I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. untuk berpikir secara logis, rasional, cermat, efektif, dan efisien. Oleh. yang sesuai dengan keadaan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan bidang ilmu yang memiliki kedudukan penting

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Masalah

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu materi mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan komunikasi siswa dapat mendiskusikan pendapat-pendapat dalam

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN. Kriteria utama untuk mengajar dengan efektif ialah apakah mengajar itu

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai peraturan dikeluarkan guna pendidikan yang lebih baik di negara ini. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan n. Kemampuan dan keterampilan seseorang biasanya sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang, dan mengangkat derajatnya di mata orang lain. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasioanal Pendidikan (SNP), disebutkan bahwa fungsi pendidikan pada hakekatnya adalah sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam

pembangunan, dan memungkinkan setiap warga Negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Anak dilatih untuk menimbun dan menghafal informasi tanpa memahami informasi yang diterimanya untuk dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu yang diperoleh anak didik di sekolah tidak mampu diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran di kelas seperti ini biasanya menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep, sehingga siswa lebih banyak mendengarkan dan pasif di dalam kelas. Tujuan pembelajaran konvensional biasanya adalah siswa mengetahui sesuatu, bukan untuk melakukan sesuatu. Pembelajaran seperti ini terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau biasa disebut dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan an-

tara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat sesuai dengan kriteria pembelajaran yang diharapkan dalam PP No.19 Tahun 2005, pasal 19 ayat (1): Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik Dalam bukunya, Sagala (2010: 93) menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa pendekatan kontekstual menjadi pilihan, yaitu : 1. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. 2. Melalui pendekatan kontekstual siswa diharapkan belajar memahami, bukan menghafal. Sheal (dalam Komalasari, 2010: 114) mengungkapkan bahwa anak belajar 10% dari membaca, 20% dari mendengar, 30% dari melihat, 50% dari melihat dan mendengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan lakukan. Hal ini berarti siswa harus aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran agar belajarnya optimal. Kontekstual diharapkan mampu menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat Lorsbach dan Tobin (dalam Komalasari, 2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pembelajaran kontekstual telah sesuai dengan teori Piaget tentang perkembangan struktur kognitif bahwa pendekatan pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Pada teori Piaget disebutkan bahwa anak pada usia 12-18 tahun berada pada tahap operasional formal. Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir kemungkinan. Tetapi anak usia 12-15 tahun (usia SMP) merupakan tahapan awal dari tahap operasi formal, sehingga dalam mengembangkan kemampuan berpikir abstrak perlu dikaitkan dengan tahapan sebelumnya, yaitu operasi konkret. Oleh sebab itu, keterkaitan dengan obyek, fenomena, dan pengalaman konkret dalam mengembangkan berpikir abstrak perlu dilakukan. Objek dasar yang dipelajari dalam matematika adalah abstrak. dengan konsep-konsep abstrak akan sulit dipahami siswa. Matematika Penggunaan konteks pada pembelajaran matematika menjadikan konsep-konsep abstrak dapat dipahami berdasarkan pemikiran yang dibangun dari situasi nyata tertentu yang sudah dikenal dengan baik oleh siswa. Masalah matematika yang dikaitkan dengan situasi nyata yang sudah dikenal baik oleh siswa relatif

mudah dipahami, sehingga konsep-konsep matematika akan dikuasai siswa dengan baik. Pendekatan kontekstual memudahkan anak belajar matematika dengan memulai konsep dari yang konkret (kerja praktek) ke arah yang ab - strak (simbolisasi). Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung, pembelajaran dalam kelas masih berpusat pada guru, dan belum banyak melibatkan siswa. Siswa lebih banyak menerima konsep yang diberikan oleh guru. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran matematika siswa belum optimal. Hal ini terbukti dengan kecilnya persentase kelulusan siswa (memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 64) pada ulangan harian dan mid semester, yaitu kurang dari 50%. Belum optimalnya hasil pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung tersebut bisa saja terjadi karena pendekatan pembelajaran yang digunakan belum sesuai. Padahal karakteristik siswa dalam kelas memperlihatkan bahwa siswa memiliki semangat belajar yang tinggi, terlihat dari keseriusan siswa dalam belajar di kelas. Aktivitas bertanya siswa di dalam kelas juga menunjukkan bahwa rasa ingin tahu siswa di sekolah tersebut cukup besar. Karakteristik seperti ini sesuai dengan karakteristik siswa yang diharapkan dalam pendekatan kontekstual. Dalam pendekatan kontekstual diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi itu. Dari hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa ratarata siswa kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung berasal dari golongan yang sama, yaitu menengah ke bawah, sehingga dalam bersosialisasi di kelas tidak terlihat adanya kesenjangan sosial. Hal ini akan memudahkan guru dalam menerapkan learning community yang merupakan komponen utama

dalam pendekatan kontekstual. Jika ketujuh kompenen utama dalam pendekatan kontekstual, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya berjalan dengan baik, diduga aktivitas dan hasil belajar siswa akan membaik. Dari uraian di atas, maka dilakukan penelitian terhadap pembelajaran matematika di kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun ajaran 2010/2011 untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran kontekstual terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar matematika siswa? 2. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan berkaitan dengan pendekatan kontekstual dan penerapannya. 2. Dengan mengetahui keterkaitan pengaruh pendekatan kotekstual terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika, calon guru matematika, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. E. Ruang Lingkup Penelitian Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami tulisan ini, perlu dibatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut. 1. Pengaruh dalam penelitian ini adalah signifikansi perbedaan rata-rata skor aktivitas dan nilai hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan deduktif. 2. Aktivitas belajar siswa didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran, meliputi: memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi antara siswa dengan guru (menyatakan pendapat atau bertanya), berdiskusi antar siswa dalam kelompok kecil mengenai pelajaran yang berkaitan (menyatakan pendapat atau bertanya), unjuk kerja (mengaitkan

dengan kehidupan nyata, mengerjakan LKS/latihan), mempresentasikan atau menanggapi/bertanya saat diskusi / latihan, serta membuat kesimpulan. 3. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini merupakan nilai tes matematika siswa di kelas VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung pada pokok bahasan himpunan. 4. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, yang terdiri dari tujuh komponen utama, yaitu : konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. 5. Pendekatan deduktif adalah pendekatan pembelajaran dengan proses penalaran yang bermula dari ke khusus. Pendekatan deduktif diawali dengan menyajikan konsep-konsep umum diikuti dengan contoh-contoh khusus. 6. Model pembelajaran yang digunakan pada kedua kelas adalah NHT.