BAB I PENDAHULUAN. Penanggulangan Bencana Banjir, dinyatakan bahwa banjir memiliki dampakdampak

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Banjir bukan masalah yang ringan. 2008). Sedikitnya ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan disekolah merupakan salah satu tempat yang dapat. digunakan sebagai komunikasi dan menularkan ilmu-ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

PERAN APARATUR KELURAHAN DAN KESIAP-SIAGAAN WARGA JOYOTAKAN DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Dukungan Tanggap Darurat Kepada Warga Terdampak Banjir Solo dan Sukoharjo Negara Indonesia

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

MITIGASI BENCANA BANJIR DI DESA NGROMBO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadi defisit kelembaban tanah (Kharisma Nugroho dkk,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rahayu, Harkunti P (2009) didefinisikan sebagai. ekonomi.meminimalkan risiko atau kerugian bagi manusiadiperlukan

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

BAB I PENDAHULUAN pulau besar dan kecil dan diantaranya tidak berpenghuni.

BAB I PENDAHULUAN. persawahan adalah 546 Ha dan sisanya seluas 1377 Ha untuk pemukiman,

DAFTAR REALISASI PEMANTAUAN DEBIT AIR DAN PENANGANAN BENCANA BANJIR BADAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pola curah hujan. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembab

L/O/G/O.

PEBRUARI 2016 PENGIRIMAN AIR BERSIH,

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

Laporan Situasi. Lebih dari 600 keluarga mengungsi, puluhan rumah rusak berat, ribuan hektar sawah terendam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

KUESIONER PENELITIAN MENGENAI STRATEGI ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP DAERAH RAWAN BANJIR KELURAHAN PEDURENAN KECAMATAN KARANG TENGAH TANGERANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGURANGI RESIKO BENCANA BANJIR DIKECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

12/12/2013 L/O/G/O.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banjir merupakan masalah serius yang berdampak terhadap terganggunya kehidupan sehari-hari dan kerusakan lingkungan. Menurut UNESCO (2007:10) dalam Petunjuk Praktis Partisipasi Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Banjir, dinyatakan bahwa banjir memiliki dampakdampak yang meliputi dampak fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, antara lain sebagai berikut: 1. Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir. 2. Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. 3. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain). 4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan di sekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir. 1

2 Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah potensi bencana banjir yang termasuk kelas rawan tinggi. Dalam data BNPB (2011:146) mengenai ndeks Rawan Bencana ndonesia (RB) dinyatakan bahwa Kabupaten Sukoharjo mencapai skor indeks rawan banjir sebesar 40 (kelas rawan tinggi) dan termasuk dalam ranking nasional urutan ke- 95 se-kabupaten di ndonesia. Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Dusun yang paling rawan bencana banjir di antara Dusun-dusun yang ada di Desa Kadokan. Menurut Suyono selaku Kepala Desa Kadokan, menyatakan bahwa Dusun Nusupan merupakan Dusun yang paling rawan bencana banjir di antara Dusun-dusun yang ada di Desa Kadokan. Hal ini dikarenakan Dusun Nusupan dilalui oleh Sungai Bengawan Solo dan Kali Premulung (Kali Kecing). Sebelah Timur Dusun Nusupan terdapat Sungai Bengawan Solo sehingga ketika hujan turun lebih dari 5 jam dan debit air di Sungai Bengawan Solo bertambah maka Dusun tersebut terendam banjir. Sebelah Utara Dusun Nusupan juga terdapat Kali Premulung (Kali Kecing) yang dapat berdampak menggenangi permukiman warga Dusun Nusupan ketika air sungai meluap. Posisi Dusun Nusupan berada di Bantaran Sungai Bengawan Solo mengakibatkan Dusun tersebut rawan bencana banjir karena air sungai dari Bengawan Solo ketika meluap mudah masuk ke permukiman warga (Wawancara pada tanggal 8 Februari 2013). Marjono selaku SekDes (Sekretaris Desa), menyatakan bahwa Dusun Nusupan paling rawan banjir di antara Dusun-dusun yang ada di Desa Kadokan karena lokasi Dusun tersebut berada di Bantaran Sungai Bengawan Solo dan

3 tidak terdapat tanggul sungai di Dusun tersebut, sehingga Dusun tersebut terkena dampak banjir ketika Sungai Bengawan Solo meluap (Wawancara pada tanggal 8 Februari 2013). Banjir yang terjadi di Dusun Nusupan merendam beberpa KK (Kepala Keluarga) tiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh luapan Sungai Bengawan Solo yang debitnya naik pada saat hujan turun berjam-jam. Banjir di Dusun Nusupan juga disebabkan oleh luapan Kali Premulung (Kali Kecing) yang alirannya tertahan oleh Sungai Bengawan Solo ketika debit air sungai naik, sehingga aliran Kali Premulung (Kali Kecing) melambat dan air meluap menggenangi permukiman warga Dusun Nusupan. Kondisi itu diperparah oleh buangan dari Sungai Samin yang tidak kalah deras dengan Sungai bengawan Solo. Sungai Samin yang berada di sebelah Timur bengawan Solo dan alirannya masuk ke Sungai Bengawan Solo membuat debit Sungai Bengawan Solo semakin meningkat ketika hujan turun berjam-jam, sehingga dapat berdampak banjir di Dusun Nusupan (Marjono, 18 Februari 2013). Dusun Nusupan yang dinyatakan paling rawan bencana banjir di antara Dusun-dusun yang ada di Desa Kadokan juga dibuktikan dengan peristiwaperistiwa bencana banjir yang terjadi dari tahun ke tahun di Dusun tersebut. Puluhan rumah di Kota Makmur yang dikitari Sungai Bengawan Solo beserta anak sungainya terendam air menyusul hujan lebat yang turun sejak Jumat malam, 14 Mei 2010 hingga Sabtu dini hari (15 Mei 2010). Hujan lebat tersebut selanjutnya mengakibatkan Sungai Bengawan Solo beserta sejumlah anak sungainya meluap naik. Dusun Nusupan, Kadokan, Grogol, luapan

4 Sungai Bengawan Solo telah memasuki perkampungan warga. Sebanyak 9 dari total 26 rumah yang berada di RT 04/RW 05 Nusupan, Kadokan halaman rumahnya tergenang air. Beruntung karena rumah warga rata-rata tinggi, banjir tidak sampai masuk ke rumah mereka. Salah satu petugas SAR (Search and Rescue)/tim pencarian dan penyelamat ketika dijumpai di lokasi kejadian, Ari Andriyanto menjelaskan, sebanyak 10 orang disiagakan di Nusupan Desa Kadokan dan telah menyiapkan dua perahu karet untuk mengevakuasi warga. Ketinggian air sementara di Nusupan Kadokan mulai pagi hingga sore hari sekitar 50 cm (Solopos, 5 Mei 2010). Pada tanggal 21 Februari 2012, banjir yang diakibatkan meluapnya Sungai Bengawan Solo menyebabkan 6 kecamatan, antara lain: Grogol, Mojolaban, Tawangsari, Weru, Bulu, dan Nguter terendam banjir. Banjir diakibatkan meluapnya Sungai Bengawan Solo tersebut menyebabkan sekitar 40 rumah warga di RT 04/RW 05 Dusun Nusupan, Kadokan, Grogol terendam. Agustinus Setiyono ketika ditemui saat meninjau lokasi banjir, menyatakan bahwa air mulai masuk sekitar pukul 05.00 WB dengan ketinggian air sekitar 70 cm (Solopos, 22 Februari 2012). Sejumlah warga Nusupan RT 04/RW 05, Kadokan, Grogol, Sukoharjo yang menjadi korban banjir mengaku menderita gatal-gatal, pusing dan keju kemeng. Mereka berharap petugas kesehatan segera turun ke lokasi memberi pertolongan. Djijem usia 62 Tahun salah satu warga Dusun Nusupan, ketika mengangkat barang-barang ke dalam rumah hampir jatuh, karena kepala rasanya pusing dan jari-jari telapak kakinya juga terasa gatal. Djijem berharap

5 petugas kesehatan segera memberi bantuan obat-obatan atau turun ke lokasi (Solopos, 23 Februari 2012). Pada tanggal 6 Desember 2012, Puluhan warga Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, berlarian menyelamatkan diri dalam simulasi tanggap bencana di Dusun setempat. Pasiops Kodim 0726 Sukoharjo, Kapt (nf) Senen, mengatakan bahwa tujuan dari simulasi tersebut yakni untuk menyiapkan masyarakat Dusun Nusupan yang terkena dampak bencana, bila suatu saat banjir. Simulasi itu juga untuk menyiagakan para relawan di Sukoharjo (Solopos, 6 Desember 2012). Masjid An Nikmah dan rumah milik skretaris Desa Kadokan digunakan sebagai tempat pengungsian untuk mengantisipasi datangnya banjir jika sewaktu-waktu melanda. Jumali mengatakan bahwa dua lokasi itu dinilai strategis untuk tempat pengungsian lantaran berada di tengah-tengah Dusun, sehingga bisa dijangkau oleh semua warga Dusun Nusupan. Muchlis selaku Wakil Komandan SAR Sukoharjo, mengatakan bahwa Dusun Nusupan merupakan kawasan yang paling rawan banjir. Kendati demikian, pihaknya telah menempatkan sejumlah relawan di Dusun tersebut. Ditempatkannya para relawan di lokasi rawan bencana agar segera bisa dilakukan evakuasi bila ada bencana banjir. Muchlis juga mengingatkan kepada warga untuk selalu waspada bila hujan hingga berjam-jam. Kalau ada potensi banjir, warga dipersilahkan langsung lapor ke relawan yang ada di lokasi tersebut (Solopos, 7 Desember 2012).

6 Banjir yang terjadi 5 Januari 2013 di Dusun Nusupan menggenangi 97 KK (RT 01 = 25 KK, RT 02 = 9 KK, RT 03 = 10 KK, RT 04 = 53 KK), (Marjono, 18 Februari 2013). Banjir yang terjadi di Dusun Nusupan pada tanggal 5 sampai 6 Januari 2013 mencapai ketinggian 50 cm sampai 2,5 meter (Suyono, 21 Februari 2013). Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Grogol, Kabupaten Sukoharjo akan membangun tempat pengungsian bagi warga Nusupan, Kadokan yang menjadi korban banjir. Camat Grogol Agustinus Setiyono (Selasa, 8 Januari 2013) mengakui di Nusupan, Kadokan menjadi titik paling rawan. Sebab setiap tahun lebih dari 30 kepala keluarga (KK) selalu menjadi korban banjir. Pemerintah Kecamatan sampai Kabupaten sebenarnya sudah sering berupaya mengatasi warga korban banjir tersebut, tetapi petugas mengalami kesulitan mengingat warga enggan dipindah, kalaupun ada hanya beberapa orang saja yang bersedia. Solusi terakhir maka pihak Kecamatan Grogol merencanakan membangun tempat pengungsian bagi korban banjir Nusupan, Kadokan. Gambaran mengenai lokasi pembangunan saat ini sudah ada sebagai tempat penampungan sementara bagi korban banjir dan sekarang sudah diusulkan ke Kabupaten. Agus Setiyono menambahkan dalam pengusulan itu Kecamatan menunjuk sepetak tanah di komplek masjid An Nikmah di Nusupan, Kadokan. Diperkirakan pembangunan tempat pengungsian tidak terlalu besar dibawah Rp 500 juta. Gambaran tempat penampungan dibuat bangunan bertingkat mengingat tanah ada yang cukup kecil tapi bisa menampung banyak orang (Krjogja.com oleh Tomi Sujatmiko, 8 Januari 2013).

7 Marjono selaku SekDes (Sekretaris Desa) menyatakan bahwa kesadaran sebagian masyarakat Dusun Nusupan mengenai bencana banjir masih kurang, saat terjadi bencana banjir sebagian penduduk tidak mau dievakuasi dan memilih menunggu rumahnya (Wawancara pada tanggal 8 Februari 2013). Simulasi yang dilakukan di Dusun Nusupan setelah pasca bencana dan dilaksanakan satu kali pada tanggal 6 Desember 2012, dibantu oleh aparat TN, tim SAR, Tagana, dan PM. Rencananya tahun 2013 kami akan segera membuat Tim Desa kerjasama dengan Tim Tagana (Taruna Siaga bencana) Sukoharjo untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Dusun Nusupan dalam menghadapi banjir (Suyono, 8 Februari 2013). Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana (LP UNESCO/SDR, 2006:14). Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir sangat penting. Menurut LP UNESCO/SDR dinyatakan bahwa: Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana dan didalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini, peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan pengurangan risiko bencana yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya suatu bencana (LP UNESCO/SDR, 2006:6). Partisipasi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana juga sangat penting. Menurut UNESCO (2007:14), penanggulangan banjir tentu saja membutuhkan partisipasi masyarakat. Hanya masyarakat itu sendiri yang mampu mengidentifikasi kebutuhan dan mengetahui urutan prioritasnya. Menurut

8 UNESCO (2007:14), hanya mereka yang paling mampu dalam menjabarkan masalah-masalah yang ada serta melakukan tindakan responsif berdasarkan sumber daya dan kapasitas lokal yang tersedia, sehingga penanggulangan banjir dapat direncanakan dan diterapkan secara efektif, karena: 1. Tidak ada yang lebih mengerti kesempatan dan hambatan setempat selain masyarakat itu sendiri. 2. Tidak ada yang lebih tertarik untuk memahami bagaimana bertahan hidup dalam kondisi yang terancam daripada masyarakat itu sendiri. 3. Masyarakat akan mengalami banyak kerugian apabila mereka tidak dapat merumuskan keterbatasan mereka dan mengatasinya, namun masyarakat juga akan banyak memperoleh keuntungan apabila mereka dapat mengurangi dampak banjir. 4. Masyarakat yang mandiri dapat membantu pemerintah dalam mengatasi banjir di daerah. Partisipasi masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Menurut UNESCO (2007:14) dinyatakan bahwa sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi banjir sekaligus mengurangi dampaknya. Menurut pendapat Robert J.Kodoati dan Roestam Sjarief Tahun 2006, dinyatakan bahwa tindakan-tindakan mengurangi dampak banjir pada

9 individu dan masyarakat dilakukan dengan informasi dan pendidikan, sehingga untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir akan lebih efektif lewat jalur pendidikan. Oleh Karena itu pemahaman tentang sumber bahaya dan potensi bencana kepada masyarakat hendaknya diintensifkan dengan diselenggarakannya pendidikan dan latihan, penyebaran brosur, pamflet, sehingga dapat meningkatkan kesadaran publik akan bencana. mplementasi hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peran kepala keluarga di rumah masing-masing. Melihat hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masyarakat di Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir, maka dari itu penulis memilih judul Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Banjir di Dusun Nusupan Desa Kadokan Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. B. dentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas menghasilkan identifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Dusun Nusupan, Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo berada diantara sungai sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Sungai Premulung (Kali Kecing).

10 b. Sebelah Timur: Sungai Bengawan Solo dan Sungai Samin yang alirannya masuk ke Sungai Bengawan Solo, dapat dilihat pada Peta Administrasi Desa Kadokan sebagaimana berikut.

= E o o @ gt o C' ao ro o) o o(\t ou) (n Gam bar 479800 MT 481200 4E1 200 Peta Administrasi Desa Kadokan- Ke amatan Grogol, 482600 482600 rj Kahu pa en Sukohario o oo(o o) o o(o -ot ut crt o o(\t l-6 ro o) PETA ADMNSTRAS DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Skala 1:20,000 0.20.1 0 0.2 0.4 0.6 0.8 Km LEGENDA. Kantor Kelurahan Karangale.-.- Batas Kabupaten Moro Batas Kecamatan Ngrantan Batas Desa Nusupan Batas Dusun Plalan Jalan Tegalmangu ^A.- - Sungai Tegalrejo Buntarejo Tegalsari Kadokan N! oesakadokan Sumber: Data Spasial Jateng lnigis Tahun 2001 Gitra Google Map Pencitraan Tahun 2009 Survei Lapangan Disalin Oleh: FERR PRASETYO (A61 0090081 ) Pendidikan Geografi UMS Tahun 2013

12 2. Dusun Nusupan tidak terdapat tanggul sungai sehingga rawan banjir, dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan Desa Kadokan sebagaimana berikut.

48oOO0 mt 481400 tt 482800 o o(\ ao lo (n 480000 ambar 1.2 P eta Pengqunaan n 481400 dokan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sul 482E00 o o ooro CD PETA PENGGUNAAN LAHAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Skala 1:20,000 0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 Km 0.1 LEGENDA o Kantor Kelurahan Penggunaan Lahan Batas Kabupaten Pemukiman Batas Kecamatan Pabrik Batas Desa Sawah o og' -otro o) - Batas Dusun Tegalan Jalan Lapangan Sungai Tanggul Sungai NSET DESA KADOKAN KECA GR o og Sumber: Data Spasial Jateng lnigis Tahun 2001 Citra Google Map Pencitraan Tahun 2009 Survei Lapangan lf, o) Disalin Oleh: FERRT PRASETYO (A610090081 ) Pendidikan Geografi UMS Tahun 2013 (J)

14 3. Dusun Nusupan tidak terdapat tanggul sungai sehingga rawan banjir, dapat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan Desa Kadokan sebagaimana berikut. 4. Banjir merendam beberapa KK (Kepala Keluarga) di Dusun Nusupan setiap tahunnya. 5. Kesadaran sebagian masyarakat Dusun Nusupan mengenai bencana banjir masih kurang, hal ini dibuktikan ketika terjadi banjir sebagian warga tidak mau dievakuasi dan memilih menunggu rumahnya. Simulasi bencana banjir di Dusun Nusupan dilaksanakan satu kali pada tanggal 6 Desember 2012 setelah pasca banjir. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian, masalah penelitian ditekankan pada tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir yang dilihat dari aspek pendidikan, karena dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir akan lebih efektif melalui jalur pendidikan. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diperoleh rumusan masalah, sebagai berikut. 1. Adakah perbedaan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir, antara lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, dan lulusan Perguruan Tinggi?.

15 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diperoleh tujuan penelitian, sebagai berikut. 1. Mengetahui perbedaan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir, antara lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, dan lulusan Perguruan Tinggi. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dilihat dari 2 sisi pada aspek teoritis dan aspek praktis, sebagai berikut: 1. Aspek Teoritis Secara teoritis manfaat penelitian ini untuk memperoleh informasi perbedaan tingkat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana banjir, antara lulusan SD, lulusan SMP, lulusan SMA, dan lulusan Perguruan Tinggi. 2. Aspek Praktis Secara praktis manfaat penelitian ini sebagai evaluasi Pemerintah daerah, Tim SAR, Tagana, dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan kebencanaan dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir melalui program-program penyuluhan dan pelatihan kebencanaan, baik secara formal melalui jalur pendidikan maupun informal dengan memanfaatkan kegiatan dimasyarakat.