BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia dalam hal jumlah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di Indonesia. Penemuan Penicillin tahun 1930 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Keluarga berencana bertujuan untuk mengatur kehamilan yang diinginkan; menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak; meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, pelayanan keluarga berencana, dan kesehatan reproduksi; meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana; dan mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. Kondisi kependudukan menjadi suatu permasalahan yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan. Salah satu upaya yang telah dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat adalah dengan pengendalian jumlah penduduk melalui peningkatan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR) yang terjangkau, bermutu, dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) Berdasarkan dari data SDKI tahun 1991 sampai 2012 bahwa Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia berturut-turut sebagai berikut 1991 (3,0), 1994 (2,85), 1997 (2,78), 2002 (2,63), 2007 (2,6), dan tahun 2012 (2,6), dari data di atas

2 terlihat adanya penurunan dari 3 anak per wanita pada SDKI 1991 menjadi 2,6 anak pada SDKI 2012. Angka TFR ini stagnan dalam 3 periode terakhir pemantauan SDKI (2002, 2007, 2012). Sementara TFR (Total Fertility Rate) untuk Sumatera Utara yaitu 3,00 pada tahun 2012. Untuk mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014 sebesar 2,36 maupun target MDGS 2015 sebesar 2,11 dibutuhkan upaya lebih sungguhsungguh dalam pengendalian jumlah penduduk, salah satunya dengan meningkatkan partisipasi Pangan Usia Subur (PUS) dalam memanfaatkan pelayanan Keluarga Berencana (SDKI, 2012). Keluarga berencana sebagai alat kontrasepsi untuk menjarangkan jarak kehamilan memiliki beberapa jenis yang bisa dipilih untuk digunakan salah satunya ada yang disebut dengan Kontap (Kontrasepsi Mantap) yaitu Metode Operasi Pria/ Vasektomi dan Metode Operasi Wanita/ Tubektomi. Metode operasi pria/vasektomi adalah operasi kecil yang singkat, mengikat saluran sperma pria sehingga benih pria tidak mengalir kedalam air mani pria. Operasi vasektomi bertujuan agar seorang pria tidak bisa lagi menghamili wanita karena saat ejakulasi, air mani pria tidak mengandung sel sperma (BkkbN, 2012) Dari hasil pengamatan sosial psikologis dan analisis program ternyata hal yang mendasar dalam pelaksanaan pengembangan program partisipasi pria dalam ber-kb adalah bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan prilaku pria atau suami maupun isterinya tentang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Program KB juga belum menyentuh gender sensitive, namun hanya menekankan pada kaum ibu/perempuan saja. Maka dari itu kondisi partisipasi pria dalam ber-kb

3 masih perlu adanya peningkatan konseling dan pelayanan KB yang mengarah pada peningkatan partisipasi KB pria (BkkbN, 2013). Menurut data dari sejarah perkembangan BkkbN, program pelayanan Metode Operasi Pria/ Vasektomi di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1971 di Jakarta, disusul kemudian di Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Hingga saat ini upaya pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam meningkatkan peranan pria untuk ikut ber-kb terus dikembangkan dengan memberi pemahaman dan pengenalan secara mendalam tentang amannya pilihan kontrasepsi bagi pria ini (BkkbN, 2013). Menurut data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013, Indonesia memiliki 45.972.185 PUS dan 43.776.352 peserta KB yang tersebar di 33 provinsi. Dari 43.776.352 (95,22%), maka proporsi penggunaan suntikan sebesar 20.661.221 (47,20%), pengguna pil 10.916.690 (24,94%) sedangkan yang lainnya yaitu IUD sebesar 4.684.274 (10,70%), Implan 4.223.668 (9,65%), MOW sebesar 1.370.551 (3,13%), MOP sebesar 265.500 (0,61%) dan kondom sebesar 1.654.448 (3,78%). Dari data tersebut jelas terlihat bahwa Peserta MOP yang terdapat pada Profil Kesehatan Indonesia belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2014 yaitu 5%. Secara provinsi, persentase peserta KB Metode Operasi Pria mencapai hasil yang sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh Indonesia. Persentase peserta KB Metode Operasi Pria yaitu 16.811 (0,87%) dari 1.927.694 akseptor KB dan 2.232.277 PUS, namun angka ini juga belum mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2014 yaitu 5%.

4 Dari data Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dapat juga dilihat data dari pengguna KB jenis lain yaitu suntikan 627.623 (32,56%), pil 586.931 (30,45%), IUD sebesar 192.241 (9,97%), Implan 209.694 (10,88%), MOW sebesar 125.831 (6,53%), dan kondom sebesar 168.563 (8,74%). Berikut adalah Persentase hasil yang diperoleh Kabupaten Deli Serdang dalam mencapai target akseptor KB di Kabupaten Deli Serdang yang bisa dilihat dari Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 yaitu dari total jumlah Pasangan Usia Subur sebesar 328.459, terdapat 278.556 (84,81%) akseptor KB. Dari jumlah akseptor tersebut diperoleh pengguna pil 86.172 (30,94%), pengguna suntik 78.174 (28,06%), pengguna IUD 31.557 (11,34%), pengguna Implan 31.779 (11,41%), pengguna MOW 13.519 (4,85%), MOP sebesar 2.843 (1,02%) dan pengguna kondom sebesar 34.492 (12,38%). Dari data tersebut bisa dlihat bahwa terjadi peningkatan persentase bila dibandingkan antara Indonesia (0,61%), Provinsi umatera Utara (0,87%), dan Kabupaten Deli Serdang (1,02%). Sedangkan data terbaru yang diperoleh dari Puskesmas Batang Kuis sampai dengan bulan Desember 2015 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang sebanyak 10.249 Pasangan Usia Subur (PUS) dan 10.023 (97,79%) akseptor KB, 768 (7,66%) peserta IUD, 1.249 (12,46%) peserta implant, 3.208 (32,01%) peserta suntikan, 2.923 (29,16%) peserta pil, 1.252 (12,49%) peserta kondom, 419 (4,18%) peserta MOW (Metode Operasi Wanita), dan 204 (2,04%) peserta MOP (Metode Operasi Pria). Data terbaru dar Puskesmas Batang Kuis menunjukkan peningkatan pada partisipasi pria dalam ber-kb Metode Operasi Pria (MOP) bila dibandingkan dengan data

5 dari Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun 2013 yaitu 124 (1,37%) menjadi 203 (2,04%). Berdasarkan pendapat Green (1980), dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan seseorang disebabkan oleh dua hal yaitu Non Behavioral causes (penyebab non prilaku) dan Behavioral causes (penyebab prilaku). Behavioral causes dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Predisposing Factors (Faktor-faktor predisposisi/yang mempengaruhi) yaitu faktor yang menggunakan rasional dan motivasi untuk berprilaku. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengetahuan, pendidikan, sikap, kepercayaan, nilai, dan-lain-lain; (2) Enabling Factors (faktorfaktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan motivasi dan inspirasi utnuk direalisasikan melalui keterampilan, sumber daya pribadi dan sumber daya masyarakat. Faktor-faktor tersebut antara lain: pendapatan, pekerjaan, keterjangkauan, informasi, fasilitas, dan lain-lain; (3) Reinforcing Factors (faktorfaktor penguat) yaitu faktor-faktor yang memperkuat terjadinya prilaku. Faktorfaktor tersebut antara lain: dukungan keluarga, penghargaan, hukuman, dan lainlain. Ketiga faktor tersebut memengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 5 orang suami yang tinggal di wilayah kecamatan batang kuis dan hasilnya 1 orang sudah menggunakan metode operasi pria. 1 orang beralasan bahwa ia tidak ingin mempunyai anak lagi sedangkan yang 4 orang lagi belum mennggunakan metode operasi pria dan masing-masing mempunyai alasan yaitu orang pertama beralasan bahwa istri tidak mengizinkan ia untuk menggunakan metode operasi pria karena

6 takut ia selingkuh, orang kedua beralasana bahwa ia takut metode operasi pria dapat mengganggu kepuasannya dalam berhubungan dengan istrinya, orang ketiga dan orang keempat beralasan bahwa saat menggunakan metode operasi pria mereka takut terjadi pendarahan atau luka yang membuat mereka untuk mengeluarkan biaya lagi untuk berobat. Dengan berbagai alasan tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dari 5 sumai tersebut tentang metode operasi pria/vasektomi masih sangat rendah serta tidak adanya dukungan dari istri untuk melakukan tindakan metode operasi pria/vasektomi. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Determinan Pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis tahun 2015. 1.2. Perumusan Masalah Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah determinan pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan determinan pemanfaatan KB Metode Operasi Pria di Puskesmas Batang Kuis tahun 2015. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti sendiri sebagai penambah ilmu khususnya tentang

7 kesehatan reproduksi yang telah didapat selama perkuliahan dan menambah pengalaman serta pengetahuan dalam bidang penelitian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan bahan informasi bagi penyuluh KB yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. 3. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya pada bidang yang sama.