UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS]

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

III. METODE PENELITIAN. dan di Ruang Gudang Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

UJI KINERJA PENJEMURAN GABAH PADA PARA-PARA MEKANIS DENGAN TIGA KONDISI LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING ENERGI SURYA DENGAN KOLEKTOR KEPING DATAR [THE DESIGN OF SOLAR DRYING TOOL WITH A FLAT CHIP COLLECTORS]

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

KARAKTERISTIK PENGERINGAN KULIT MANGGIS DENGAN ALAT PENGERING HIBRID TIPE RAK. (Mangosteen Peel Drying Characteristics by Hybrid Rack Dryer)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Distribusi Suhu, Aliran Udara, Kadar Air pada Pengeringan Daun Tembakau Rajangan Madura

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

KARAKTERISTIK PENGERINGAN CHIPS MANGGA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA KACA GANDA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk

AGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Naskah ini diterima pada 22 Juli 2013; revisi pada 1 November 2013; disetujui untuk dipublikasikan pada 25 November 2013 ABSTRACT

Juandi M (*), Panca O. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau mail.com ABSTRACT ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGERING KERUPUK TENAGA SURYA TIPE BOX MENGGUNAKAN KOSENTRATOR CERMIN DATAR

ANALISIS SISTEM PENGERING OPAK SINGKONG TIPE RUANG KABINET DENGAN MENGGUNAKAN BIOMASSA LIMBAH PELEPAH PINANG DAN PELEPAH KELAPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

KINERJA PROTOTIPE PENGERING ENERGI SURYA MODEL YSD- UNIB12 DALAM MENGERINGKAN SINGKONG

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ENERGI PANAS PADA PROSES PENGERINGAN MANISAN PEPAYA (Carica Papaya L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING TIPE RAK

Naskah ini diterima pada 12 Agustus 2014; revisi pada 25 Agustus 2014; disetujui untuk dipublikasikan pada 3 September 2014 ABSTRACT

JENIS-JENIS PENGERINGAN

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Analisis Efisiensi Pada Sistem Pengeringan Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Menggunakan Alat Pengering Tipe Lemari

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PENENTUAN KARAKTERISTIK PENGERINGAN BAWANG PUTIH(ALLIUM SATIVUM L.) (Variabel Bentuk Bahan dan Suhu Proses)

UJI KINERJA HAMMER MILL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG [Performance Test Hammer Mill With Corn Feed Corncob]

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 59-68 UJI KINERJA ALAT PENGERING HYBRID TIPE RAK PADA PENGERINGAN CHIP PISANG KEPOK [PERFORMANCE TEST OF HYBRID DRYER SHELVES TYPE FOR DRYING BANANA CHIPS] Oleh : Ika Novita Sari 1, Warji 2 dan Dwi Dian Novita 2 1) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3) Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, email : ikaaanovita11@gmail.com Naskah ini diterima pada 13 Januari 214; revisi pada 12 Februari 214; disetujui untuk dipublikasikan pada 21 Maret 214 ABSTRACT Lampung Province was one of the banana production centers areas in Indonesia, one of them is kepok banana. Bananas don't have a long shelf life, so that it needs an alternative treatment to prolong shelf life so it can provide the value-of banana fruit. Drying system with hybrid is an alternative option. The purpose of this study is to test the performance of the hybrid dryer shelves type for drying banana chips. This research was conducted with three treatments, they were drying using solar energy, drying using electrical energy, and drying using solar energy and electricity, which was using 5 kg banana chips for each treatments. The three treatments of this research showed different results. It took 9 hours to drying banana chips until it reached the water content 1%-12% on drying using solar energy, while drying using electrical energy needed 11 hours, and 8 hours on drying using solar energy and electricity. Energy produced on drying using solar energy amounted to 55859,52 kj, drying using electrical energy amounted to 2768,4 kj and drying using solar energy and electricity was 64417,17 kj. Keywords: Kepok banana chips, drying, the shelves type hybrid dryer ABSTRAK Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah sentra produksi pisang di Indonesia, salah satunya pisang kepok. Pisang tidak mempunyai umur simpan yang lama, karena itu dibutuhkan alternatif pengolahan untuk memperpanjang umur simpan sehingga dapat memberikan nilai tambah buah pisang. Pengeringan dengan sistem hybrid merupakan pilihan alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip pisang kepok. Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu pengeringan menggunakan energi matahari, pengeringan menggunakan energi listrik dan pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik, dengan menggunakan 5 kg chip pisang kepok tiap perlakuan. Dari penelitian ini ketiga perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Untuk mengeringkan chip pisang kepok hingga mencapai kadar air 1% - 12% pada pengeringan dengan menggunakan energi matahari membutuhkan waktu 9 jam, pengeringan dengan menggunakan energi listrik 11 jam, dan pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik selama 8 jam. Energi yang dihasilkan pada pengeringan menggunakan energi matahari sebesar 55859,52 kj, pengeringan menggunakan energi listrik sebesar 2768,4 kj dan pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik yaitu 64417,17 kj. Kata Kunci: Chip pisang kepok, pengeringan, alat pengering hybrid I. PENDAHULUAN Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah sentra produksi pisang di Indonesia. Tingkat produksi pisang tahun 211 sebesar 687.761 ton dan terjadi peningkatan pada tahun 212 menjadi 817.6 ton ( BPS, 213). Pemanfaatan buah pisang saat ini masih dalam bentuk segar yaitu dikonsumsi langsung, ataupun diolah menjadi berbagai jenis makanan dan jajanan tradisional. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan alternatif pengolahan buah pisang yang lebih tinggi kegunaannya dan nilai ekonominya 59

Uji kinerja alat pengering... (Ika Novita S, Warji, dan Dwi dian N) dengan mengolahnya menjadi produk setengah jadi seperti tepung pisang. Tepung pisang dibuat dari irisan buah pisang tua yang telah dikeringkan dalam bentuk chip, yang kemudian ditumbuk secara manual ataupun menggunakan mesin penepung (Departemen Pertanian, 29). Chip pisang yang dapat diolah menjadi tepung harus benar-benar kering dengan kadar air 1%- 12% (Departemen Pertanian, 29). Rendemen tepung pisang, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara 16,25% - 22,5% (Suprapto, 26). Semakin tipis irisan chip pisang, maka pengeringan akan semakin cepat. Menurut (Warji dan Asmara, 21) pada pengeringan chip ubi kayu, pengeringan akan lebih cepat jika ubi kayu dirajang terlebih dahulu. Proses pengeringan chip ubi kayu yang dirajang dengan ketebalan 2 mm, penurunan kadar airnya akan lebih cepat daripada ubi kayu yang utuh atau ubi kayu dengan ketebalan lebih dari 2 mm. Pengeringan produk dapat dilakukan dengan dua cara, pertama penjemuran di bawah sinar matahari sebagai energi panas dan kedua dengan menggunakan alat pengering. Pengeringan dengan cara penjemuran bahan di bawah sinar matahari sangat tergantung pada cuaca, suhu dan kelembaban. Pengeringan dengan menggunakan alat pengering akan menghasilkan mutu yang lebih baik dibandingkan dengan dikeringkan langsung di bawah matahari. Pengeringan dengan alat pengering umumnya memiliki lama pengeringan yang lebih cepat, semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat laju pengeringan serta dapat lebih mempertahankan warna bahan yang dikeringkan (Muchtadi dan Gumbira, 1979 dalam Arifin, 211), Energi matahari merupakan salah satu energi alternatif dengan pemanfaatan yang tinggi disebabkan ketersedianya di daerah tropis tak terbatas (Prasad et al., 26 dalam Susilo dan Okaryanti, 212). Menurut (Anwar dkk, 212), energi radiasi dari matahari merupakan salah satu bentuk energi alternatif yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan guna menggantikan energi bahan bakar minyak. Alat pengering energi surya merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan energi yang dapat diperbaharui tersebut. Pengeringan sistem hybrid yang memanfaatkan energi surya dengan tambahan sumber energi lain (listrik, bahan bakar, dan lain-lain) adalah salah satu alat pengering buatan yang dapat digunakan dalam pengeringan chip pisang kepok ini. Untuk mengetahui dan juga sebagai bahan kajian terhadap perbaikan rancangan alat pengering hybrid tipe rak (APHTR) perlu dilakukan pengujian kinerja alat pengering tersebut. Penggunaan dua sumber pemanas dalam proses pengeringan perlu diketahui kinerjanya, terutama untuk mengeringkan chip pisang kepok pada pembuatan tepung pisang. Keuntungan dari penggunaan alat pengering hybrid tipe rak ini antara lain, tidak tergantung kepada panas matahari dan cuaca, tidak memerlukan tempat yang luas, peubahan suhu dapat diukur dan kapasitas pengeringan bahan dapat disesuaikan dengan yang diperlukan. Tujuan penelitian ini adalah menguji kinerja alat pengering hybrid tipe rak untuk pengeringan chip pisang kepok dengan tiga perlakuan yaitu pengeringan menggunakan sinar matahari, pengeringan menggunakan energi listrik, pengeringan menggunakan sinar matahari dan energi listrik dan penjemuran langsung (secara tradisional) sebagai kontrol. II. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang kepok yang telah matang secara fisiologis, air bersih dan Natrium Bisulfit (NaHSO 3),2%. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengering hybrid tipe rak, alat perajang pisang kepok, pisau stainless steel, baskom, timbangan digital, timbangan manual, oven, alumunium foil, tabung dessicator, thermometer, gelas ukur dan alat tulis. Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan. Ketiga perlakuan tersebut yaitu: A = Pengeringan dengan alat pengering hybrid tipe rak menggunakan energi matahari

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 59-68 B = Pengeringan dengan alat pengering hybrid tipe rak menggunakan energi listrik C = Pengeringan dengan alat pengering hybrid tipe rak menggunakan energi matahari dan energi listrik (hybrid) Kontrol pada penelitian ini diambil dari penjemuran pisang secara tradisional di atas nampah. Jumlah bahan baku yang digunakan pada masing-masing perlakuan adalah 5 kg kecuali pada penjemuran langsung digunakan 1 kg bahan. Proses pengeringan dilakukan hingga chip pisang kepok mencapai kadar air 1%-12%. Setelah itu dilakukan pengamatan berupa perubahan suhu pengeringan, penurunan bobot air, dan lama pengeringan. 2.1. Pengamatan 1. Suhu Pengeringan Pengukuran suhu udara pengering dilakukan dengan menggunakan thermometer yang diletakkann dalam alat pada tiap rak dan thermometer di luar alat untuk mengetahui suhu lingkungan, dan diamati setiap jamnya. 2. Penurunan Bobot Air (basis basah) Keterangan: Kadar Air = kadar air bahan berdasarkan basis basah (% bb) m awal = bobot sampel bahan sebelum pengeringan (g) = bobot sampel bahan kering (g) m akhir 3. Lama Pengeringan Lama pengeringan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan chip pisang kepok, dimulai saat alat terkena sinar matahari atau saat listrik dihidupkan hingga kadar air chip pisang kepok yang diinginkan tercapai, yaitu 1% - 12% basis basah. 4. Analisis Data a. Konsumsi Energi Listrik Konsumsi energi listrik diukur dengan menggunakan kwh meter. b. Beban Uap Air Keterangan: W uap = beban uap air (kgh 2O) M 1 = kadar air awal (% bb) M 2 = kadar air akhir (% bb) = berat bahan kering (kg) W d c. Laju Pengeringan Laju pengeringan (Ḿ) dihitung berdasarkan persamaan: Keterangan: = laju pengeringan air (kg H 2O/jam) t = waktu pengeringan (jam) W uap = beban uap air (kg H 2O) d. Energi Yang Dihasilkan Energi Listrik yang digunakan dihitung dengan persamaan : Q L = Konsumsi energi listrik (kwh) x t (detik) Q L = energi listrik(kj) t = lama waktu pemakaian energi listrik (detik) Energi matahari dihitung dengan menggunakan persamaan (Alexander, 28 dalam Nursanti, 21) : Q sun = I x τ x A x t Q sun = energi matahari (kj) I = radiasi matahari (Watt/m 2 ) τ =transmisivitas polycarbonate (77%) A = luas bidang (m 2 ) t = lama pengeringan (detik) Nilai radiasi matahari dihitung dengan mengkonversi hasil dari pengukuran menggunakan lux meter ke satuan energi W/m 2. Menurut hasil penelitian (Astawa dkk, 211) nilai rata-rata radiasi matahari tertinggi yang diukur menggunakan penyerap radasi surya tipe bergelombang berbahan dasar beton yaitu sebesar 962,22 W/m 2 dan nilai rata-rata radiasi matahari terendah yaitu sebesar 166,67 W/m 2. 61

Suhu ( C) Uji kinerja alat pengering... (Ika Novita S, Warji, dan Dwi dian N) e. Energi Yang Dimanfaatkan Untuk Pengeringan Jumlah energi yang dibutuhkan selama pengeringan dapat dihitung dengan persamaan (Taib dkk, 1988): Q = Q 1 + Q 2 Q = jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan dan menguapkan air bahan (kj) Q 1 = jumlah panas yang digunakan untuk menguapkan air bahan (kj) Q 2 = jumlah panas yang digunakan untuk memanaskan bahan (kj) Q 1 = W uap x H fg Q 1 = energi untuk menguapkan air (kj) W uap = beban uap air (kg H 2O) H fg = panas laten (kj/kg) H fg = panas Laten (kj/kg) T = suhu bahan ( o C) Q 2 = m x C p x T m = massa bahan yang dikeringkan (kg) Cp = panas jenis bahan yang dikeringkan (kj/kg o C) T = kenaikan suhu bahan ( o C) Efisiensi pengeringan dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah energi untuk menguapkan air bahan dengan energi yang dihasilkan dari energi listrik, dengan menggunakan persamaan: keterangan : Eff = efisiensi pemanasan (%) Q out = energi yang digunakan untuk menguapkan air dan memanaskan bahan (kj) Q in = energi yang dihasilkan oleh sumber energi yang masuk ke dalam ruang pengering (kj) Data-data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Suhu Pengeringan 3.1.1 Pengeringan dengan APHTR Menggunakan Energi Matahari Pengeringan dengan alat menggunakan energi matahari ini, menghasilkan sebaran suhu pada ruang pengering yang cukup merata di rak kanan dan kiri, sedangkan pada rak atas dan bawah terdapat perbedaan suhu yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan letak rak nomor 5 berada paling atas 5 4 3 2 1 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5 Lingkungan 3 9 12 18 24 3 3 42 48 54 Waktu (menit) Gambar 1. Suhu ruang pengering dengan sehingga menggunakan lebih banyak energi matahari mendapatkan sinar f. Efisiensi Pengeringan matahari dibandingkan dengan rak yang 62

Suhu ( C) Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 59-68 berada dibawahnya. Suhu yang dihasilkan pada ruang pengering dalam pengeringan ini berkisar antara 29 C 5 C. Perubahan suhu pada pengeringan ini dapat dilihat pada Gambar 1. pengeringan lainnya. Hal ini dikarenakan pada pengeringan ini memiliki dua sumber panas yaitu panas matahari dan energi listrik, sehingga pengeringan dilakukan secara hybrid. Sebaran suhu ruang pengering pada pengeringan ini cenderung 5 4 3 2 1 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Rak 4 Rak 5 Lingkungan 3 9 12 18 24 3 3 42 48 54 6 Waktu (menit) Gambar 2. Suhu ruang pengering dengan menggunakan energi listrik 3.1.2. Pengeringan dengan APHTR Menggunakan Energi Listrik Pengeringan dengan alat menggunakan energi listrik menghasilkan sebaran suhu pada ruang pengering yang tidak merata antara rak sebelah kanan dan kiri. Rak kanan memiliki sebaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan rak kiri. Hal ini terjadi dikarenakan oleh pemanas yang terletak di dekat rak kanan bagian bawah. Suhu pada pengeringan ini berkisar antara 25 C- 37 C. Proses pengeringan chip pisang kepok dapat dilakukan di dalam ruangan dan efektivitas pengeringan tidak bergantung pada panas matahari. Perubahan suhu ruang pengering pada pengeringan ini dapat dilihat pada Gambar 2. 3.1.3. Pengeringan dengan APHTR Menggunakan Energi Matahari dan Listrik lebih merata dan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan lainnya, rata-rata sebaran suhu pada masing-masing rak berkisar antara 35,86-39,47 C. Suhu tertinggi terdapat pada rak nomor 5 yaitu sebesar 52 C. Perubahan suhu ruang pengering pada pengeringan ini dapat dilihat pada Gambar 3. 3.1.4. Penjemuran (tradisional) Proses pengeringan chip pisang kepok secara tradisional menggunakan tampah dan dijemur di bawah sinar matahari. Pada pengeringan ini terlihat bahwa semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin cepat proses pengeringan berlangsung. Efektivitas pengeringan tradisional sangat bergantung pada intensitas cahaya matahari dan angin. Perubahan suhu pada penjemuran langsung (tradisional) dapat dilihat pada Gambar 4. Pengeringan dengan alat menggunakan energi matahari dan listrik memiliki lama pengeringan yang lebih cepat dibandingkan 63

Suhu ( C) Suhu ( C) Uji kinerja alat pengering... (Ika Novita S, Warji, dan Dwi dian N) 5 4 3 2 Rak 1 Rak 2 1 Rak 3 Rak 4 Rak 5 Lingkungan 3 9 12 18 24 3 3 42 48 Waktu (menit) Gambar 4. Suhu ruang pengering dengan menggunakan energi matahari dan listrik (hybrid) 5 4 3 2 1 3 9 12 18 24 3 3 42 48 54 6 Waktu (menit) Gambar 3. Suhu pada pengeringan tradisional (kontrol) 3.2. Penurunan Kadar Air Penurunan kadar air pada masing-masing perlakuan berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 5. Pada pengeringan menggunakan energi matahari dibutuhkan waktu selama 9 jam hingga sampel bahan mencapai kadar air akhir 1,16 % bb. Pada pengeringan menggunakan energi listrik kadar air akhir rata-rata diperoleh setelah pengeringan selama 11 jam yaitu sebesar 1,47 % bb. Lama waktu pengeringan yang dibutuhkan pada pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik adalah 8 jam dengan kadar air akhir rata-rata mencapai 9,61%. Dan pengeringan secara tradisional dilakukan selama 11 jam, hingga mencapai kadar air optimal yang diinginkan yaitu sebesar 1,9 % bb. Pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik memiliki pola penurunan kadar air lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya, karena terdapat dua sumber energi panas yang menghasilkan suhu yang cukup tinggi sehingga kadar air bahan yang dikeringkan lebih cepat menurun. Data keseluruhan yang disajikan menunjukkan bahwa suhu pada ruang pengering berbanding terbalik dengan 64

Waktu (jam) Kadar air (% bb) Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 59-68 kadar air bahan. Semakin tinggi suhu ruang pengering maka semakin rendah kadar air bahan, dan akan semakin cepat proses pengeringannya. Grafik penurunan kadar air memperlihatkan bahwa penurunan kadar air terhadap waktu pengeringan memiliki pola eksponensial. Laju penurunan kadar air meningkat tajam pada awal pengeringan sampai mendekati kadar air 2 %, tetepi selanjutnya laju penurunan kadar air menurun secara perlahan-lahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Henderson dan Perry, 1976 dalam Nursanti, 21) bahwa proses pengeringan terbagi menjadi 2 periode pengeringan, yaitu periode laju pengeringan tetap (konstan) dan periode laju kadar air kritis (critical moisture content). 7 5 4 3.3. Analisis Efisiensi 3.3.1. Lama Pengeringan Proses pengeringan chip pisang kepok dengan APHTR menggunakan energi matahari dan listrik memiliki lama pengeringan yang paling cepat dibandingkan yang menggunakan energi matahari saja atau energi listrik saja, yaitu berlangsung selama 8 jam. Hal ini dikarenakan pada pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik mempunyai dua sumber energi panas sehingga suhu pengeringan yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dua perlakuan lainnya, yaitu mencapai 52 C. Sedangkan pada pengeringan menggunakan energi listrik suhu yang dihasilkan relatif lebih kecil Matahari Listrik Hybrid Kontrol 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 Waktu (jam) Gambar 5. Penurunan kadar air pada semua perlakuan 12 1 8 6 4 2 matahari listrik hybrid kontrol Perlakuan Gambar 6. Lama pengeringan tiap perlakuan 65

Uji kinerja alat pengering... (Ika Novita S, Warji, dan Dwi dian N) dan hampir sama dengan suhu lingkungan saat pengeringan dilakukan yaitu berkisar antara 27 C 32 C. Lama pengeringan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6. 3.3.2. Laju Pengeringan Rata-rata laju pengeringan chip pisang kepok selama proses pengeringan menggunakan energi matahari adalah sebesar,32 kgh 2O/jam, untuk pengeringan menggunakan energi listrik sebesar,245 kgh 2O/jam, dan untuk pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik sebesar,357 kgh 2O/jam. Pengeringan menggunakana energi matahari dan listrik memiliki laju pengeringan yang lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya, suhu pada pengeringan ini lebih tinggi karena menggunakan dua sumber energi panas sehingga laju pengeringannya paling besar dan lebih cepat. Data ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu saat proses pengeringan berlangsung, maka semakin banyak air yang diuapkan dan semakin cepat laju pengeringannya. ini dikarenakan pada pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik terdapat dua sumber energi panas yaitu sinar matahari dan energi listrik. 3.3.4. Energi yang Digunakan selama Proses Pengeringan Jumlah energi yang dihasilkan selama proses pengeringan chip pisang kepok pada pengeringan menggunakan energi matahari adalah sebesar 9628,94 kj, pada pengeringan menggunakan energi listrik sebesar 9125,97 kj dan pada pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik adalah sebesar 9574,31 kj. Panas laten uap air, energi untuk menguapkan air bahan dan energi untuk memanaskan bahan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. 3.3.5. Efisiensi Pengeringan Efisiensi pengeringan merupakan perbandingan jumlah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan air dari bahan dan energi untuk memanaskan bahan, dengan energi yang dihasilkan selama proses Tabel 1. Energi yang dihasilkan selama proses pengeringan Perlakuan Energi yang dihasilkan (kj) Matahari 55859,52 Listrik 2768,4 Hybrid 64417,17 3.3.3. Energi yang Dihasilkan selama Proses Pengeringan Energi yang dihasilkan selama proses pengeringan chip pisang kepok dapat dilihat pada Tabel 1. Pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik (hybrid) memiliki nilai energi yang paling besar daripada dua pengeringan lainnya yaitu 64417,17 kj, hal pengeringan berlangsung. Efisiensi pengeringan dengan menggunakan energi matahari adalah 12,9 %., efisiensi pengeringan dengan menggunakan energi listrik 24,19 %. dan efisiensi pengeringan dengan menggunakan energi matahari dan listrik yaitu 11,11 %. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pengeringan masing- Tabel 2. Energi yang digunakan selama proses pengeringan Perlakuan Panas laten uap air (kj) Energi untuk menguapkan air bahan (kj) Energi untuk memanaskan bahan (kj) Matahari 2422 712,68 86,26 Listrik 2428 6555, 142,37 Hybrid 2414 694,4 256,27 66

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol.3, No. 1: 59-68 masing perlakuan, energi panas yang dihasilkan selama proses pengeringan belum termanfaatkan dengan maksimal namun cukup efektif untuk mengeringkan bahan hingga mencapai kadar air yang 1 % bb 12 % bb. Energi yang dihasilkan cukup besar, namun energi yang digunakan untuk memanaskan bahan dan menguapkan air lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas bahan masukkan bahan dapat ditambah lebih banyak lagi, sehingga energi panas yang dihasilkan bisa lebih termanfaatkan dengan baik. Secara keseluruhan dari hasil uji kinerja dan perhitungan yang telah dilakukan, kinerja alat pengering hybrid tipe rak ini cukup baik dan dapat dijadikan pilihan alternatif untuk mengeringkan chip pisang kepok maupun berbagai komoditas pertanian lainnya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Alat pengering hybrid tipe rak dapat mengeringkan chip pisang kepok sebanyak 5 kg bahan dengan kadar air awal 61,25% - 63,9% hingga tercapai kadar air akhir yaitu 9,61% - 1,47%. Dengan lama pengeringan menggunakan energi matahari 9 jam, pengeringan menggunakan energi listrik 11 jam, dan pengeringan menggunakan energi matahari dan listrik 8 jam. 2. Rata-rata sebaran suhu ruang pengering dengan menggunakan energi matahari adalah 34 C, dengan menggunakan energi listrik sebesar 31 C, dan dengan menggunakan energi matahari dan listrik sebesar 37 C. 3. Laju pengeringan dengan menggunakan energi matahari adalah,32 kgh 2O/jam, dengan menggunakan energi listrik,245 kgh 2O/jam, dan dengan menggunakan energi matahari dan listrik,357 kgh 2O/jam. 4. Efisiensi pengeringan dengan menggunakan energi matahari adalah 12,9%, dengan menggunakan energi listrik 24,19%, dan dengan menggunakan energi matahari dan listrik adalah 11,11%. 67

Uji kinerja alat pengering... (Ika Novita S, Warji, dan Dwi dian N) DAFTAR PUSTAKA Anwar, Ch. H., B. Lanya., A. Haryanto., Tamrin. 212. Rancang Bangun Alat Pengering Energi Surya Dengan Kolektor Keping Datar. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 1 No. 1. Oktober (29-36). Arifin, S. 211. Studi Pembuatan Pati Dengan Subtitusi Tepung Pisang Kepok (Musa Paradisiaca formatypica). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Warji dan S. Asmara. 21. Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 24 No. 2. Oktober (75-8). Astawa, K., M. Sucipta., I.P.G.A. Negara. 211. Analisa Performansi Destilasi Air Laut Tenaga Surya Mengunakan Penyerap Radiasi Surya Tipe Bergeombang Berbahan Dasar Beton. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakram Vol. 5 No. 1. April (7-13). BPS. 213. www.bps.go.id diakses tanggal 18 Maret 213. Departemen Pertanian. 29. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Pisang. Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. Jakarta. Nursanti, L. S. 21. Kinerja Alat Pengering Hybrid Tipe Rak Untuk Pengeringan Biji Kakao. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Suprapto, H. 26. Pengaruh Perendaman Pisang Kepok (Musa acuminax balbisiana Calla). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 2. Hlm 74-8. Susilo, B. dan R. W. Okaryanti. 212. Studi Sebaran Suhu Dan RH Mesin Pengering Hybrid Chip Mocaf. Jurnal Teknologi Petanian. Vol. 13 No. 2. Agustus (88-96). Taib, G., Said, G. dan Wiraatmadja, S. 1988. Operasi Pengeringan pada Pengolahan Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana Perkaya. Jakarta. 68