BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan perbaikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama dalam kemajuan sebuah negara. Sebuah

temuan yang diperoleh sebagaimana dikemukakan dalam Bab IV,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah mempunyai peran dan fungsi yang menjamin mutu

Kata Kunci: Supervisi Akademik, Kemampuan Guru, Penelitian Tindakan Kelas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

Taufan Muklis Pengawas SMK Kabupaten Bandung, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

MENGEFEKTIFKAN PERAN MAHASISWA PESERTA PENGAJARAN MIKRO DALAM MENSUPERVISI PELAKSANAAN PENGAJARAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Terdahulu, (g) Kerangka Pemikiran, dan (h) Sistematika Pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berdiri masih tetap saja tertinggal dari negara negara berpendidikan maju.

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN. masalah, perencanaan tindakan penelitian, deskripsi pelaksanaan penelitian.

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

BAB V PENUTUP. kabupaten Solok, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Pendekatan pelaksanaan Supervisi Klinis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 3, No 1 Januari 2018

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mulai dari tenaga, media pembelajaran bahkan kurikulum yang akan digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan hubungan yang tidak linier antar pendidikan dengan lapangan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

Kemampuan Menulis Artikel Siswa Kelas XI SMA Surya Murni Pematangsiantar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu. mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

PENDEKATAN SUPERVISI PENGAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SUPERVISI KLINIS ADALAH SUATU PROSES BIMBINGAN YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBANTU PENGEMBANGAN PROFESIONAL CALON GURU, KHUSUSNYA DALAM PENAMPILAN MENGAJAR

Jurnal Belajar dalam Pembelajaran Biologi

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.ii. DAFTAR ISI..iii. DAFTAR GAMBAR DAN TABEL...iv. ABSTRAK...v. A. Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebagai faktor penentu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

PEMBUATAN LAPORAN PEMBUKUAN SIMPAN PINJAM

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. lembaga formal inilah yang dikenal luas oleh masyarakat sebagai sekolah.


I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini, akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Pembelajaran dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

Upaya Peningkatan Kemampuan Guru-Guru SMP.I Cening Joni 121

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu (1) innovation and creativity (45%), (2) net working (25%), (3) technology

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar,

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini semakin berusaha untuk meningkatkan

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan perbaikan kurikulum, peningkatan mutu guru, penyediaan sarana dan prasarana, perbaikan kesejahteraan guru dan perbaikan manajemen. Sehubungan dengan itu guru dituntut untuk dapat menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya secara profesional. Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Sardiman (2005:125) mengemukakan bahwa guru ikut berperan dalam pembentukan sumberdaya manusia yang pontensial. Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukanya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakatan yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak hanya semata-mata sebagai pengajar yang melakukan tranfer nilai-nilai sekaligus pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntut siswa dalam proses belajar. Menurut Pidarta (2008:53) bahwa setiap guru merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, 1

penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan kepribadian melaksanakan tugasnya. Upaya perbaikan dan peningkatan proses belajar-mengajar di dalam kelas dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan relevansi pendidikan dan mutu hasil belajar siswa serta efesiensi pendidikan. Kasihani (1999:33) mengatakan jika kita bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau meningkatkan peranannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam kelas. Sebagian besar dari wujud nyata kegiatan pendidikan disekolah dapat di amati saat observasi kelas. Seorang guru dituntut untuk mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efesien sehingga pihak yang belajar dapat belajar secara optimal dan bermakna jika menguasai keterampilan mengajar. Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai guru untuk mengelola proses pembelajaran yang efektif dan bermutu tidak hanya terbatas pada tahap dalam melaksanakan proses pembelajaran yang telah direncanakan tetapi hal lain yang harus dikuasai guru yang terkait dengan keterampilan-keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran berlangsung seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengadakan penguatan, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas dan keterampilan kelompok kecil dan perorangan (Hamid: 2009 ) Fenomena-fenomena yang terjadi ternyata proses pembelajaran di dalam kelas belum mampu dilaksanakan secara profesional. Indikasi-indikasi yang dapat dijadikan acuan terhadap fenomena ini seperti pemahaman siswa masih kurang, siswa kurang memperhatikan pengajaran guru secara serius, di samping itu 2

permasalahan yang muncul dari guru belum terampil menerapkan keterampilan mengajar guru dalam keterampilan menjelaskan pelajaran secara sistematis. Berdasarkan hasil observasi awal tentang keterampilan dasar mengajar guru pada SMA Negeri 7 Takengon terhadap 10 orang guru yang mengajar di kelas X dan XI ternyata hasilnya diperoleh sebagai berikut : Tabel 1.1. Persentase keterampilan dasar guru SMA Negeri 7 Takengon KODE GURU % Pencapaian Keterampilan Dasar Mengajar Guru 1 2 3 4 5 6 % rata-rata per orang Tingkat Keterampilan AA 44,00 60,00 50,00 71,40 69,50 61,50 59,40 Kurang AB 50,00 66,60 50,00 64,50 69,50 57,70 59,72 Kurang AC 62,50 66,60 50,00 78,50 69,50 79,00 67,68 Cukup AD 62,50 66,60 50,00 78,50 78,20 63,00 66,47 Cukup AE 75,00 66,60 50,00 71,00 60,80 72,00 65,90 Cukup AF 44,00 73,30 25,00 64,30 78,30 53,80 56,45 Kurang AG 87,00 73,30 71,00 78,50 65,20 84,00 76,50 Cukup AH 62,50 80,00 58,00 71,00 78,00 61,50 68,50 Cukup AI 62,50 73,00 71,00 78,50 69,50 70,00 70,75 Cukup AJ 75,00 80,00 78,00 71,40 69,50 79,00 75,48 Cukup % rata -rata 62,50 70,60 55,30 72,76 70,80 68,15 Katagori kurang cukup kurang cukup cukup cukup Keterangan : 1 = Keterampilan Bertanya 2 = Keterampilan memberi Penguatan 3 = Keterampilan Menjelaskan 4 = Keterampilan Mengadakan variasi 5 = Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 6 = Keterampilan Mengelola Kelas Berdasarkan tabel diatas bahwa persentase rata-rata keterampilan dasar mengajar guru, terdapat dua keterampilan yang memilki katagori kurang yaitu : keterampilan bertanya (62,50%),keterampilan menjelaskan (55,30%). Dari sepulah orang guru yang mengajar di kelas X dan XI terdapat tiga orang dengan rata-rata keterampilan mengajar masih rendah. 3

Dari hasil persentase di atas yang paling rendah dan perlu adanya perbaikan adalah keterampilan guru dalam menjelaskan dan bertanya. ketika menjelaskan kepada siswa, guru belum menjelaskan secara runtut dan sistematis yaitu mulai dari penyajian, pengunaan contoh, pengorganisasian, pemberian tekanan, dan balikan sehingga peserta didik mudah memahi materi yang disajikan guru. Pihak yang seharusnya bertanggung jawab untuk mengatasi rendahnya keterampilan dasar mengajar guru tersebut adalah para kepala sekolah dan pengawas sekolah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 pasal 57 menjelaskan bahwa supervisi manajerial dan supervisi akademik harus dilakukan secara teratur dan berkelajutan oleh pengawas sekolah demi tercapainya mutu pendidikan khususnya di sekolah binaanya ataupun mutu pendidikan secara Nasional, sehingga kompetensi supervisi harus terus ditingkatkan oleh pengawas sekolah tersebut. Beberapa tindakan yan dapat dilalukan utk meningkatkan ketereampilan dasar mengajar guru diantaranya melalui worshop atau lokakrya, pelatihan, supervisi pendidikan baik akademik dan supervisi klinis pendekatan direktif, kolaboratif, serta pendekatan nondirektif. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menjelaskan dan bertanya oleh pengawas sekolah adalah dengan mengadakan supevisi klinis pendekatan nondirektif. supervisi klinis adalah proses membantu guru untuk memperkecil ketidak sesuian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. acheson (1987:81) di dalam supervisi klinis ada tiga pendekatan yaitu pendekatan direktif, kolaboratif dan pendekatan non direktif (tidak langsung). pendekatan non direkif 4

yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung Suhertin (2010:48) Penelitian yang dilakukan oleh Blumber yang dikutip muslim (2009:80) menunjukan bukti bahwa guru lebih suka jika disupervisi mengunakan pendekatan non direktif dalam wawancara supervisi. Para guru merasa pertemuan seperti itu lebih efektif daripada mengunakan pendekatan direktif, dapat di simpulkan bahwa jika supervisor menekankan refleksi atau bertanya untuk memperoleh informasi guna membuka komunikasi wawancara supervisi mereka, para guru menilai sebgai pertemuan positif dan apabila supervisor lebih banyak berbicara guru menilai pertemuan kurang positif. Selama ini yang lazim digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru melalui sosialisasi dan penataran tetapi hasilnya kurang maksimal. Pada sosialisasi narasumber hanya menjelaskan funsinya tidak melakukan praktek dan obsevasi dikelas. Dalam Supervisi klinis guru akan dibimbing secara langsung untuk membantu khususnya guru yang mengalami masalah keterampilan mengajar sehingga diharapkan kompetensi guru akan meningkat dalam peroses pembelajaran. B. Indetifikasi masalah Berdasarkan latar belakang di atas, banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran di kelas maka masalah yang muncul dapat diidentifikasi bahwa : faktor siswa, guru dan lingkungan. faktor guru yang dimaksud adalah keterampilan guru menbangun suasana proses pembelajaran di kelas dapat membuat anak didik berkembang pontensi dan kemampuanya. Keterampilan yang harus di miliki guru adalah keterampilan dasar mengajar guru. 5

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi keterampilan dasar guru yang datang dari motivasi guru itu sendiri, usia, dan kurangya supervisi yang dilakukan pengawas sekolah untuk membantu guru untuk meningkatkan keterampilan guru. Keterampilan dasar mengajar guru adalah suatu keterampilan yang harus dikuasi dan difahami oleh seorang guru pada saat ia mengajar didalam kelas sehingga pembelajaran berjalan efektif dan efesien. Jika keterampilan ini masih kurang sehinga perlu diperbaiki, ada beberapa cara untuk meningkatkan keterampilan guru seperti supervisi akademik, supervisi klinis pendekatan kolaboratif, ilmiah dan direktif, nondirektif, workshop, sosialisasi, supervisi pengawas sekolah dan kepala sekolah. Dalam pemberian bantuan supervisi ini perlu diperhatikan model dan pendekatan yang dilakukan agar supervisi yang dilakukan efektif dalam meningkatkan keterampilan dasar guru. C. Pembatasan Masalah Berdasararkan identifikasi masalah terdapat beberapa keterampilan dasar mengajar guru. Namun pada penelitian ini dibatasi pada keterampilan dasar menagajar dengan katagori yang paling rendah atau yang memerlukan perbaikan yaitu: keterampilan Menjelaskan dan keterampilan Bertanya. Keterampilan bertanya mencakup pertanyaan jelas,pemberian acuan, ketepatan gerak dan selang waktu, pemindahan giliran, penyebaran dan pertanyaan lebih sederhan, sedangkan keterampilan menjelaskan mencakup : penyajian, pengunaan contoh, pengorganisasian, pemberian tekanan dan balikan. Secara teoritis banyak teknik supervisi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menjelaskan dan bertanya, namun pada penelitian ini 6

hanya dibatasi pada model Supervisi klinis pendekatan non direktif yang dianggap mampu meningkatkan keterampilan menjelaskan dan keterampilan bertanya guru. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian dirumuskan bagaimana : 1. Keterampilan menjelaskan guru dapat meningkatkan Melalui supervisi klinis pendekatan non direktif di SMA Negeri 7 Takengon. 2. Keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan Melalui supervisi klinis pendekatan non direktif dapat di SMA Negeri 7 Takengon. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Keterampilan menjelaskan guru dapat meningkatkan Melalui supervisi klinis pendekatan non direktif SMA Negeri 7 Takengon. 2. Keterampilan bertanya guru dapat meningkatkan Melalui supervisi klinis pendekatan non direktif dapat SMA Negeri 7 Takengon. F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti sebagai sumbangan pemikiran terhadap : Secara Teoritis hasil penelitian ini dapat : Meningkatkan keterampilan menjelaskan dan keterampilan bertanya melalui supervisi klinis pendekatan non direktif di SMA Negeri 7 Takengon. Secara Praktis dapat bermamfaat : 1. Bagi guru yang mengalami masalah tentang keterampilan mengajar menjelaskan dan bertanya. 7

2. Bagi kepala sekolah sebagai acuan pemecahan masalah yang dihadapi guru terutama masalah keterampilan menjelaskan dan bertanya guru. 3. Bagi pengawas bisa dijadikan acuan pemecahan masalah secara klinis yang dihadapi guru. 8