BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kita menyaksikan beberapa tahun belakangan ini muncul wacana dalam ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengetahui kuliatas pelayanan publik pembuatan Kartu Tanda Penduduk

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

HENDRI HERDIANTO ABSTRAK

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB I. PENDAHULUAN. penerimaan pemerintah (Nurcholis, 2006). Ada beberapa jenis desentralisasi

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa Latin, yaitu Gubernare yang diserap

BAB I PENDAHULUAN. good governance. Good governance merupakan salah satu alat reformasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

ENDANG WIRJATMI TRILESTARI KANTOR: STIA-LAN BANDUNG JL. CIMANDIRI TELP: FAX: BANDUNG RUMAH: JL. DANGDEUR INDAH NO.

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. paradigma baru yang berkembang di Indonesia saat ini. Menurut Tascherau dan

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

LAPORAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN PUBLIK BALAI VETERINER BANJARBARU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kurniawan dalam Sinambela (2006:5), pelayanan publik adalah

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

SAMBUTAN DAN LAPORAN PERESMIAN GEDUNG KANTOR SAMSAT KULON PROGO & KANTOR KAS BPD SAMSAT CABANG WATES

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Perilaku Individu dalam Pelayanan Izin mendirikan Bangunan Di Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Kepulauan Sangihe

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

Pendidikan Kewarganegaraan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK PERIZINAN DAN NON PERIZINAN

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

PELAKSANAAN PELAYANAN PENDAFTARAN CALON JEMAAH HAJI BERDASARKAN SISTEM KOMPUTERISASI HAJI TERPADU (SISKOHAT) DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

I. PENDAHULUAN. dalam kegiatan belajar mengajar dan tersedianya sekolah sekolah hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Governance Government. The way state power is used in managing economic and social resource

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi obyektif menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik masih

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian. mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

Pelayanan Prima di Perguruan Tinggi

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Governance Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah satu lembaga tersebut yaitu United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya yang berjudul Governance for sustainable human development (1997) mendefinisikan good governance sebagai hubungan yang sinergis dan konstruktif di antar negara, sektor swasta, dan society (Dwiyanto, 2005 : 82). Pengertian governance menurut UNDP (United Nation Development Program) yang dikutip oleh Sedarmayanti (2003 : 5) terdapat tiga model tata kepemerintahan yang baik, sebagai berikut : 1. Politcal Governance yang mengacu pada proses pembuatan keputusan untuk merumuskan kebijakan (policy/strategy formulation). 2. Economic Governance yang meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi terhadap equity (kekayaan), proverty (properti), serta quality of life (kualitas hidup). 3. Administrative Governance yang mengacu pada sistem implementasi kebijakan Menurut Ganie (2000 : 142) menjelaskan pengertian good governance, sebagai berikut : Good Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sektor Negara dan sektor non Negara dalam suatu usaha kolektif. 8

9 Bila dilihat dari beberapa pengertian Good Governance menurut para ahli, maka dapat disimpulkan mengenai Good Governance lebih berfokus pada pertumbuhan sektor publik yang bersinergis untuk mengelola sumber daya yang dimiliki suatu Negara dengan tata kelola kepemerintahan yang baik secara efektif dan efisien untuk kepentingan masyarakat secara bertanggung jawab sejalan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku dan menghindari kepentingan diri sendiri seperti korupsi, kolusi, serta nepotisme. 2.1.1 Tujuan Good Governance Tujuan Good Governance menurut Kurniawan (2005 : 12), sebagai berikut : Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Maka dari itu tujuan good governance tercapai di suatu Negara bila dilihat dari rakyatnya yang sejahtera dan makmur. Untuk mengimplementasikan good governance bukanlah perkara yang mudah, karena banyaknya kendala-kendala yang melanda suatu Negara untuk bisa mewujudkan tata kepemerintahan yang baik diantaranya penyimpangan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dilakukan oleh orang internal sendiri yang membuat suatu permainan yang dibuat untuk menguntungkan dan mementingkan kepentingan mereka sendiri. Maka dari itu untuk tercapainya tujuan good governance, pemerintah maupun masyarakatnya sendiri harus bekerja sama untuk sadar dan menanamkan rasa peduli kepada Negara agar

10 terwujudnya kepemerintahan yang baik untuk selalu mematuhi peraturan atau standar yang telah ditetapkan. 2.1.1.1 Prinsip prinsip Good Governance Untuk terwujudnya tata kepemerintahan yang baik maka diperlukan prinsip prinsip good governance sebagai tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003 : 7) prinsip prinsip Good Governance, sebagai berikut : 1. Partisipasi masyarakat 2. Tegaknya Supremasi Hukum 3. Transparansi 4. Peduli pada Stakeholder 5. Berorientasi pada Kasus 6. Kesetaraan 7. Efektivitas dan Efisien 8. Akuntabilitas 9. Visi Strategis. Partisipasi Masyarakat yaitu masyarakat memiliki hak suara baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang sah dalam pengambilan keputusan. Tegaknya Supremasi Hukum menjelaskan bahwa kerangka hukum yang dimiliki oleh suatu Negara harus adil dan tidak ada diskriminasi, tegas serta disiplin sebagai pedoman suatu Negara mengatur jalannya kepemerintahan yang baik. Transparansi dibangun untuk memberikan informasi secara bebas dan jelas. Seluruh proses yang terjadi di Pemerintahan harus dapat secara mudah diakses oleh masyarakat dan mudah dimengerti. Peduli pada Stakeholder ini yaitu lembaga lembaga harus melayanai semua pihak yang

11 berkepentingan sesuai standar yang berlaku. Berorientasi pada Konsensus yaitu menjadi suatu jembatan untuk kepentingan kepentingan atau bidang bidang yang berbeda guna terbangunnya masa depan yang baik untuk sekelompok masyarakat terutama dalam kebijakan dan prosedur. Kesetaraan yaitu semua masyarakat berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki dan mensejahterahkan diri mereka sendiri. Efektifitas dan Efisiensi yaitu suatu proses pemerintahan harus mengelola sumber sumber daya secara optimal untuk kepentingan masyarakat sesuai kebutuhan yang diperlukan. Akuntabilitas yaitu dapat terjadi di semua organisasi yaitu bentuk suatu pertanggungjawaban yang telah dilaksanakan oleh suatu organisasi. Pertanggungjawabannya yaitu bisa dalam bentuk laporan yang dibuat oleh pemerintah setiap tahunnya. Visi strategis yaitu prinsip ini diutamakan untuk para pemimpin dan masyarakat untuk memikirkan perspektif yang jauh ke depan untuk tata kepemerintahan yang baik serta kepekaan untuk mewujudkannya (Lembaga Administrasi Negara, 2003:7) Prinsip prinsip good governance menurut Ganie (2000 : 145) yaitu terdapat 4 prinsip utama good governance, sebagai berikut : 1. Akuntabilitas publik 2. Value for money 3. Transparansi 4. Efektivitas manajemen sumber daya manusia Penjelasan mengenai prinsip prinsip good governance akan dijelaskan di bawah ini :

12 1. Akuntabilitas Pengertian Akuntabilitas Publik Menurut Hadi (2006 : 150) akuntabilitas yaitu para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta serta masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya pada pemilik kepentingan. Sedangkan menurut Rasul ( 2002 : 8 ) Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang atau sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi. 1. Value for money Menurut Mardiasmo ( 2009 : 131 ) value for money adalah suatu konsep pengelolaan yang didasarkan pada tiga elemen utama, sebagai berikut : a. Ekonomi adalah pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah, ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan dengan menghindari pengeluaran yang boros. b. Efisiensi adalah pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu, c. Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. 2. Transparansi Menurut Mustopadidjaja (2003 : 261) transparansi yaitu keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui

13 oleh masyarakat. Transparansi berujung menciptakan akuntabilitas diantara rakyat dengan pemerintah. Sedangkan menurut Lalolo (2003 : 13) transparansi adalah suatu prinsip yang menjamin akses atau kebebasan untuk setiap orang memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yaitu informasi tentang kebijakan, proses, serta hasil yang dicapai. 3. Efektivitas Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Samsudin (2006 : 22) menjelaskan mengenai manajemen sumber daya manusia yaitu aktivitas aktivitas yang dilaksanakan untuk memenuhi sumber daya manusia dalam organisasi dapat didayagunakan secara efektif dan efisien guna mencapai berbagai tujuan. Sedangkan menurut Wahyudi (2002 : 9) menjelaskan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan daripada pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintergrasian, pemeliharaan dan pemisahan sumber daya manusia ke suatu titik akhir dimana tujuan tujuan perorangan, organisasi dan masyarakat terpenuhi. 2.1.1.2 Prinsip prinsip Good Government Governance Good Government Governance menurut Tim Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan yang baik (BPKP) dalam Sari (2012 : 723), mengemukakan bahwa

14 karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam pemerintahan yang baik (good government governance) adalah: 1. Partisipasi (participation) 2. Transparansi (transparency) 3. Akuntabilitas (acountibility) 4. Kemandirian (independency) 5. Pertanggungjawaban (responsibility) Penjelasan mengenai prinsip-prinsip good government governance akan dijelaskan, sebagai berikut : 1. Partisipasi (participation) Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya. 2. Transparansi (transparency) Harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat di akses secara bebas oleh mereka yang membutuhkan, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi. 3. Akuntabilitas (acountibility) Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor pelayanan dan warga Negara madani memiliki pertanggungjawaban kepada publik sebagaimana halnya kepada stakeholder pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda,

15 tergantung pada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau eksternal. 4. Kemandirian (independency) Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya pemerintah harus bebas dari segala bentuk kemungkinan yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara independen, bebas dari segala bentuk tekanan pihak lain. 5. Pertanggungjawaban (responsibility) Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang, serta setiap individu bertanggung jawab atas segala tindakanya sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan. 2.1.2 Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan adalah suatu kegiatan yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan (Sampara dalam Sinambela, 2006 : 5). Maka dari itu menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 dalam pedoman umum dikatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang

16 undangan. Sedangkan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Pasal 1 ayat (1) bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan dan setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut Sinambela (2006 : 5) mengartikan pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan. Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan Negara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau lembaga yang sah untuk memenuhi kebutuhan serta keingininan masyarakat yang berdasarkan atau sesuai dengan standar atau peraturan yang berlaku hingga publik mendapatkan haknya secara adil dan merasa puas atas apa yang diberikan oleh pemerintah. 2.1.2.1 Prinsip prinsip Pelayanan Publik Prinsip prinsip pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003, sebagai berikut : 1. Kesederhanaan Prosedur 2. Kejelasan 3. Kepastian Waktu 4. Akurasi 5. Kelengkapan Sarana dan Prasarana 6. Keamanan 7. Tanggung Jawab

17 8. Kemudahan Akses 9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan 10. Kenyamanan berikut : Penjelesan mengenai prinsip prinsip pelayanan publik dijelaskan sebagai 1. Kesederhanaan Prosedur Prosedur pelayanan yang diberikan oleh pemerintah harus sederhana hingga mudah dipahami serta dilaksanakan oleh publik. 2. Kejelasan Kejelasan dalam pelayanan publik sebagai berikut : a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik. b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik. c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3. Kepastian Waktu Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan. 4. Akurasi Produk pelayanan publik diterima secara benar, tepat, dan sah.

18 5. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja, dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika. 6. Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum. 7. Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik. 8. Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika. 9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas. 10. Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, dan sehat serta dilengkapi

19 dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain lain. Pendapat lain mengenai prinsip pelayanan publik menurut Moenir (2006 : 164) yaitu meliputi penetapan standar pelayanan, terbuka, memperlakukan seluruh masyarakat sebagai pelanggan secara adil, mempermudah akses kepada seluruh masyarakat pelanggan, membenarkan sesuatu hal dalam proses pelayanan ketika hal tersebut menyimpang, menggunakan semua sumber-sumber yang digunakan untuk melayani masyarakat pelanggan secara efisien dan efektif dan selalu mencari pembaharuan dan mengupayakan peningkatan kualitas pelayanan. 2.1.2.2 Azas Pelayanan Publik Azas pelayanan publik menurut Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003, sebagai berikut : 1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Kondisional 4. Partisipatif 5. Kesamaan Hak 6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban Penjelasan mengenai azas pelayanan publik, sebagai berikut : 1. Transparansi Bersifat terbuka, mudah, dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas

20 Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. 3. Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektivitas. 4. Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, gender, dan status ekonomi. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing masing pihak. Instansi pemerintah harus mengacu kepada prinsip prinsip dan azas pelayanan publik yang dijadikan pedoman untuk menjalankan publik serta dapat

21 menjadi suatu indikator penilaian yang digunakan pemerintah untuk menjadi suatu tolak ukur kualitas pelayanan publik yang telah diberikan. 2.1.2.3 Kualitas pelayanan Publik Kualitas pelayanan publik menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (2005: 219) bahwa terdapat lima indikator kinerja pelayanan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, sebagai berikut : 1. Kenampakan fisik (Tangible) 2. Kehandalan (Reliability) 3. Ketanggapan (Responsiveness) 4. Kompetensi (Competence) 5. Kesopanan (Courtesy) Penjelasan mengenai kualitas pelayanan publik, sebagai berikut : 1. Kenampakak fisik (Tangible) Kenampakan fisik, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil, dan komunikasi. 2. Kehandalan (Reliability) Kehandalan, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat. 3. Ketanggapan (Responsiveness) Ketanggapan, kemauan untuk membantu konsumen bertanggungjawab terhadap mutu layanan yang diberikan. 4. Kompetensi (Competence) Kompetensi, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan keterampilan yang oleh aparatur dalam memberikan layanan.

22 5. Kesopanan (Courtesy) Kesopanan, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi. 2.1.2.4 Standar Pelayanan Publik Setiap Instansi Pemerintah yang salah satu tugasnya untuk melayani publik harus melakukannya sesuai standar yang berlaku salah satunya menurut Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 mengenai standar pelayanan publik, antara lain : 1. Prosedur 2. Waktu Penyelesaian 3. Biaya Pelayanan 4. Produk Pelayanan 5. Sarana dan Prasarana 6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Penjelasan mengenai standar pelayanan publik, sebagai berikut : 1. Prosedur Pelayanan Prosedur pelayanan pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. 2. Waktu Penyelesaian Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. 3. Biaya Pelayanan Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

23 4. Produk Pelayanan Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 5. Sarana dan Prasarana Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. 6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan. Maka dari itu dengan adanya standar pelayanan publik yang telah dibuat maka diharapkan penyelenggara pelayanan publik atau instansi pemerintah dapat melaksanakan tugasnya yaitu melayani publik secara optimal, efektif serta efisien dengan mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri. 2.1.2.5 Bentuk bentuk Pelayanan Publik Bentuk bentuk pelayanan publik menurut Moenir (2002 : 160-166) terdapat tiga bentuk pelayanan, sebagai berikut : 1. Pelayanan Lisan 2. Pelayanan dengan Tulisan 3. Pelayanan Bentuk Perbuatan Penjelasan mengenai bentuk bentuk pelayanan publik, sebagai berikut :

24 1. Pelayanan dengan lisan Maksud dari bentuk pelayanan ini adalah dilaksanakan oleh petugas petugas yang berada di bidang hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia. Ada beberapa syarat yang harus dilakukan oleh pelaku pelayanan lisan, sebagai berikut : a. Memahami benar masalah masalah yang termasuk kedalam bidang tugasnya. b. Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu. c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah. d. Dilakukan dalam keadaan yang tenang dan sepi, tidak diperkenankan berbicara dengan sesama pegawai pada saat melaksanakan tugas. 2. Pelayanan dengan Tulisan Pelayanan ini dapat diberikan berupa pemberian penjelasan kepada masyarakat dengan penerapannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi. Terdapat dua macam pelayanan tulisan, sebagai berikut :

25 a. Layanan berupa petunjuk, memberikan informasi yang sejenis yang ditujukan kepada orang orang yang berkepentingan agar mereka mudah melakukan urusan dengan lembaga atau instansi pemerintah. b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan, dan sebagainya. 3. Pelayanan Bentuk Perbuatan Pelayanan ini diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan hanya kesanggupan yang diucapkan secara lisan melainkan pembuktian dan pertanggungjawaban dari apa yang telah dilaksanakan. Dalam Keputusan Menpa Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan publik dibagi dalam tiga kelompok, antara lain kelompok pelayanan administratif, kelompok layanan barang, dan kelompok pelayanan jasa. 1. Kelompok pelayanan administratif adalah bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang diperlukan oleh masyarakat atau publik. 2. Kelompok layanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai macam bentuk atau jenis barang yang digunakan publik. Contohnya yaitu listrik, saluran telepon, air, dan lain lain.

26 3. Kelompok pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Contohnya yaitu pelayananan kesehatan, transportasi, dan pendidikan. 2.2 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan suatu sistem pemerintahan maka diperlukan prinsip prinsip good government governance yang baik yang diterapkan pemerintah. Dengan adanya fenomena yang terjadi dilihat dari laporan kinerja LKIP Dinas Pendidikan Kota Bandung bahwa ada indikator yang belum mencapai target yaitu prosentase Sekolah Dasar yang belum mencapai standar mutu pelayanan (SPM). Dari fenomena tersebut bisa dilihat bahwa pelayanan publik yang diberikan ke Masyarakat belum optimal. Menurut studi Huther dan Shah (1998) berlangsungnya paradigma good governance untuk menjaga sinergi dan interaksi yang konstruktif antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, pembaharuan administrasi, termasuk pelayanan, dengan muatan good governance dapat menjadi kerangka acuan untuk memperbaiki kerusakan dasar institusional pengelolaan maupun distribusi berbagai sumber daya dalam masyarakat. Pembaharuan tata pemerintahan haruslah berfokus pada penguatan kapasitas Negara, kapasitas kebijakan dan kapasitas administrasi. Peningkatan kapasitas administrasi terkait dengan upaya peningkatan efisiensi pengelolaan sumber daya, serta efektivitas semua proses administrasi pemerintahan termasuk pelayanan publik dan penegakkan hukumnya.

27 Oleh karena itu, institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (Negara atau pemerintah), private sector (Sektor swasta), dan society (Masyarakat) yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing. State berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positif dalam interaksi sosial, ekonomi, politik, termasuk mengajak kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik (Sedarmayanti. 2003 : 5) Menurut Sedarmayanti (2003 : 5) hubungan antar sektor dapat digambarkan sebagai berikut : STATE SOCIETY STATE Gambar 2.1 Hubungan antar sector 2.2.1 Hubungan Penerapan Good Government Governance ( X ) dengan Kualitas Pelayanan Publik ( Y ) Good Government Governance yang baik dan berkualitas adalah impian yang dimiliki oleh suatu Negara. Terciptanya kualitas pelayanan publik yang baik dan dapat dirasakan oleh masyarakat secara puas merupakan impian suatu Negara untuk dapat mewujudkannya. Maka dari itu, penelitian ini berharap diterapkannya 5

28 karakteristik good government governance maka indikator indikator yang terdapat dalam Keputusan Menpa Nomor 63 Tahun 2003 salah satunya mengenai kualitas pelayanan publik pun akan tercapai. Bila pelayanan publik tercapai secara optimal maka kepemerintahan suatu Negara pun telah melaksanakan Tugas, pokok, dan fungsinya ( TUPOKSI ) secara baik. Adapun hasil penelitian terdahulu, sebagai berikut : Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu Nama/ Tahun Judul Hasil Penelitian Pengaruh Governance Good terhadap Pembahasan secara parsial bahwa good governance Siska Ifdayanti/2011 Kualitas Pelayanan Publik Pada Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Metrologi Medan Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik Terhadap (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pelayanan publik (Y) Pembahasan secara parsial bahwa audit sektor publik Putri Nur Anggraeni/2016 Penerapan Good (X) berpengaruh signifikan Government Governance terhadap penerapan good

29 government governance Ichwan Lazuardi/2016 Diana Sari/2012 Pengaruh Penerapan Good Governance pada Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Transparansi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Pengaruh Penerapan Prisip prinsip Good (Y) Pembahasan secara parsial bahwa penerapan good governance pada pelayanan pajak (X) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y) Pembahasan secara parsial bahwa pengendalian internal (X) berpengaruh signifikan terhadap transparansi laporan keuangan pemerintah daerah (Y) Pembahasan secara parsial bahwa good governance Governance terhadap (X) berpengaruh positif Wiro Oktavius/2016 Kepuasan Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Bupati Dairi Provinsi Sumatera Utara) dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja Pegawai (Y)

30 berikut : Maka Model Kerangka Pemikiran yang dapat digambarkan adalah sebagai PENERAPAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE 1. Partisipasi 2. Transparansi 3. Akuntabilitas 4. Kemandirian 5. Pertanggungjaw aban (Tim Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, 2003) KUALITAS PELAYANAN PUBLIK 1. Kenampakan Fisik 2. Kehandalan 3. Ketanggapan 4. Kompetensi 5. Kesopanan (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 2005) Gambar 2.2 Kerangka Penelitian 2.3 Hipotesis Pengertian Hipotesis menurut Sugiono (2014:64), sebagai berikut Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Di katakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.

31 Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Hipotesis nol (H 0 ) yaitu suatu hipotesis tentang tidak adanya hubungan, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkam hipotesis alternatif (H 1 ) merupakan hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : H 0 H 1 : Penerapan good government governance tidak berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik. : Penerapan good government governance berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan publik.