BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham preferen dan saham biasa, sehingga kebijakan struktur modal mempunyai peran yang cukup penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menunjukkan fenomena yang cukup menarik, yaitu adanya tingkat utang yang tinggi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (Tirsono, 2008). Sesuai Undang-undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, wajib pajak badan dan BUT dikenakan tarif tunggal yaitu sebesar 28% untuk tahun pajak 2009 dan 25% untuk tahun pajak 2010 sampai dengan saat ini. Apabila perusahaan telah dikenakan tarif tunggal tersebut maka perusahaan cenderung untuk melakukan efesiensi perhitungan pajak yang akan dibayar dengan jalan menambah biaya semaksimal mungkin yang bisa dikurangkan untuk menghitung penghasilan pajak karena keuntungan pajak yang akan didapatkan adalah sebesar penambahan biaya tersebut. Salah satu biaya yang bisa dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak (tax deductable) adalah biaya bunga pinjaman oleh karena itu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya perusahaaan akan terdorong untuk melakukan penambahan utang daripada mengeluarkan saham baru karena atas 1
2 deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak. Selain itu, pembayaran bunga pinjaman tersebut dapat digunakan sebagai perlindungan pajak (tax shield) (Tirsono, 2008). Thin capitalization adalah praktik membiayai cabang atau anak perusahaan lebih besar dengan utang berbunga daripada dengan modal saham (Gunadi, 2007). Pinjaman dalam konteks thin capitalization ini merupakan pinjaman berupa uang atau modal dari pemegang saham atau pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak peminjam (Gunadi, 2007). Menurut Gunadi, pemberian pinjaman dalam praktik thin capitalization dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni: l) direct loan, 2) back to back loan dan 3) paralel loan. Pada direct loan (pinjaman langsung), investor (pemegang saham) WPLN langsung. Sementara itu pada pendekatan back to back loan investor menyerahkan dananya kepada mediator sebagai pihak ketiga untuk langsung dipinjamkan kepada anak perusahaan dengan memberinya imbalan. Terakhir pada pendekatan paralel loan investor mancanegara mencari mitra perusahaan Indonesia yang mempunyai anak perusahaan yang berada di negara investor. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Tirsono (2008;102) semakin tinggi laba perusahaan akan semakin besar pajak yang harus dibayar sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan efesiensi perhitungan pajak yang akan dibayar dengan jalan menambah semaksimal
3 mungkin biaya yang bisa dikurangkan untuk menghitung penghasilan pajak antara lain berasal dari biaya bunga pinjaman. Sementara menurut Ningrahayu (2010;9-179) praktik-praktik penghindaran pajak (tax avoidance) yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah skema transfer pricing, thin capitalization dan treaty shopping. Praktik penghindaran pajak tersebut dilakukan dengan memanfaatkan peluang- peluang yang terdapat dalam ketentuan perpajakan yang berlaku. Hal tersebut juga diperkuat dengan karakteristik hubungan antara anak perusahaan (subsidiary company) di Indonesia dengan induk perusahaan (parent company) di luar negeri yang menurut kacamata pajak dianggap sebagai entitas terpisah (separate entity). Dengan demikian antara anak perusahaan dengan induk perusahaan tersebut dapat melakukan transaksi (inter company transaction) yang diatur sedemikian rupa agar anak perusahaan (subsidiary company) di Indonesia mengalami kerugian, sedangkan secara keseluruhan bisnisnya selain di Indonesia masih mengalami untung. Indonesia sendiri pada dasarnya telah memiliki peraturan yang jelas untuk menangkal praktik Thin Capitalization melalui UU PPh pasal 18 (1) yang mengatur kewenangan Menteri Keuangan untuk menetapkan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak. Peraturan yang kemudian dikeluarkan oleh Menteri Keuangan tersebut adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1002/KMK.04/1984. Namun, dengan alasan bahwa penentuan besarnya
4 perbandingan antara hutang dan modal dikuatirkan dapat menghambat perkembangan dunia usaha, maka pelaksanaan keputusan tersebut ditangguhkan sampai saat yang ditentukan kemudian oleh Menteri Keuangan dengan memberlakukan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.01/1985. Sejalan dengan diberlakukannya keputusan tersebut, praktis Indonesia hingga saat ini belum memiliki Undang-Undang yang mengatur tentang penangkalan praktik-praktik Thin Capitalization Nuraini (2014) melalui hasil penelitiannya berpendapat bahwa Multinationality, Tax Haven, Withholding Taxes, dan Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh signifikan terhadap Thin Capitalization. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan variable seperti corporate tax rate dan Non Debt Tax Shield sebagai variable independen yang akan diuji pengaruhnya terhadap Thin Capitalization. Penambahan variable Corporate Tax Rate dikarenakan pada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tirsono (2008) menemukan pengaruh yang signifikan antara tarif progresif dengan leverage yang digunakan untuk mendapatkan manfaat pajak dari hutang (debt tax shield). Sementara Richardson & Lanis (2007) menemukan pengaruh yang signifikan antara leverage dengan tindakan agresivitas pajak (Tax avoidance) yang di proksikan dengan menggunakan Effective Tax Rate. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara tarif pajak yang berlaku sekarang yaitu tarif tunggal 25% terhadap kegiatan menghindari pajak melalui penambahan hutang
5 seperti Thin Capitalization. Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada perusahaan manufaktur. Industri keuangan dan perbankan tidak peneliti masukkan dikarenakan modal usaha industri-industri tersebut bersumber dari hutang dan kebanyakan memiliki Debt Equity Ratio >5%, Nuraini (2014). Sehingga dikhawatirkan dapat menjadi bias dalam penelitian ini. Sementara periode tahun penelitian yang akan diteliti adalah tahun 2010-2013, mengingat pada tahun tersebut tarif pajak tunggal sebesar 25% mulai diberlakukan. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka judul penelitian ini adalah ANALISIS FAKTOR PAJAK DAN FAKTOR LAINNYA YANG MEMPENGARUHI THIN CAPITALIZATION. B. Rumusan Masalah Penelitian Adanya tarif tunggal pph badan yang dikenakan kepada perusahaan di Indonesia sebesar 25% mendorong perusahaan melakukan efesiensi pajak melalui cara-cara yang diperbolehkan dan tidak melanggar ketentuan perpajakan Indonesia. Salah satu skema yang sering digunakan adalah Thin Capitalization. Melalui skema tersebut perusahaan mengharapkan laba yang maksimal namun dengan utang pajak yang lebih sedikit. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Thin Capitalization, antara lain Corporate Tax Rate, Multinationality, Tax Haven, Non Debt Tax Shield, Kepemilikan Institusional, serta Profitabilitas.
6 Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Corporate Tax Rate mempunyai pengaruh signifikan terhadap Thin Capitalization? 2. Apakah Non Debt Tax Shield mempunyai pengaruh signifikan terhadap thin capitalization? 3. Apakah Kepemilikan Institusional mempunyai pengaruh signifikan terhadap thin capitalization? 4. Apakah Multinationality mempunyai pengaruh signifikan terhadap thin capitalization? 5. Apakah Pemanfaatan Tax Haven mempunyai pengaruh signifikan terhadap thin capitalization? 6. Apakah Profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap thin capitalization? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris apakah corporate tax rate, Non Debt Tax Shields, kepemilikan institusional, multinationality, tax haven, dan profitabilitas berpengaruh terhadap terjadinya Thin Capitalization.
7 2. Kontribusi Penelitian Berdasarkan tujuan diatas, maka kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi acuan bagi peneliti-penelitian kemudian yang akan datang berkaitan dengan Thin Capitalization. b. Bagi Perusahaan Multinasional Dapat dijadikan referensi sebuah cara untuk tetap melakukan kewajibannya sebagai Wajib Pajak dan menghindari pengelakan pajak (tax evasion). c. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak investor untuk lebih memahami kondisi suatu perusahaan sebelum berinvestasi di perusahaan tersebut. d. Bagi Regulator Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan besarnya perbandingan hutang dan modal suatu perusahaan untuk mengatasi adanya loophole pada undang-undang perpajakan di Indonesia sehingga mampu meminimalisir kerugian yang diterima oleh negara akibat penghindaran pajak yang diperkenankan.