). Diharapkan lembaga keuangan maupun Bank dengan sistem Syariah dapat menjaga kestabilan keuangan mereka (income stability). Selain itu, Bank Syariah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pelayanan mobilisasi dana masyarakat dan memberikan jaminan keuangan dengan pasti. Di sisi lain, penyaluran kembali dana masyarakat dalam bentuk pembiayaan, akan berjalan normal sesuai dengan harapan dan tujuan bersama. Nasution (2003), mengemukakan bahwa pada sisi pembiayaan, dalam aturan Syariah, Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana pembiayaan digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika terjadi default, Bank mudah mendapatkan dananya kembali karena ada aset yang nilainya jelas berupa sejumlah pembiayaan yang dikucurkan. Dalam Bank Syariah, karakter nasabah (personal guarantee) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover guarantee

berupa asset. Debitor yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan usahanya baik akan mendapat prioritas. Menurut Nasution (2003) kredit dapat digolongkan kedalam enam bentuk yaitu : 1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain : a. Kredit jangka pendek (short-term loan). b. Kredit jangka menengah (medium-term loan) c. Kredit jangka panjang (long-term loan). 2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain : a. Kredit dengan jaminan (secured loan). b. Kredit dengan jaminan (unsecured loan). 3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain : a. Kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. b. Kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. c. Kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. 5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain : a. Kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur.

b. Kredit investasi (Invesment credit), yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. 6. Kredit non kas (non cash loan), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif. Dalam pendanaan kepada nasabah dalam bentuk pemberian kredit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penilaian kredit, oleh karena layak tidaknya kredit yang diberikan akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank. Menurut Nasution (2003) penilaian kredit harus memenuhi criteria sebagai berikut : 1. Keamanan kredit (safety). Harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali. 2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability). Kredit akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. 3. Menguntungkan (profitable). Kredit yang diberikan menguntungkan bagi Bank maupun bagi nasabah. B. Murabahah 1. Pembiayaan Murabahah a. Ketentuan Umum Murabahah Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.04/DSN- MUI/IV/2000, tentang Murabahah, maka telah ditetapkan ketentuan umum Murabahah dalam Bank Syariah :

1. Bank dan Nasabah harus melakukan akad Murabahah yang bebas riba, 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syari ah Islam, 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama Bank sendiri,dan pembelian ini harus sah dan bebas riba 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungan dalam kaitan ini, Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak Bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah 9. Jika Bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli Murabahah harus dilakukan setelah barang, dan secara prinsip menjadi milik bank. b. Pembebanan Biaya 1. Pembebanan biaya dapat langsung dibayarkan kepada pihak ketiga. 2. Tidak membolehkan pembebenan biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya dilakukan penjual maupun biaya langsung yang berkaitan dengan hal-hal yang berguna.

3. Membolehkan pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan itu harus dilakukan oleh pihak ketiga. c. Murabahah dengan pesanan 1. Bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya ( bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah ) 2. Dalam murabahah melalui pesanan si penjual boleh meminta pembayaran hamish ghadiyah,yakni uang tanda jadi ketika ijab qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukkan bukti keseriusan si pembeli 3. Bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya d. Tunai atau Cicilan 1. Dapat dilakukan secara tunai atau cicilan Dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Adanya pembayaran diawal akad dan pembayaran kemudian ( setelah awal akad ), baik dalam bentuk angsuran maupun sekaligus. 2. Pengakuan dan Pengukuran Murabahah a. Pernyataan Standar Akuntan Keuangan Syariah No. 59 Mengenai Murabahah 1. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

2. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. 3. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila aktiva Murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (Bank) dan penjual (Bank) akan mengurangi nilai akad. 4. Pembayaran Murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam Murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. 5. Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah: a) mempercepat pembayaran cicilan; atau b) melunasi piutang Murabahah sebelum jatuh tempo. 6 Harga yang disepakati dalam Murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad. 7 Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank. 8 Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua belah pihak bersepakat. Urbun menjadi bagian

pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian bank, maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah 9 Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, bank berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi. Denda diterapkan bagi nasabah mampu yang menunda pembayaran. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta zir yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial (qardhul hasan). b. Bank Sebagai Penjual 1. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebesar biaya perolehan. 2. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut: a) Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat: (i) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan (ii) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aktiva; b) Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi, maka aktiva murabahah:

(i) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah; dan (ii) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. 3. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurang biaya perolehan aktiva murabahah. 4. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu jumlah piutang jatuh tempo dikurangi penyisihan piutang diragukan. 5. Keuntungan murabahah diakui: a) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan yang sama; atau b) Selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan. 6. Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut: a) Jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau b) Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih dulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah. Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam

melakukan kewajibannya sesuai dengan akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian dana sosial. 7. Denda dikenakan apabila nasabah dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian dana sosial. 8. Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka) adalah sebagai berikut: a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada saat diterima; b) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui sebagai pembayaran piutang; dan c) Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan Bank. 9. Pengungkapan Penjual Bank syariah mengungkapkan saldo transaksi murabahah berdasarkan sifatnya, baik berupa pesanan mengikat maupun tidak mengikat. 10. Penyajian Piutang Penyajian piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.

3. Mekanisme Penyaluran Murabahah Pada gambar 2.2. berikut ini memberikan illustrasi tentang mekanisme penyaluran murabahah Pesan Barang (jika perlu) 1. Pesanan Beli Barang (Negosiasi dan Persyaratan 2. Perjanjian Jual beli Pemasok BANK Nasabah 5. Bayar Kewajiban Sumber: Manurung (2004) 3. Beli Barang 4. Kirim Barang Gambar 2.2 Mekanisme Penyaluran Murabahah Dari gambar 2.2. diatas dijelaskan proses pembiayaan Murabahah diawali dari calon nasabah mengajukan pembiayaan kepada Bank untuk pembelian suatu barang yang halal, selanjutnya Bank melakukan proses proses sesuai peraturan pembiayaan Murabahah yang berdasarkan akad atau perjanjian jual beli barang. Setelah kesepakatan Akad, Bank membeli barang yang diinginkan Nasabah dengan tunai atau sebelumnya sudah dipesan terlebih dahulu oleh nasabah. Dengan demikian barang yang dibeli pihak Bank diserahkan kepada Nasabah. Dan nasabah harus melakukan kewajibannya sesuai akad atau perjanjian yang telah disepakati bersama. Disimpulkan, bahwa sistem pembiayaan murabahah menerapkan jual beli barang, bukan jual beli uang. Bank syariah dan nasabah dapat melakukan negosiasi sehingga tercapai kesepakatan bersama ( Bank dan Nasabah ).

4. Rukun dan Syarat Murabahah Rukun Murabahah tersebut adalah : 1. Penjual (Ba i) 2. Pembeli (Musytari) 3. Harga (Tsaman) 4. Mabi 5. Ijab Qabul Persyaratan pembiayaan Murabahah adalah : 1. Penjual memberitahukan biaya barang kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat barang sesudah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 5. Aplikasi penyaluran Dana Berdasarkan Prinsip Murabahah Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah bisa dilakukan oleh perusahaan Trading yang melakukan aktivitas bisnisnya dengan cara membeli barang, kemudian menjual kembali tanpa

melakukan perubahan barang tersebut. Bank syariah dapat mengadopsi transaksi ini, kaitannya dengan kebutuhan nasabah untuk memiliki barang tertentu, tetapi tidak cukup memiliki dana, sehingga bank syariah bisa memenuhi kebutuhan nasabah dengan skim Bai al-murabahah. Mekanisme transaksi ini, Bank syariah melakukan akad dengan nasabah kemudian Bank syariah membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah kepada supplier secara tunai, setelah itu Bank syariah menjual kepada nasabah dengan pembayaran angsuran. C. Kerangka Konseptual Dalam melaksanakan penelitian-penelitian membuat kerangka konseptual untuk mempermudah penulisan skripsi ini. Dan agar lebih terarahnya penelitian dan dapat saling berkaitan antara teori dan pembahasanya selanjutnya. Adapun gambar mengenai kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pembiayaan Murabahah - Pengakuan, - Pengukuran, - Penyajian, - Pengungkapan - Pengakuan Laba Bank Muamalat Cabang Medan PSAK No.59 Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Dari gambar diatas, skripsi ini memiliki batas penelitian dimana sebagai objek penelitian adalah Bank Muamalat Cabang Medan. Dengan yang pembahasan

apakah pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59 untuk melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan dan pengakuan laba terhadap pembiayaan Murabahah sudah diterapkan Bank Muamalat Cabang Medan.