4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengalaman suami dan..., Tri Haryadi, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun (ICRP, 2007). Data dari LBH Apik Jakarta tahun

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercapai. Kebahagiaan erat hubungannya dengan psychological well-being

BAB III SINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL. selanjutnya dalam studi fenomenologi adalah penggabungan secara intuitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Aghnia Nurisyabani, 2015 KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB IV DAMPAK POLIGAMI TERHADAP KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

DRAF WAWANCARA. Jumlah Anak. 4. Apakah suami anda memperkenalkan istri mudanya kepada keluarga anda?

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

PETUNJUK PENGISIAN. 4. Jawablah dengan jujur sesuai dengan keadaan diri Anda. Kerahasiaan jawaban Anda serta Identitas Anda akan di jamin sepenuhnya.

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB V PEMBAHASAN. dan memiliki gangguan somatoform tipe konversi sejak tiga tahun yang. setalah subjek mengalami gangguan somatoform, subjek mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. budaya dan kekuatan psikologis), maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu mengenai gambaran psychological wellbeling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB III BEBERAPA UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA EMOSI ANAK AKIBAT PERCERAIAN. A. Fenomena Perceraian di Kecamatan Bukit Batu

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

Transkripsi:

94 4.5 Rangkuman Hasil Tabel 4.2 Perbandingan Tema Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Keadilan Sebelum dipoligami 1. Perasaan diabaikan Waktu 1. Curiga Nafkah 2. Sedih dan stress Perhatian pada anak 3. Usaha mengatasi stres 2. Beban status sosial Pengakuan suami 2. 1. Diam 2. Dugaan Kesepian 3. Beban ekonomi Setelah dipoligami 3. Kesal dan sakit 1. Cemburu dan kesal hati 4. Beban psikologis 2. Penolakan terhadap istri 4. Masalah keuangan muda 5. Harapan terhadap istri 3. Perbandingan 5. Kecewa Istri harus cantik Sifat Istri boleh bekerja Nafkah 6. Bersyukur 4. Poligami adalah rahasia 6. Cemburu 5. Keadilan 7. Perasaan tidak Waktu aman Nafkah 6. Berbagi dengan istri 8. Tertekan muda 7. Penerimaan terhadap 9. Pertengkaran keadaan 8. Bersyukur 10. Ketidak adilan Kasih sayang suami Fasilitas Perhatian suami Waktu Lebih nyaman 11. Persaingan 12. Penerimaan terhadap keadaan 13. Bersyukur Dari tema-tema yang muncul pada ketiga partisipan bisa diketahui bahwa terdapat persamaan-persamaan yang mencuat yaitu, tema keadilan dan bersyukur.

95 Namun juga adapula tema-tema yang hanya muncul pada dua partisipan, yaitu istri pertama dan istri kedua, dan tidak mengemuka pada suami yaitu tema mengenai tekanan emosional seperti sedih, stress, kesal, cemburu, kesepian, kecewa, curiga serta penerimaan terhadap keadaan. Berdasarkan keterangan diatas, suami, sebagai pihak yang selama ini dianggap lebih diuntungkan dengan perkawinan poligami ternyata justru mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan. Juga menjelaskan bahwa istri kedua, yang biasanya di masyarakat lebih banyak dianggap memiliki keuntungan karena lebih disayang daripada istri pertama ternyata mengalami lebih banyak perasaan negatif daripada positif. Sehingga dapat disimpulkan pada perkawinan poligami pada ketiga partisipan lebih banyak mengalami perasaan-perasaan negatif daripada perasaan positif. Tabel 4.3 Perbandingan Makna Pengalaman Suami Istri pertama Istri kedua 1. Semua yang terjadi 1. Semua yang terjadi 1. Semua yang terjadi adalah takdir adalah takdir adalah takdir 2. Pengalaman adalah pelajaran yang berharga: Pengalaman berpoligami ternyata berat Dari ketiga partisipan terdapat kesamaan pemaknaan terhadap pengalaman yang dialami. Ketiga partisipan memaknai pengalaman mereka sebagai takdir yang telah ditetapkan dan digariskan oleh Tuhan untuk mereka. Sedangkan pemaknaan bahwa pengalaman yang dialami merupakan sebuah pelajaran yang berharga hanya mengemuka pada suami. BAB 5 DISKUSI DAN SARAN

96 5.1 Diskusi Dalam beberapa teori dikemukakan bahwa terdapat berbagai macam alasan yang melandasi seorang pria untuk melakukan perkawinan yang kedua (Mulia, 2004; Ahmad, 2007; Tutik dan Trianto, 2007; Soewondo, 2001), seperti mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, karena faktor perbedaan kapasitas antara laki-laki dan perempuan, mencari kepuasan emosional yang tidak terpenuhi dalam perkawinan, mencari kepuasan seksual, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, suami memberikan alasan untuk menikah kembali karena ingin memiliki anak perempuan yang ketika itu tidak bisa didapatkan dari istri pertama. Ia ingin mencoba mencari kepuasan emosional untuk memenuhi keinginannya mempunyai seorang anak perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Krenawi & Slonim-Nevo (2006) yang menemukan bahwa mayoritas pria yang melakukan poligami adalah karena alasan ingin menambah jumlah anak. Walaupun demikian, dalam penelitian ini suami juga mengaku menikah untuk kedua kalinya juga karena tertarik calon istri keduanya. Namun dia melakukan perkawinan kedua tanpa meminta persetujuan istri pertama, sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang No. 5 ayat 1 (Undang-undang perkawinan, www.sdm.ugm.ac.id). Maka dikatakan proses menuju poligaminya melanggar Undang-undang Perkawinan padahal ia tahu yang seharusnya. Suami dalam penelitian ini mencoba memenuhi hak-hak istri sesuai dengan persyaratan yang ada (hak-hak istri dalam poligami, www.perpustakaan-islam.com; Husein, 2003) dengan memberikan rumah bagi masing-masing istri serta mencoba membagi nafkah secara adil bagi keduanya. Meski demikian ia tidak memberikan waktu kunjung yang sama bagi istri-istrinya karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Al-Krenawi dan Slonim-Nevo (2006) diketahui bahwa meskipun terdapat persyaratan untuk berlaku adil dan setara kepada setiap istri, pada kenyataannya sering tidak berjalan demikian. Al-Krenawi, Slonim-Nevo dan Graham (2006) menemukan bahwa pria yang melakukan poligami dapat mengalami gangguan psikologis, seperti kecemasan,

97 depresi, paranoid, psikotik. Hal ini tidak terjadi pada suami dalam penelitian ini meski mengaku merasa berat memiliki dua keluarga dan mengharapkan saudara serta anak-anaknya tidak mengikuti dirinya, namun dia tetap bersyukur dan memaknainya sebagai kepasrahan. Jankowiak, Sudakov, dan Wilreker (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa kehadiran istri baru dalam sebuah perkawinan dapat memunculkan agresi pada istri tua. Bahkan dikatakan dapat memunculkan sikap kasar terhadap istri baru baik secara fisik maupun psikis. Namun hal yang bertolak belakang ditemukan pada penelitian ini, istri pertama justru mencoba untuk tetap berkomunikasi dengan baik dengan istri kedua bahkan beberapa kali membelikan sesuatu yang diminta oleh istri kedua dan bersimpati dengan istri kedua ketika istri kedua sedang sakit. Meski hingga saat ini dia tidak ingin bertatap muka secara langsung dengan istri kedua. Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam diri istri pertama timbul perasaan cemburu dan kesal dengan istri kedua karena berdasarkan penelitian yang dilakukan pada masyarakat Arab ditemukan bahwa pada istri-istri muncul perasaan cemburu, iklim kompetisi, dan pendistribusian tugas-tugas rumah dan emosi yang tidak merata oleh suami mereka. (Adams & Mbrugu, 1994; Kilbride & Kilbride, 1990; Wittrup,1990; dalam Al-Krenawi & Slonim-Nevo, 2006) Namun, istri pertama melakukan penanganan terhadap perasaan-perasaan tersebut dengan pendekatan agama, seperti berkonsultasi dengan kyai atau ulama serta menerima apa yang terjadi pada dirinya. Perasaan-perasaan cemburu, kecewa, tekanan emosional juga muncul pada istri kedua. pada awal perkawinannya, ia sangat mengharapkan kasih sayang dari suaminya tetapi dirinya justru merasa diabaikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hassouneh-Phillips (2001) ditemukan bahwa para istri mengalami ketidakmerataan dalam pembagian materi, waktu, dukungan, dan afeksi. Ditemukan juga bahwa terdapat istri muda yang merasa tidak dianggap sebagai istri karena suaminya jarang menghabiskan waktu dengan dirinya. Hal inilah yang kemudian membuat istri kedua menuntut suaminya untuk memberikan tambahan materi dan kejelasan mengenai pembagian waktu bagi dirinya dan istri pertama.

98 Al-Krenawi (2006) menemukan bahwa tak jarang istri muda juga memiliki pandangan yang negatif terhadap istri tua karena menganggap istri tua terlalu egois dengan ingin menguasai suaminya seorang diri. Istri kedua dalam penelitian ini merasa bahwa istri pertama beberapa kali membohongi dirinya dengan mengatakan bahwa suaminya tidak berada di rumahnya. Hal ini kemudian yang membuat ia tidak ingin mengalah dengan istri pertama bila mereka bertiga sedang bertemu di suatu tempat. Namun demikian, sama dengan dalam penelitian Al-Krenawi dan Slonim- Nevo (2006), dalam penelitian ini baik istri pertama maupun istri muda menerima apa yang terjadi pada kehidupan mereka sebagai sebuah takdir. 5.2 Saran Pada penelitian ini dilibatkan suami, istri pertama, dan istri kedua. Dalam hal ini akan lebih menarik lagi jika juga melibatkan anak-anak dari masing-masing istri karena terkadang anak dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam dinamika keluarga. Dengan demikian penambahan faktor anak diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai fenomena perkawinan poligami. Selain itu, sebaiknya juga penelitian tidak hanya melibatkan satu keluarga saja sehingga dapat membandingkan dengan pengalaman poligami dengan keluarga lain. Ketika proses wawancara, partisipan suami masih menutup-nutupi kehidupan poligaminya termasuk perasaan-perasaan yang dihadapinya. Hal ini mungkin terjadi karena rapport yang belum terjalin dengan baik, karena pengalaman poligami merupakan hal-hal yang bersifat pribadi dan sensitif. Oleh karena itu, pada penelitian mengenai Poligami selanjutnya sebaiknya membangun rapport dengan waktu yang cukup lama. Berkaitan dengan metode pengambilan data, peneliti juga menggunakan metode observasi, namun observasi yang dilakukan masih belum maksimal dan hanya dijadikan sebagai data pelengkap, bukan sebagai data utama. Pengalaman perkawinan poligami adalah suatu pengalaman yang dapat menimbulkan beberapa masalah, meskipun masih terdapat manfaat bagi pelakunya. Oleh karena itu, bagi para suami yang ingin melakukan perkawinan poligami

99 sebaiknya memikirkan secara matang mengenai baik dan buruknya, serta harus mempersiapkan diri karena dirinya akan memiliki lebih dari satu keluarga dengan berbagai macam latar belakang. DAFTAR REFERENSI