BAB 5. ab 5: Area A AREA RESIKO SANITASI risiko Sanitasi. 5.1 Area Berisiko Sanitasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 RENCANA IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V Area Beresiko Sanitasi

BAB V AREA BERESIKO SANITASI

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB V AREA BERESIKO SANITASI

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BAB V AREA BERESIKO SANITASI. Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

BAB 5. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, 2014

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI KOTA TERNATE BAB 5

Bab 5: 5.1 AREA BERESIKO SANITASI

BAB 5 AREA BERESIKO SANITASI INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

berdasarkan data primer, dalam hal ini hasil studi EHRA.

BAB 5 BUKU PUTIH SANITASI 2013

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB 5 INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Arah Pengembangan Sanitasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

Gali/Penampungan Air Hujan); jumlah jamban; jumlah RT & RW, jumlah populasi atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Buku Putih Sanitasi 2013

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel Kecamatan Dan Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2014Kota Padangsidimpuan. Kecamatan Kluster. PSP.Tenggara 3. PSP.

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

5.1 AREA BERESIKO SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014 Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Seluruh masyarakat Kota Tebing Tinggi. Hasil yang diharapkan 1 unit IPLT dibangun dan dapat beroperasi mulai tahun 2018 Rincian Kegiatan

STRATEGI MONEV SETRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN PELALAWAN

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

LAMPIRAN 5Deskripsi Program dan Kegiatan

Tabel Deskripsi Program / Kegiatan

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tersusunnya dokumen perencanaan air limbah domestik. skala Kabupaten pada akhir tahun 2016

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

KETUA PENGADILAN NEGERI AMBON DAN KETUA PENGADILAN AGAMA AMBON

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

2. Program Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Domestik Sistem Setempat dan Sistem Komunal

Bab 3 : Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI

Transkripsi:

ab 5: Area A AREA RESIKO SANITASI risiko Sanitasi BAB 5 5.1 Area Berisiko Sanitasi Risiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Proses penentuan area berisiko dimulai dengan analisis data sekunder, diikuti analisis berdasarkan hasil studi EHRA dan dengan penilaian SKPD. Penentuan area berisiko akan dilakukan bersama-sama seluruh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Buru Selatan berdasarkan hasil dari ketiga data tersebut. 1. Penentuan area berisiko berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat risiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD mengenai ketersediaan layanan fasilitas air bersih dan sanitasi dan data umum, meliputi nama kelurahan, luas administratif, luas terbangun; pertumbuhan penduduk; Jumlah KK dalam setiap kelurahan/desa; kepadatan penduduk; klasifikasi urban dan rural; area CBD (Central Bussiness Development); Jumlah KK miskin; jumlah KK yang masih melakukan BABS; jumlah KK ke akses sistem tidak layak dan layak (On-Site) dan akses ke Sistem Komunal serta akses ke sistem terpusat (Off-Site); jumlah sampah rumah tangga yang terkumpul dan terangkut; jumlah TPS dan TPS-3R yang ada dan juga jumlah Pasar; serta daerah yang terpengaruh pasang surut dan wilayah yang terpengaruh genangan.. 2. Studi EHRA merupakan data primer yang diambil berdasarkan survey partisipatif di Kabupaten Buru Selatan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi skala rumah tangga di Kabupaten Buru Selatan dengan jumlah responden yaitu 400 rumah tangga di 10 Desa se-kabupaten Buru Selatan. Hasil dari analisa Studi EHRA yang tergambarkan dalam Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan risiko sanitasi, dalam hal ini dapat memberikan informasi indicative Magnitude atas skala permasalahan sanitasi secara relative di satu strata terhadap strata lainnya dan sebagai salah satu komponen dalam menentukan area berisiko sanitasi. Sebagai penentu area berisiko sanitasi, maka telah dipilih dan disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Buru Selatan beberapa indikator penentu area berisiko sanitasi yaitu : (1) Genangan Air, (2) Persampahan, Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 1

(3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, (4) Air Limbah Domestik, (5) Sumber Air Minum Rumah Tangga. 3. Penentuan area beresiko berdasarkan penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi dari Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) dan Bagian Humas Kabupaten Buru Selatan. Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Penilaian SKPD dan data studi EHRA untuk wilayah kajian sanitasi di 6 Kecamatan dengan 81 Desa, diperoleh gambaran area beresiko sanitasi Kabupaten Buru Selatan untuk pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan. (Lihat Peta 5.1. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik, Peta 5.2. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Persampahan, dan Peta 5.3. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi Drainase Perkotaan) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 2

Peta 5.1: Peta Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik PETA PETA AREA BERESIKO AIR AIR LIMBAH LIMBAH DOMESTIK ZONA 2 KEC. KEPALA MADAN ZONA 1 ZONA 3 ZONA 3 ZONA 2 KEC. LEKSULA KEC. FENAFAFAN ZONA 2 KEC. NAMROLE ZONA 1 ZONA 3 KEC. WAESAMA ZONA 3 Resiko Tinggi Resiko sangat Tinggi Tinggi Resiko Rendah Tinggi Resiko Rendah Sangat Rendah Resiko Sangat Rendah ZONA 2 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 1 ZONA 3 KEC. AMBALAU ZONA 2 POKJA POKJA SANITASI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BURU BURU SELATAN SELATAN Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 3

Berdasarkan peta ilustrasi area beresiko sanitasi air limbah domestik Kabupaten Buru Selatan dapat dilihat bahwa 33 Desa merupakan area beresiko sangat tinggi dan 37 Desa merupakan beresiko tinggi. Sedangkan Desa lainnya merupakan area beresiko rendah dan sangat rendah. Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana air limbah yang kurang memadai sehingga memicu perilaku buang air besar sembarangan (BABs). (Lihat Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Air Limbah Domestik) Tabel 5.1: : Area berisiko sanitasi Air Limbah Domestik N0 Area Berisiko Wilayah Prioritas Air Limbah 1 Resiko 4 Labuang Wali Tikbari Namrinat Labuang Wali Lena Pohon Batu Waeteba Hote Waemasing Batu Kasa Pasir Putih Walbele Waeha Bala-bala Waehotong Ewiri Neath Liang Waehaolon Waenamaolon Lumoy Nusa Rua Mangeswaen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 4

Fakal Uneth Waeraman Waelo Siwatlahin Trukat Waeken Batu Karang 2 Resiko 3 Wamkana Waenalut Oki Baru Oki lama Masnana Kamanglale Waenono Batu Tulis Waetawa Waesili Simi Waelikut Balpetu Waekeka Nanali Fogi Waepandan Air Ternate Sekat Batu Layar Siopot Emguhen Waeturen Waehaka Waemala Tifu Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 5

Nalbessy Kase Slealale Walunhelat Waewali Grahwaen Terkuri Masawoy Ulima Selasi Elara Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Buru SelatanTahun 2014, hasil analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 6

Peta 5.2: Peta Area Berisiko Sanitasi Persamspahan PETA AREA BERESIKO PERSAMPAHAN Resiko sangat Tinggi Resiko Tinggi Resiko Rendah Resiko Sangat Rendah POKJA SANITASI KABUPATEN BURU SELATAN Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 7

Wilayah area beresiko sanitasi untuk sub sektor persampahan Kabupaten Buru Selatan terdiri dari 9 desa yang beresiko sangat tinggi dan sebanyak 30 desa yang berisiko tinggi. Permasalahan utama yang ditemukan yakni perilaku masyakat yang sering membuang sampah ke drainase,sungai maupun tempat tempat umum lainnya,sehingga menyebabkan buruknya sistem sanitasi dikelurahan tersebut.walaupun sistem pengangkutan sampah dikabupaten Buru Selatan sudah cukup memadai. (Lihat Tabel 5.2. Area Beresiko Sanitasi Persampahan) Tabel 5.2: Area berisiko sanitasi Persampahan N0 Area Berisiko Wilayah Prioritas Persampahan 1 Resiko 4 Lena Pasir Putih Walbele Ewiri Lumoy Masawoy Mangeswaen Uneth Waeraman 2 Resiko 3 Oki Baru Labuang Wali Tikbari Namrinat Batu Tulis Waetawa Waelikut Wamsisi Pohon Batu Waeteba Hote Waemasing Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 8

Nanali Fogi Waepandan Air Ternate Emguhen Waehotong Waeturen Waemala Leksula Kampung Baru Siwar Nusa Rua Waelo Siwatlahin Trukat Waeken Batu Karang Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Buru SelatanTahun 2014,hasil analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 9

Peta 5.3: Peta Area Berisiko Sanitasi Drainase Perkotaan PETA AREA BERESIKO DRAINASE Resiko sangat Tinggi Resiko Tinggi Resiko Rendah Resiko Sangat Rendah POKJA SANITASI KABUPATEN BURU SELATAN Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 10

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 11

Pada sub sektor drainase permasalahannya terletak pada dokumen-dokumen perencanaan yang menjadi pijakan dalam pengelolaan belum cukup tersedia dan partisipasi masyarakat serta pihak swasta belum terlibat secara optimal yang berakibat pada kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan drainase masih sangat rendah. Untuk wilayah dengan resiko sangat tinggi terdapat 26 Desa,sedangkan untuk yang berisiko tinggi terdapat pada 16 Desa. (Lihat Tabel 5.3. Area Beresiko Sanitasi Drainase.) Tabel 5.3: Area berisiko sanitasi Drainase No. Area Berisiko Wilayah Prioritas Drainase 1 Resiko 4 Waenalut Elfule Oki Lama Labuang Wali Tikbari Masnana Namrinat Waefusi Batu Tulis Lena Waehotong Tifu Leksula Neath Liang Slealale Walunhelat Waehaolon Waewali Lumoy Masawoy Kampung Baru Siwar Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 12

Nusa Rua Batu Karang 2 Resiko 3 Lektama Fatmite Waelikut Wamsisi Waeteba Hote Pasir Putih Waepandan Waeturen Waemala Mangeswaen Waekatin Fakal Uneth Waeraman Waelo Siwatlahin Trukat Waeken Sumber : Pokja Sanitasi, hasil analisis Buku Putih Sanitasi Kabupaten Buru Selatan 2014 13