BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid yang dihasilkan dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Biji Kemiri Sumber : Wikipedia, Kemiri (Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NYAMPLUNG. (Calophyllum inophyllum Linn.) Tanaman nyamplung (Calophyllum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR GALUH CHYNINTYA R.P. NIM

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

Ekstraksi Biji Karet

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN (P3HH) TELAH MELAKSANALKAN PENELITIAN PEMBUATAN BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

OUTLINE. PERLAKUAN AWAL Tujuan: TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK DAN LEMAK PANGAN PENDAHULUAN. Video: Sustainable Palm Oil Production PERLAKUAN AWAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Pembahasan Degumming

II. TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

Rekayasa Proses Produksi Biodiesel

Kemiri berasal dari Maluku dan tersebar ke Polynesia, India, Filipina, Jawa, Australia dan kepulauan Pasifik, India Barat, Brazil dan Florida.

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nabati lebih dari 5 %. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

: INDYA EKA YULIASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE

UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI

Analisis Sistem Proses Pindah Massa pada Ekstraksi Secara Mekanik Minyak Kedelai (Glycine Max Oil)

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A DATA BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan tanaman oleh penduduk asli

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

PENGARUH TEMPERATUR DAN F/S TERHADAP EKSTRAKSI MINYAK DARI BIJI KEMIRI SISA PENEKANAN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENGOLAHAN BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) MENGGUNAKAN KATALIS KOH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati termasuk dalam golongan lipid yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan. Walaupun kebanyakan bagian dari tanam-tanaman dapat menghasilkan minyak, tetapi biji-bijian merupakan sumber yang utama. Minyak sayuran dapat digunakan baik untuk keperluan memasak maupun untuk keperluan industri. Beberapa jenis minyak seperti minyak biji kapas, minyak jarak, dan beberapa jenis dari minyak rapeseed tidak cocok untuk dikonsumsi tanpa pengolahan khusus. Minyak yang dihasilkan dari tanaman telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan untuk waktu yang lama. Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan didunia untuk menghasilkan biodiesel, diantaranya rapeseed oil (eropa), soybean oil (USA), minyak sawit (Asia), dan minyak kelapa (Filipina). Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel tinggi (mencapai 95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zatzat penyusun utama minyak lemak (nabati maupun hewani) adalah trigriselda, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak (C8-C24) (Hambali, 2008). 1

2 Minyak nabati berbeda dengan minyak atsiri. Sebagian besar minyak nabati merupakan hasil olahan press, sedangkan minyak atsiri sebagian besar merupakan hasil dari proses distilasi, hanya keluarga rutaceae (jeruk) yang dapat menghasilkan minyak atsiri dari proses pengepresan. Tabel 1. Perbedaan minyak nabati dan minyak atsiri Minyak Nabati Minyak Atsiri Tidak mudah menguap Mudah menguap Tidak memiliki aroma khas Memiliki aroma khas Mengandung trigriselda umumnya mengandung terpen, alkohol, aldehid dan ester Membeku dibawah 18 ºC Tidak membeku dibawah 18ºC (Martsiano, 2014) 2.2 Nyamplung Tanaman nyamplung (Calaphyllum inophyllum) mempunyai nama yang berbeda pada setiap daerah seperti eyobe (Enggano), nyamplung (Jawa, Sunda, Makassar), samplong atau camplong (Madura), punaga (Minangkabau), kanaga (Dayak atau Panaga), punaga (Bali), mantau (Bima), pantar (Alor), fitako (Ternate) dan masih banyak. nama lain di berbagai daerah. Nyamplung merupakan tanaman industri yang cukup baik untuk dikembangkan. Daun nyamplung yang direndam satu malam mempunyai khasiat menyejukkan sehingga dapat digunakan untuk mencuci mata yang meradang. Bagian tanaman nyamplung diantaranya ada kayu dan biji nyamplung. Kayu nyamplung sering digunakan sebagai papan, peti dan daun meja, pembuatan kapal, bejana, perabot rumah, bantalan kereta api dan

3 sebagainya. Di Jawa, tanaman ini tumbuh liar, tinggi tanaman dapat mencapai 20 m dan diameter batang 1,5 m, sangat pendek, bercabang rendah dekat permukaan tanah, dan tumbuh berkelompok. Buahnya berbentuk bulat seperti peluru dengan bagian ujung meruncing, berwarna hijau terusi, pada saat tua warnanya menjadi kekuningan. Kulit biji yang tipis lambat laun akan menjadi keriput dan mudah mengelupas. Biji yang tersisa berupa daging buah berbentuk bulat dengan ujung meruncing, mengandung minyak berwarna kuning, terutama jika dijemur. Biji yang dijemur kering mengandung air 3,3% dan minyak 71,4%. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan biodiesel, dengan rendemen 50% (1 liter = 2 kg biji) (Balitbang Kehutanan, 2008). Kelebihan biji nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah biji mempunyai rendemen yang tinggi, antara 40-73%, dan rendemen biodiesel 13-45% (Timnas pengembangan BNN, 2008). Nyamplung mempunyai keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan dan pemanfaatannya, antara lain pemanfaatannya tidak berkompetensi dengan kepentingan pangan, tanaman tumbuh merata secara alami dan berbuah sepanjang tahun, tanaman relatif mudah dibudidayakan sebagai tanaman monokultur maupun pola tanam campuran, mudah diperbanyak, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomi, tegakan hutan dapat bermanfaat sebagai pemecah angin dan konservasi sepadan pantai, dan pemanfaatan biodiesel dapat menekan laju penebangan pohon sabagai kayu bakar (Karmawati, 2014).

4 Gambar 1. Biji Nyamplung Tabel 2. Komposisi Biji Buah Nyamplung No Konstituen Kadar (% Berat) 1. Moisture 4,15 2. Lipid 63,10 3. Protein 3, 42 4. Crude Fiber 16, 64 5. Ash 3, 22 6. Nitrogen-free extract 13, 62 (Chandra dkk, 2013) 2.3 Minyak Biji Nyamplung Minyak nyamplung diperoleh melalui beberapa tahapan proses, yaitu pengupasan biji dari kulit yang keras, perajangan hingga menjadi irisan tipis, pengeringan dengan panas matahari selama 2 hari, penumbukan, pengukusan, pengepresan atau ekstraksi dengan pelarut organic, deguming atau pemisahan getah dengan asam fosfat 1%. Proses pemanasan awal pada biji nyamplung dapat menurunkan berat sekitar 50%. Biji nyamplung membutuhkan 2,5 kg biji nyamplung yang dapat

5 diperoleh dari 6 kg buah nyamplung yang sudah tua dan mengalami penurunan berat sekitar 58% setelah dijemur untuk menghasilkan 1 liter minyak nyamplung (Mahandari dkk, 2011). Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak nyamplung dibanding minyak jarak pagar dan minyak sawit. Komponen Minyak nyamplung Minyak jarak pagar (%) Minyak sawit Asam miristat (C14) 0,09-0,70 Asam palmitat (C16) 14,60 11,90 39,20 Asam stearat (C18) 19,96 5,20 4,60 Asam oleat (C18:1) 37,57 29,90 41,40 Asam linoleat (C18:2) 26,33 46,10 10,50 Asam linolenat 0,27 4,70 0,30 (C18:3) Asam arachidat (C20) 0,94 - - Asam erukat (C20:1) 0,72 - - Jumlah 100, 48 97,8 96,7 Sumber : Balitbang Kehutanan (2008) Minyak biji nyamplung saat ini banyak dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel. Standar yang ditetapkan oleh SNI 04-07182-2006 mengenai karakteristik dari biodiesel disajikan dalam tabel 4. Tabel 4. Standar Biodiesel Menurut SNI 04-07182-2006 Parameter Nilai

6 Massa jenis 850-890 kg/m 3 Viskositas kinematik 2,3-6 mm 2 /s Bilangan setana Min 51 Titik nyala Min 100 o C Bilangan asam Maks 0,8 mg KOH/g Kadar ester alkil Min 96,5 % Bilangan iodium Maks 115 Menurut Christina, 2011 perbandingan karakteristik biodiesel dari minyak nyamplung dengan SNI disajikan dalam tabel 5 Tabel 5. Perbandingan karakteristik biodiesel dari minyak nyamplung dengan SNI Analisis SNI Biodiesel Minyak Nyamplung Massa jenis 850-890 kg/m 3 872,039 kg/m 3 Viskositas kinematik 2,3-6 mm 2 /s 5,880 mm 2 /s Bilangan setana Min 51 61,1 Titik nyala Min 100 o C 160 o C Kadar ester alkil Min 96,5 % 97,871 % Beberapa keunggulan nyamplung ditinjau dari prospek pengembangan dan pemanfaatannya, antara lain (Departemen Kehutanan, 2008) : 1. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia. 2. Regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan bahwa daya survival yang tinggi terhadap lingkungan. 3. Tanaman relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran (mixed-forest).

7 4. Cocok didaerah beriklim kering, permudaan alami banyak dan berbuah sepanjang tahun tegakan hutannya 5. Nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin (wind breaker) untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai 6. Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar 7. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi 8. Dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan 9. Produktivitas biji lebih tinggi 20 ton/ha dibandingkan jenis lain seperti jarak pagar 5 ton/ha, sawit 6 ton/ha (Rani dkk, 2008). 2.4 Proses Pengambilan Minyak Menurut Winarno (1991), lemak dan minyak dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan hewan atau tanaman dengan tiga cara, yaitu rendering, pengepresan (pressing), atau dengan pelarut. 2.4.1 Rendering Menurut Winarno (1991), rendering merupakan suatu cara yang sering digunakan untuk mengekstraksi minyak hewan dengan cara pemanasan.

8 Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas (wet rendering). Lemak akan mengapung di permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai untuk mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara komersial rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat dipisahkan. Menurut Ketaren (2008), rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi. Penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses. Sedangkan dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung. 2.4.2 Pengepresan mekanis Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70

9 %). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing). a. Pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 lb/in 2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang digunakan serta kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik. Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan mekanis dapat dilihat pada gambar 2 (Yunarlaeli, 2015). Gambar 2. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan b. Pengpresan berulir (screw pressing) Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240º F dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch 2. Kadar air

10 minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 %, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi (Ketaren, 2008). 2.4.3 Pelarut Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Selain itu, ampasnya harus dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak (Winarno,1991). 2.5 Hidrolik Press Mesin press hidrolik merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan minyak dari biji bijian selain dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Komponen utama pada mesin press hidrolik ini adalah dongkrak hidrolik, dan didukung oleh komponen-komponen lain yaitu tabung pengepressan, plat penekan (piston pengepress), handle, frame dan tempat penampung minyak. Pengepresan hidrolik paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya di atas 20% (Hambali, 2007).

11 Gambar 3. Alat Pengepres hidrolik Bagian mesin press hirolik yaitu : 1. Dongkrak Hidrolik Merupakan suatu alat utama yang digunakan pada mesin press hidrolik untuk memberikan tekanan pada bahan melalui piston penekan. 2. Tabung Pengepressan Merupakan bagian dari mesin press yang berfungsi untuk menampung bahan (biji) pada saat proses pengepressan yang berbentuk silinder dengan ketinggian tertentu dan dilengkapi dengan lubang lubang penyaring dengan diameter lubang ± 3 mm, pada sisi tabung bagian bawah.

12 3. Plat Penekan (Piston Pengepress) Merupakan sumbat geser yang terpasang presisi di dalam tabung pengepressan. Plat penekan ini berfungsi untuk mengubah volume dari tabung pengepressan, menekan bahan di dalam tabung pengepressan ataupun kombinasi keduanya. 4. Handle Merupakan bagian mesin press hidrolik yang digunakan untuk mengatur batas maksimal bawah. 5. Tempat Penampung Minyak Merupakan tempat menampung minyak hasil pengepressan berbentuk loyang persegi dan dilengkapi dengan lubang sebagai tempat keluarnya minyak. 6. Power pack Merupakan bagian dari press hidrolik yang berfungsi sebagai pusat kontrol dari press hidrolik. Power pack dapat berfungsi untuk mengatur besarnya tekanan dan lama waktu pengepressan. 2.6 Angka Asam

13 Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Angka asam yang besar menunjukan asam lemak bebas yang besar berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya ( Resmi, 2012). Angka asam dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: 2.7 Angka Penyabunan Angka penyabunan atau bilangan penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berta molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil (Resmi, 2012). Angka penyabunan dapat dihitung menggunakan rumus berikut :