KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

dokumen-dokumen yang mirip
2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

KAJIAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG BERDASARKAN POTENSI DAMPAK WISATA BAHARI DI KELURAHAN PULAU PANGGANG TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JAKARTA (22/5/2015)

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH : DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DITJEN KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN JAKARTA, SEPTEMBER

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

POTENSI DAYA TARIK DAN PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP EKOWISATA LAUT DI PULAU HARAPAN, TAMAN NASIONAL LAUT KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus Kepulauan Seribu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Valuasi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Ekosistem Terumbu Karang Pada Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

Ir. Agus Dermawan, MSi -DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT-

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

TINJAUAN PUSTAKA Ruang dan Penataan Ruang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2006

Transkripsi:

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SEMINAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NAMA : PERSADA AGUSSETIA SITEPU NOMOR POKOK : 99792 PROGRAM STUDI : PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT JUDUL PENELITIAN : KAJIAN KESESUAIAN KARAKTERISTIK EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN KESESUAIAN PEMANFAATANNYA DI ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. NEVIATY P. ZAMANI, MSc. (KETUA) Dr. Ir. VINCENTIUS P. SIREGAR, DEA. (ANGGOTA) HARI : SENIN TANGGAL : 20 JUNI 2005 WAKTU : 09.00 10.00 WIB TEMPAT : RUANG DISKUSI FAKULTAS PERIKANAN IPB

UJIAN TESIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NAMA : PERSADA AGUSSETIA SITEPU NOMOR POKOK : 99792 PROGRAM STUDI : PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT JUDUL PENELITIAN : KAJIAN KARAKTERISTIK EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN KESESUAIAN PEMANFAATANNYA PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA, TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. NEVIATY P. ZAMANI, MSc. (KETUA) Dr. Ir. VINCENTIUS P. SIREGAR, DEA. (ANGGOTA) DOSEN PENGUJI HARI : Dr. Ir. UNGGUL AKTANI, MSc. : RABU TANGGAL : 26 SEPTEMBER 2007 WAKTU : 09.00 WIB SELESAI TEMPAT : RUANG DISKUSI FAKULTAS PERIKANAN IPB

PENDAHULUAN Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan wilayah yang terletak di bagian utara Jakarta. Wilayah ini merupakan kesatuan dari perairan laut dan pulau-pulau kecil sebanyak 110 buah yang tersebar dari arah barat laut ke arah tenggara sekitar Teluk Jakarta (SK Gub. DKI No. 1986 tahun 2000). Sebagai wilayah yang memiliki karakteristik yang unik yang berbeda dengan wilayah lain di Jakarta, pengelolaan wilayah Kepulauan Seribu kemudian ditetapkan secara administratif menjadi salah satu Daerah Tingkat II di DKI Jakarta dengan nama Kabupaten Adminitrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2001. Wilayah ini telah cukup lama dikenal sebagai salah satu alternatif tujuan wisata di wilayah Ibukota Jakarta. Perairan pantai dan masih terdapatnya objrk daya wisata khas perairan laut tropis yaitu terumbu karang, maka pengembangan wilayah Kepulauan Seribu ini terutama ditujukan pada sektor pariwisata. Di dalam wilayah Kepulauan Seribu ini terdapat beberapa kawasan yang telah ditetapkan menjadi kawasan konservasi yaitu berupa kawasan cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional yang tentu saja dapat menjadi aset berharga dalam rangka meningkatkan sektor pariwisata di wilayah ini. Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) merupakan salah satu dari kawasan konservasi tersebut, kawasan ini berada di bagian utara wilayah Kepulauan Seribu yang keberadaannya telah ditetapkan sejak tahun 1995 dan terakhir dikukuhkan sebagai taman nasional pada tahun 2002 melalui SK Mehut No. 6310/Kpts-II/2002. Kawasan TNKpS meliputi perairan laut seluas 107.489 ha yang terletak pada posisi 5 24-5 45 LS dan 106 25-106 40 BT (Balai TNKpS, 2002). UU No. 5 tahun 1990 mendefinisikan taman nasional sebagai suatu kawasan yang mempunyai ekosistim asli yang dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan penunjang budi daya. Berdasarkan undang-undang tersebut kawasan TNKpS terbagi dalam empat zona sebagai alokasi peruntukan kegiatan 1

di dalamnya yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Wisata dan Zona Pemukiman. Zona Pemanfaatan Wisata adalah zona yang di alokasikan untuk kegiatan pariwisata di TNKpS. Zona ini meliputi kawasan perairan laut seluas 62.430 ha dimana keberadaan terumbu karang di perairan ini yang umumnya berupa karang sekitar pulau (fringing reef) atau gosong karang adalah yang menjadi objek utama kegiatan periwisata di kawasan ini. Di Zona Pemanfaatan Wisata yang merupakan hasil revisi zonasi Balai TNKpS tahun 2004 melalui SK Dirjen PHKA Dephut No. 05/IV-KK/2004 ini, seluruh pulau yang telah dikembangkan menjadi resort wisata seperti Pulau Bira, Pulau Sepa, Pulau Putri dan Pulau Kotok dan pulau-pulau lain yang berdekatan dengan pulau-pulau tersebut dimasukan ke dalam zona ini. Hal ini diharapkan untuk lebih mengefektifkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan untuk kegiatan pariwisata dan pengembangannya yaitu dengan memberikan tata ruang yang jelas bagi para stakeholder. Tetapi dalam pelaksanaannya oleh pihak TNKpS sebagai pengelola, pengalokasian ruang saja dirasakan belum cukup efektif dalam rangka mengelola zona ini, tetapi diperlukan juga adanya suatu aturan yang lebih spesifik di zona ini sesuai dengan kondisi terumbu karang yang menjadi objek pemanfaatan. Hal ini mengingat aturan yang digunakan dalam pengelolaan Zona Pemanfaatan Wisata TNKpS saat ini masih sangat umum yaitu mengacu pada ketentuan pemanfaatan sumberdaya alam di dalam kawasan taman nasional pada UU No. 5 tahun 1990 atau PP No. 68 tahun 1998 yang belum cukup jelas terutama bagi masyarakat atau wisatawan yang memanfaatkannya. Di zona ini berbagai aktivitas wisata dilakukan oleh para wisatawan seperti menyelam atau snorkeling yang lokasinya terutama berada di sekitar ekosistem terumbu karang. Selain aktivitas wisata bahari tersebut, beberapa kegiatan pemanfaatan lain juga dilakukan di sekitar lokasi ini oleh stakeholder lain terutama oleh masyarakat (nelayan) untuk memancing, menjaring ikan atau aktivitas menangkap ikan lainnya. Mengingat bahwa terumbu karang ini adalah merupakan ekosistem yang dinamis dimana kondisinya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan di perairan dan sekitarnya baik secara langsung maupun tidak, menyebabkan perlu 2

diketahuinya kondisi terumbu karang di zona ini yaitu berupa distribusi keberadaan dan kondisi tutupannya agar dapat dilakukan pengelolaan yang lebih efektif, sesuai kondisinya tersebut serta nilai dan potensi pemanfaatannya. Untuk mengetahui kesesuaian pemanfaaatan kawasan terumbu karang pada Zona Pemanfaatan Wisata ini diperlukan sebuah kajian yang dapat menganalisis lokasi keberadaan, distribusi tutupan, nilai kawasan terumbu karang dan berbagai aktifitas pemanfaatannya secara komperhensif. Identifikasi Masalah Meskipun di wilayah TNKpS telah di alokasikan zona khusus yaitu Zona Pemanfaatan Wisata yang diperuntukan bagi berbagai kegiatan pemanfaatan pariwisata alam dengan terumbu karang sebagai objek utama dalam kegiatankegiatan yang dilakukan di kawasan tersebut, tetapi dalam pelaksanaannya masih belum cukup banyak diketahui kondisi terumbu karang yang ada di lokasi ini, baik distribusi keberadaannya, tutupan dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Belum cukup diketahuinya informasi tersebut di atas menyebabkan belum diketahuinya pula nilai atau potensi pemanfaatan kawasan terumbu karang yang ada sehingga masih terdapat beberapa aktivitas yang tidak atau kurang sesuai dengan nilai dan potensinya tersebut. Bahkan beberapa diantaranya dapat berpotensi merusak kawasan terumbu karang di zona ini secara langsung maupun tidak, seperti terinjak atau terkena jangkar kapal wisatawan maupun akibat aktivitas stakeholder lain di luar kegiatan pariwisata seperti menangkap ikan dengan menggunakan jaring dasar (muroami), penggunaan bahan peledak atau bahan kimia berbahaya yang dilaporkan masih terjadi di kawasan terumbu karang di zona ini. Terjadinya berbagai permasalahan ini terutama diakibatkan karena belum cukup jelas dan spesifiknya aturan yang mengatur kegiatan pemanfaatan kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS ini. Aturan yang digunakan saat ini masih mengacu pada ketentuan dasar pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan taman nasional di Indonesia yang masih sangat umum. Terdapatnya aturan yang lebih jelas, spesifik dan sesuai dengan kondisi dan nilai serta 3

potensinya tersebut sangat diperlukan dalam rangka mencapai kelestarian manfaat kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS ini. Perumusan Masalah Dari identifikasi permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Masih belum cukup banyak diketahuinya kondisi kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS yaitu berupa distribusi keberadaan, tutupan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 2. Belum diketahuinya potensi pemanfaatan kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS malalui nilai ekologi maupun pariwisata. 3. Belum cukup jelas dan spesifiknya aturan yang mengatur kegiatan-kegiatan pemanfaatan di kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS. Tujuan Penelitian Dari uraian rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis distribusi lokasi kawasan terumbu karang, persen tutupan karangnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi kondisinya tersebut di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS. 2. Menelaah potensi pemanfaatan kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS melalui nilai ekologi dan pariwisatanya. 3. Mengidentifikasi arah aturan pemanfaatan kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS secara spesifik sesuai kondisi dan potensinya. Kerangka Pemikiran Zona Pemanfaatan Wisata sesuai fungsinya merupakan kawasan yang dialokasikan untuk mengakomodasi berbagai aktifitas pariwisata dan pengembangannya dalam taman nasional. Berdasarkan hal tersebut, zona ini 4

adalah kawasan yang mempunyai objek pemanfaatan yang bernilai secara pariwisata yang potensial dan harus dikelola dengan baik dalam rangka mencapai kelestarian manfaatnya. Aktifitas wisata bahari yang dilakukan oleh wisatawan yang datang ke kawasan ini menjadikan terumbu karang yang ada di zona ini sebagai objek utama berbagai aktivitas pariwisata di kawasan ini selain aktivitas lain diluar kegiatan pariwisata yang juga menjadikan kawasan terumbu karang sebagai objek utama pemanfaatannya. Berdasarkan hal tersebut, pengelolaan Zona Pemanfaatan Wisata di TNKpS ini harus dapat menerapkan suatu konsep pengelolaan yang dapat menyelaraskan antara kelestarian kawasan terumbu karang dengan berbagai kegiatan pemanfaatannya sesuai fungsi zonanya di dalam kawasan taman nasional. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan terciptanya kelestarian manfaat (sustainable use) kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata TNKpS sehingga kualitas kawasan terumbu karang dapat tetap terjaga dan kegiatan pemanfaatannya yang sesuai dapat terus berlangsung. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada para stakeholder tentang kondisi kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS dan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhinya. 2. Meletakan dasar survei dan monitoring kawasan terumbu karang secara lebih terarah sesuai kondisi dan potensinya di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan pengelolaan yang terkait dengan kawasan terumbu karang di Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS atau wilayah Kepulauan Seribu pada umumnya. 5

Faktor Pembatas Lingkungan: - Suhu - Salinitas - Sedimentasi - Hydrodynamics Zona Pemanfaatan Wisata, TNKpS Terumbu Karang Kriteria dan Aturan Kegiatan Pemanfaatan di Taman Nasional Analisis Citra / GIS Survei/Inventarisasi Sebaran Lokasi Terumbu Karang - Posisi kawasan terumbu karang - Lokasi terumbu karang - Luasan Distribusi & Persentase Tutupan Karang - Habitat sekitar karang - Komposisi life form karang - Komposisi genus karang Kondisi Kawasan Terumbu Karang di ZPW, TNKpS Nilai Ekologi dan Parwisata kawasan Terumbu Karang di ZPW, TNKpS Kegiatan Pemanfaatan stakeholders di ZPW, TNKpS Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan Terumbu Karang di Zona Pemanfaatan Wisata,TNKpS Keterangan: = Analisis = Pengaruh Gambar 1. Kerangka penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA Terumbu Karang Terumbu karang merupakan kumpulan organisme karang yang hidup di perairan laut dangkal terutama di daerah tropis. Ekosistem terumbu karang komponen utamanya disusun oleh hewan-hewan karang dari Klas Anthozoa, Ordo Scleractinia, yang mampu membuat rangka karang dari kalsium karbonat (Vaughan dan Wells, 1943 dalam Supriharyono, 2000). Hewan karang adalah hewan sessile renik, umumnya berada dalam ekosistem bersama hewan laut lain seperti soft coral, hydra, anemone laut dan lain-lain yang termasuk ke dalam Phylum Cnidaria (Coelenterata) (Veron, 2000) dimana klasifikasi dari komunitas hewan-hewan dalam ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada Tabel 1. Komponen terpenting di suatu ekosistem terumbu karang tersebut adalah karang batu (stony coral) yaitu hewan yang tergolong dalam Ordo Sclerectinia dimana kerangkanya terbangun dari rangka kapur (Nontji, 2002). Tabel 1. Klasifikasi komunitas terumbu karang (Veron, 2002) Klas Hydrozoa Ordo Hydroidea (hydroids) Ordo Milleporina (meliputi Genus Millepora) Ordo Stylasterina (meliputi Genus Distichopora and Stylaster) Klas Cubozoa (sea wasps) Klas Anthozoa SubKlas Octocorallia Ordo Helioporacea (Genus Heliopora) Ordo Alcyonacea (soft corals, Tubipora, sea fans) Ordo Pennatulacea (sea pens) SubKlas Hexacorallia Ordo Actiniaria (sea anemones) Ordo Zoanthidia (zoanthids) Ordo Corallimorpharia (corallimorpharians) Ordo Scleractinia (stony corals) SubKlas Ceriantipatharia Ordo Antipatharia (black corals) Ordo Ceriantharia (tube anemones) 7