HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

KONSEP EKONOMI SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF PEREKONOMIAN BALI 1. Oleh: I Made Sukarsa, 2. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

PROSPEK DAN TANTANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DI BALI 1 I Made Sukarsa 2

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Keluarga Dampingan 1.2 Profil Keluarga Dampingan

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

1.1 Profil Keluarga Dampingan

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Pedoman Upacara Pitra Yadnya Ngaben dan Atma Wadana. Yayasan Pitra Yadnya Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

DRAFT MATERI SANGKEP 11 JUNI 2017

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba. dalam Islam disebut dengan musholla. Pada waktu itu dibangunlah Pura yang

TERITORI RUANG RITUAL PADA PURA LUHUR DWIJAWARSA MALANG

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Aplikasi Pembelajaran Membuat Ketupat dengan Animasi Model 3D Berbasis Android

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

Komodifikasi Banten Di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG CANANG DI PASAR BADUNG

BANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

Putu Weddha Savitri Jurusan Sastra Inggris Universitas Udayana Abstrak

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

INTERAKSI SOSIAL DALAM PELAKSANAAN RITUAL KEAGAMAAN MASYARAKAT HINDU-BALI (Studi Pada Ritual Ngaben di Krematorium)

BAB III. Bab ini membahas tentang ritual kelahiran umat hindu meliputi: setting

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

DUDONAN KARYA MELASPAS, MUPUK PEDAGINGAN, NGENTEG LINGGIH, PADUDUSAN ALIT, TAWUR WERASPATI KALPA NO GALAH EED KARYA PENYANGGRA PEMUPUT PIRANTI

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

Implementasi Struktur Data tree pada Sistem Informasi Upacara yadnya Berbasis Android

UPACARA NGEREBEG DI DESA PAKRAMAN MANDUANG KECAMATAN KLUNGKUNG KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

ARTIKEL KARYA SENI NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI SANGHYANG PENYALIN DI SANGGAR KERTHI BHUANA SARI PANCASARI BULELENG. Oleh : LUH PUTU AYU KARUNI

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

KELUARGA MAHASISWA HINDU & BUDHA SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA (KMHB-STAN) PROGRAM KERJA

FUNGSI WALI TARI REJANG SUTRI Oleh: I Wayan Budiarsa Dosen PS Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO pada tahun 1995, penderita non psikotis di Indonesia seperti stres

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62

SPIRITUAL ECONOMICS DALAM ERA GLOBALISASI EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

BAB I PENDAHULUAN. secara lahir dan batin, yang oleh masyarakat disebut soroh. Soroh merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Semuanya dijelaskan di bawah ini.

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

UPACARA AGAMA HINDU DI BALI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KONSERVASI TUMBUHAN. ( SUATU KAJIAN PUSTAKA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

UPACARA NGABEN NINGKEB DI BANJAR KEBON DESA PAKRAMAN BLAHBATUH KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Kajian Filosofis)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

SURAT EDARAN TENTANG DONATUR Nomor : 01/YPI/ADM/I/2018

Transkripsi:

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2 Pemahaman agama Hindu bisa didekati dengan tiga cara yaitu dengan mempelajari dan melaksanakan tattwa atau filsafat, bertindak sesuai dengan susila dan melakukan upacara. Upacara merupakan simbul-simbul dari uraian filsafat atau tatwa. Simbul-simbul itu merupakan terjemahan dari tatwa maupun susila. Demikian pula seseorang jika ingin melakukan yadnya, bisa dengan melakukan kerja (krya punya), memberikan sesuatu barang berharga atau sejumlah uang (dana punya), memberikan sumbangan pemikiran, pemecahan masalah atau sumbangan ilmu terhadap agama (jnana punya). Semua ini mempunyai kadar sumbangan yang sama pada agama. Secara normatif pengeluaran ritual masyarakat Hindu di Bali mengalir begitu saja sepanjang masa, bahkan semasih dalam kandungan (manusa yadnya) sampai pada kehidupan setelah mati (pitra yadnya). Seperti yang digambarkan pada Gambar 1, dalam life-cycle manusia pengeluaran itu terjadi sejak dalam kandungan yang baru berumur beberapa bulan. Rp (0 6 ) Perkiraan Pengeluaran Ritual 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Bulan 0 3 12 42 105 210 20 40 60 67 Hari Tahun Manusa Yadnya Pitra Yadnya Gambar 1 SIKLUS HIDUP DAN PERKIRAAN PENGELUARAN RITUAL (NORMATIF) 1) Makalah disampaikan pada Sarasehan Sinkronisasi Tattwa, Susila dan Ritual dalam Pelaksanaan Upacara (Yadnya) dalam rangka HUT ke 57 Maha Gotra Sanak Sapta Rsi. Denpasar 26 April 2009 2 Gurubesar Fakultas Ekonomi Univ Udayana dan Univ. Warmadewa.

Secara normatif pengeluran ritual selama hidup (mulai dalam kandungan sampai dengan beberapa tahun setelah meninggal, dialami tiga kali pengeluaran yang cukup banyak (pada grafik pengeluaran yang naik) yaitu ketika dalam kandungan, setelah dewasa dan setelah meninggal. Berbagai jenis pengeluaran yang akan dilakukan mulai dari dewa yadnya, rsi yadnya, pitra yadnya, butha yadnya dan manusa yadnya (panca yadnya). Pada Tabel 1 terlihat untuk dewa yadnya terdapat 108 kali upacara rutin dalam setahun (Icaka) seperti purnama, tilem kajeng kliwon dll). Tabel 1 Jenis Upacara dalam Enam Bulan (210 hari) (Wuku Sinta sampai Watugunung). Yadnya Jenis Upacara Keterangan 1. Dewa Yadnya 1. Rutin: 54 kali (Purnama, Tilem, Kajeng Lihat Lampiran I Kliwon, Anggar Kasih, Tumpek, Galungan Kuningan, Saraswati, Pagerwesi, dll 2. Rsi Yadnya 3. Pitra yadnya 4.Bhuta yadnya 2. Tidak rutin: Peresmian Pura (melaspas), Odalan (hari raya enam bulanan) merajan, pelinggih, dll. Pemujaan atau penghormatan kepada para pandita, pemangku. Upacara kematian, ngaben, dan persembahan terpana. Korban suci pada roh halus (bhuta kala) berupa segehan dan caru. Di Bali terdapat 9 pura kahyangan jagat, 714 bh dang kahyangan, 4536 bh pura kahyangan tiga 6345 bh pura pemujaan leluhur Di Bali terdapat 541 pendeta, dan 10.080 pemangku (data th.1983) 5. Manusa Yadnya Upacara Penyucian yang ditujukan kepada manusia a.l. a. Upacara Perkawinan b. Upacara bayi dalam kandungan (magedong-gedongan) c. Upacara bayi baru lahir d. Upacara putus puser e. Upacara bayi umur 12 hari f. Upacara bayi umur 42 hari (tutug kambuhan) g. Upacara bayi umur 105 hari (nyambutin). h. Upacara bayi umur 210 hari (satu oton). i. Upacara tumbuh gigi pertama j. Upacara meningkat dewasa (munggah deha). k. Upacara potong gigi (mapandes). l. Upacara mewinten. Sumber: Sukarsa (2005a) Menghitung jumlah pengeluaran untuk keseluruhan upacara diatas sangat lah sulit. Diperlukan ketekunan dalam melakukan penelitian ini. Dalam kurun 2

waktu 6 tahun telah dilakukan beberapa kali penelitian yang menghasilkan beberapa sajian berikut. e 3 e 4 e 5 0,40 0,79 0,62 TT1 TT3 TT4 e 1 0,22 PP1 0,47 e 6 0,30 SS2 e 7 0,29 0,37 (s) SS1 0,54 0,55 0.22(n.s) 0,20 0,89 0,79 TATTWA e 12 0,23(s) 1,00-0,23(s) -0,06(n.s) SUSILA e 13-0,26 (n.s) e 11 1,00 UP4 1,00 PENDAPATAN 1,10(s) P. RITUAL -0,17 0,10 (n.s) 0,10(ns) -,01(n.s) e 15 PP2 UPACARA e 14 0,03 e 2 UP1 e 8 1,00 Goodness of fit : Chi Square : 22,434 Prob. : 0,317 RMSEA : 0,017 GFI : 0,988 AGFI : 0,973 Keterangan = Variabel laten/bentukan = Variabel terukur/indikator = Pengaruh antarvariabel Indikator Variabel TT1 = Kepemilikan buku agama; TT3 = Mengerti makna yang terkandung dalam lontar; TT4 = Bisa mempraktikkan isi buku agama dan lontar; UP1 = Jumlah tandingan banten pada persembahyangan rutin; SS2 = Frekuensi menghadiri undangan, SS3 = Frekuensi ikut serta gotong royong; UP4 = Jumlah pengeluaran untuk upacara dewa yadnya dan butha yadnya; PP1 = Pendapatan sementara; PP2 = pendapatan permanen. GAMBAR:2. MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL HUBUNGAN ANTARA TATTWA, SUSILA DAN UPAKARA = Pembentuk 3

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 model persamaan struktural, kelihatan hubungan yang terjadi antara pendapatan, tattwa, susila, pelaksanaan upacara dan pengeluaran untuk ritual. Pendapatan seseorang ternyata secara langsung mempengaruhi pengeluaran ritual dan pengetahuan tattwa seseorang. Demikikan pula secara signifikan tattwa mempengaruhi pengeluran ritual, hanya hubungan itu sifatnya berlawanan arah. Artinya jika kadar tattwa seseorang cukup tinggi akan cenderung mengeluarkan pendapatan untuk ritual lebih sedikit. (tanda koefisien negatif). Tattwa juga mempengaruhi secara langsung susila seseorang. Dalam suatu penelitian di Kabupaten Gianyar, diperoleh pengeluaran masyarakat untuk menjaga keharmonisan antara manusia dengan lingkungannya yang di tunjukkan dengan pengeluran untuk butha yadnya sebanyak Rp.164.615,38 selama setahun. Sedangkan hubungan manusia dengan manusia dikeluarkan hampir Rp.5 juta setahun. Gambar 3 JUMLAH PENGELUARAN UNTUK PELAKSANAAN TRIHITAKARANA DI KABUPATEN GIANYAR TUHAN Dewa Yadnya Rp.3.618.323,08 MANUSIA Manusa Yadnya: Rp.1.965.480,76 Undangan : Rp. 667.692,31 Gotong royong: Rp. 2.158.520,40 T o t a l : Rp. 4.791.693,47 MANUSIA Butha Yadnya Rp.164.615,38 LINGKU NGAN Ternyata pengeluaran untuk butha yadnya, yang biasanya ada hubungannya dengan menjaga hubungan baik dengan alam lingkungan 4

baru 2 persen saja dilakukan oleh masyarakat kita dibandingkan dengan pengeluaran untuk ritual. Gambar 4. Proporsi Pengeluaran Untuk Butha, Manusa dn Dewa Yadnya di Kabupaten Gianyar. Pengeluaran untuk Dewa, Manusa dan Butha Yadnya Butha Yadnya 2% Dew a Yadnya 42% Manusa Yadnya 56% Dew a Yadnya Manusa Yadnya Butha Yadnya Sumber: Sukarsa (2008). Data pada tahun 2005 menunjukkan masyarakat Bali mengeluarkan pendapatannya baru 10,42 persen untuk pengeluaran ritual. Tabel 2 menunjukkan rata-rata rumah tangga membuat banten saiban dan banten rerahinan rutin (pengkajeng-kliwonan, murnama tilem) sebanyak 34 tandingan. Rentang jumlah tandingan dari 9 sampai 105 tandingan. Tandingan banten yang relatif sedikit ditemukan pada rumah tangga di perkotaan. Yang menarik ada rumah tangga yang setiap hari harus mebanten saiban 105 tanding. Waktu yang dibutuhkan untuk aktivitas ini kira-kira 2 jam. Jenis ini banyak terdapat pada kumpulan keluarga yang menempati pekarangan lama (pekarangan tua). Dalam penelitian yang lain ditemukan untuk canang sari diperlukan 6 jenis barang yaitu bunga, busung+ron, samsam, pisang, porosan, dan semat. Sedangkan untuk daksnina diperlukan 13 jenis barang mulai dari kelapa, telor sampai daun dan tebu. Canang sari memerlukan bunga 8,5 gram, busung+ron sebanyak 15 gram. Sedangkan daksina memerlukan kelapa 500 gram, telor (itik) 57 gram, beras 20 gram, sampai bunga 10 gram dan busung 80 gram. Jumlah keluarga di Bali 5

sebanyak 688.281 KK pada tahun 2003, jika rata-rata setahun mebanten canangsari sebanyak 108 kali maka di Bali akan diperlukan bunga sebanyak 21.482,65 ton dan busung sebanyak 37.966,27 ton. Tabel 2.Data Statistik Tentang Variabel Keluarga (6 bulan) Prov. Bali No VARIABEL MIN MAX RATA -RATA STD DEV 1 Umur (th) 20 75 47,67 9,04 2 Lama Pendidikan (th) 0 24 11,94 5,01 3 Luas Pekarangan (m2) 190 560 309,11 95,01 4 Luas bangunan (m2) 80 350 161,13 60,88 5 Luas Merajan (m2) 14 130 36,65 19,66 6 Luas bangunan modern 60 350 141,17 54,74 7 Jumlah buku agama (bh) 0 48 11,10 7,61 8 Jumlah lontar (bh) 0 21 6,11 3,08 9 Frekuensi denda 1 6 3,35 1,26 10 Frek. ke Kahyangan Jagat 1 13 4,47 1,95 11 Jumlah tandingan benten 9 105 34,05 18,67 12 Jumlah undangan (kali) 4 50 10,31 5,38 13 Jumlah ngayah (kali) 5 45 10,59 4,80 14 Lama sekali ngayah (jam) 3 15 7,35 2,45 15 Pendptan sementara (Rp0 3 ) 8.692 24.615 15.664 3.730 16 Pendptan permanen (Rp0 3 ) 2.682 16.120 9.508 2.237 17 Pendapatan total (Rp0 3 ) 18.031 31.880 25.172 3.579 18 Pendapatan perkapita (Rp0 3 ) 3.756 6.641 5.244 746 19 Rasio andara Pengeluaran. Upacara thd pendapatan (%) 3 21 10,42 3,76 Sumber: Sukarsa 2005a: 258 Jumlah sampel: 406 KK Dipihak lain penggunaan tenaga kerja untuk keperluan yadnya menunjukkan tingkat mobilisasi yang cukup tinggi. Pada penelitian lain ditemukan pembagian tenaga kerja dalam penyelesaian upacara di Bali biasanya telah terspesialisasi antara tenaga wanita dan laki-laki (berdasarkan pembagian gender). Biasanya pekerjaan hardware seperti membuat bade, warung/salon, mebat dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan pekerjaan software seperti mejejahitan, metanding dan prosesi upacara dilakukan oleh wanita. 6

Gambar 5 Jenis Barang yang Terkandung pada Dhaksina 105 205 15 10 57 80 313 500 Kelapa (500 gr) Telor (57 gr) Pangi/kluw ek (10 gr) Tingkih/kemiri(5 gr) Beras (20 gr) Dupa (5 gr) Benang (1 gr) Uang kepeng (5 gr) Bunga (10 gr) Busung (80 gr) Semat (3 gr) Daun (1 gr) Tebu (3 gr) Demikian pula distribusi penggunaan tenaga kerja pada saat menjelang, selama dan sesudah upacara dilakukan telah terurai sedemikian rupa sehingga bisa memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Salah satu contoh pada upacara pengabenan, distribusi tenaga kerja terlihat mulai dari H 6 sampai dengan hari H diperlukan total tenaga kerja sebanyak 5591 orang (laki dan wanita) atau 699 mandays. Pada hari H-6 diperlukan 60 orang tenaga kerja wanita dan laki-laki. Kemudian pemakaian pada hari berikutnya (H-5) meningkat menjadi 108 orang dan akhirnya pada puncak acara dibutuhkan 2218 orang. Gambaran penggunaan tenaga kerja ini berdasarkan gender dan waktu pelaksanaan seperti ditunjukkan oleh Gambar 6 dan Tabel 3. Gambar 6 Alokasi Tenaga Kerja pada Ngaben 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 H-6 H-5 H-4 H-3 H-2 H-1 H Laki 42 58 513 555 51 590 1283 Wanita 18 50 549 331 92 524 935 7

Hari Tabel 3. Alokasi Waktu pada Upacara Ngaben (Man-days) Laki (orang) M/day-Lk Wanita (orang) M/day-Pr M/day-total H-6 42 5.25 18 2.25 7.50 H-5 58 7.25 50 6.25 14 H-4 513 64.13 549 68.63 133 H-3 555 69.38 331 41.38 111 H-2 51 6.38 92 11.50 18 H-1 590 73.75 524 65.50 139 H 1283 160.31 935 116.88 277 3092 386.44 2499 312.38 699 Sumber: Sukarsa, 2004(24). Tabel 3 menunjukkan alokasi tenaga kerja pada waktu upacara ngaben menunjukkan proporsi yang sama antara laki dan wanita. Hanya jenis pekerjaan yang ditangani berbeda. Tenaga kerja laki mengerjakan urusan pekerjaan yang agak kerja (hardware) seperti warung/tetaring/salon, memotong hewan, sedangkan wanita mengerjakan yang agak halus seperti membuat jejahitan dan jenis banten lainnya (software). Dari uraian diatas dapat disimak bahwa begitu beragamnya jenis upacara yang dilakukan masyarakat Bali dan upacara ini merupakan terjemahan dari tattwa, namun baru hanya 10,4 persen yang baru dikeluarkan dari pendapatan yang diperoleh para rumah tangga Hindu di Bali. Sedangkan secara normatif seharusnya pengeluaran ini pada suatu tingkatan tertentu (pendapatan tertentu) bagian yang dikeluarkan untuk menjalankan Dharma sebanyak sepertiganya, sedangkan sepertiga yang lain untuk pemupukan artha dan sisanya untuk emenuhan kama. Hal lain dari banyak jenis kegiatan ini akan menimbulkan aktivitas ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat Bali seperti kebutuhan akan alat upacara mulai dari busung, ron, hewan, benang, dan sebagainya. Bacaan Sukarsa, I M. 2004. Tingkat Partisipasi Wanita pada Persiapan dan Pelaksanaan Upacara Ritual di Bali Selatan. Hasil Penelitian Universitas Udayana, tidak diterbitkan. Sukarsa, I M.2005a. Pengaruh Pendapatan Keluarga dan Pemahaman Agama 8

Terhadap Pengeluaran Konsumsi Ritual Masyarakat Hindu di Bali Ditinjau dari Berbagai Dimensi Waktu. Disertasi. Universitas Airlangga. Tidak diterbitkan. Sukarsa, I M. 2005b. Sisi Ekonomi Sebuah Upacara. Bulletin Studi Ekonomi. Vol.10 No.2 Tahun 2005. ISSN 1410-4628. Sukarsa, I M. 2008. Efisiensi Dalam Pelaksanaan Upacara. Lampiran: Alokasi Waktu dan Tenaga Kerja pada Hari H Ngaben No. Kegiatan Lk(or) Wanita (or) Lama (jam) Total (jam) Mandays 1. Mebat 80 30 6 660 82,5 2. Mencari Tirta Penembak 60 40 3 300 37,5 3. Ngutang sok Cegceg 60 25 2 170 21,3 4. Mendak Tirta, 14 15 2 44 5,4 5. Mecaru 4 15 1 19 2,4 6. Ngangget Don Bingin 45 25 2 105 13,1 7. Ngajum Sekah di setra 80 100 2 360 45,0 8. Pengentas Ngeseng sekah, Ngereka,, Pengaskaraan 50 70 3 360 45,0 9. Nyupit/ Nganyut ke laut, pengelemijian, nilapati 50 50 2 200 25,0 T o t a l 430 370 2218 277 Sumber: Sukarsa, 2004(20) 9