KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Percakapan Dokter dengan Pasien di RSUD Abdoer Rahem Kebupaten Situbondo

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 4 KOTA MALANG : DENGAN SUDUT PANDANG TEORI KESANTUNAN BROWN DAN LEVINSON

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN NASKAH DRAMA SEPASANG MERPATI TUA KARYA BAKDI SOEMANTO KAJIAN PRAGMATIK

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Makna Implikatur Dalam Kolom Gagasan di Solopos. Eka Susylowati, SS, M. Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

KAJIAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK)

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR INDUK MODERN PUSPA AGRO SIDOARJO SKRIPSI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

ANALISIS TUTURAN DIREKTIF GURU DALAM SITUASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS X MAN MALANG 1 SKRIPSI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

Citra wanita dalam novel perempuan jogja karya achmad munif: analisis berdasarkan pendekatan feminisme. Oleh : Rusmiati K

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku yang relevan dengan kajian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TINDAK TUTUR LOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun non verbal).

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER Suci Indah Karunia Suciindah590@gmail.com Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Jember Abstrak: Pentingnya percakapan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran sebagai wujud mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu untuk mencapai kompetensi, percakapan guru dan siswa bertujuan untuk mendidik siswa menjadi orang yang lebih baik. Tuturan yang santun merupakan bentuk mendidik dan mewujudkan tujuan kompetensi pembelajaran. Peneliti menggunakan teori maksim kesantunan Leech untuk meneliti tuturan guru dan siswa. Maksim kesantunan Leech merupakan kaidah kesantunan berbahasa. Penelitian ini beretujuan untuk mendeskripsikan kesantunan berbahasa guru dan siswa dalam konteks pembelajaran. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Percakapan guru dan siswa dideskripsikan dengan teori kesantunan Leech. Berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian digambarkan sebagai berikut. Pertama, terdapat penerapan maksim kesantunan dalam tuturan guru dan siswa. Penerapan diterapkan pada maksim kemufakatan, pujian, kedermawanan dan kearifan. Kedua, terdapat maksim yang tidak digunakan dalam percakapan guru dan siswa. Maksim yang tidak digunakan adalah maksim kerendah hatian dan kesimpatian. Kata Kunci: Maksim Kesantunan, tuturan guru, tuturan siswa Bahasa merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Manusia untuk berinteraksi dengan yang lain mengunakan bahasa. Bahasa oleh manusia dijadikan alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat komunikasi bahasa memuat ide dan gagasan yang akan disampaikan. Oleh karena itu, sangat penting bahasa memuat gagasan yang mudah dimengerti oleh lawan tuturnya. Kegiatan kumunikasi yang berlangsung dimasyarat terikat oleh aturan sosial dan budaya. Sosial budaya yang terdapat di masayarat satu dengan yang lainnya memiliki aturan yang berbeda. Aturan yang berbeda tersebut membuat bahasa memiliki aturan yang bervariasi disetiap sosial kebudayaan. Sebagai contoh kesantunan berbahasa di masyarakat madura belum tentu santun dalam masyrakat jawa. Terdapat dua pandangan para ahli terhadap hubungan bahasa dan kebudayaan. Pandangan pertama, meraka yang menyakini bahwa bahasa dipengaruhi oleh budaya. Pandangan yang pertama ini merupakan pandangan yang telah mapan dan banyak dianut. Pandangan kedua, mereka yang menyakini

bahwa bahasa yang mempengaruhi budaya. Pandangan yang kedua ini merupakan pandangan yang berlawanan dengan pandangan yang telah banyak dianut oleh para ahli. Terlepas dari dua polemik pandangan tersebut, yang jelas bahwa setiap kebudayaan dan bahasa memiliki aturan sendiri dalam berbicara kesantunan. Bagian yang terdapat dalam sosial dan kebudayaan adalah ruang lingkup sekolah. Sekolah merupakan bagian kecil yang terdapat di dalam sosial dan kebudayan. Setiap sekolah memiliki aturan yang berbeda mengenai penggunaan kesantunan dalam berbahasa. Aturan yang berbeda itu dipengaruhi oleh kebudayaan yang melatar belakangi popolasi sekolah tersebut. Masalah yang dapat terjadi di sekolah ketika terdapat orang yang berbeda kebudayaan dengan kebanyakan orang di sekolah tersebut. Perbedaan itu dapat menimbulkan masalah mengenai penggunaan kesantunan berbahasa. Oleh karena itu sangat penting dalam lingkup sekolah terdapat aturan tertulis maupun tak tertulis mengenai penggunaan kesantunan berbahasa. Kajian kesantunan berbahasa tidak terlepas dari kajian tindak tutur. Kesantunan bahasa hakikatnya mengkaji tuturan seseorang yang dituturkan kepada mitra tutur. Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial (Hudson dikutif Alwasilah, 1993:19). Menurut Hamey (dikutif Sumarsono, dan Paina Partama, 2002:329-330) tindak tutur merupakan bagian dari peristiwa tutur, dan peristiwa tutur merupakan bagian dari situasi tutur. Setiap peristiwa tutur terbatas pada kegiatan, atau aspek-aspek kegiatan yang secara langsung diatur oleh kaidah atau norma bagi penutur. Ujaran atau tindak tutur dapat terdiri dari satu tindak turur atau lebih dalam suatu peristiwa tutur dan situasi tutur. Dengan demikian, ujaran atau tindak tutur sangat tergantung dengan konteks ketika penutur bertutur. Tuturan-tuturan baru dapat dimengerti hanya dalam kaitannya dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi. Konsep utama yang lain dalam pragmatik linguistik adalah sopan santun (politeness). Telah dikemukakan Lakoff, Brown&Levinson, dan Leech (dalam Ibrahim, 1997:23) bahwa sopan santun merupakan tingkat interaksi percakapan disamping kaidah prinsip kooperatif. Robin Lakoff (dalam Ibrahim, 1997:24) melihat kaidah Grice sebagai kaidah penjelas (rules of clarity), dan mengusulkan

bahwa terdapat dua kaidah awal kompetensi pragmatik. Yaitu, perkataan anda jelas ( Make yout self clear) dan sopanlah ( Be polite). Dia mengambil maksim Grace sebagai perkiraan mengenai bagaimana anda mengkonformasikan kepada kaidah buatlah perkataaan anda jelas. Teori kesantunan yang dijabarkan oleh Lakoff terdapat empat maksim, yaitu (a) formalitas, (b) ketidaktegasan, dan (c) kesamaan. Teo ri Lakoff sebenarnya mengadopsi teori maksim kerjasama Grice sebagai pondasi teori kesantunannya. Pada teori Grice tuturan agar dibuat seinformatif mungkin dengan bahasa yang singkat dan jelas. Pada teori kesantunan Lakoff penutur hendaknya membuat tuturan yang dapat dipahami oleh mitra tutur dan tidak merugikan mitra tutur. Selain teori Lakoff juga terdapat teori yang diungkapkan oleh Brown dan Lavinson. Pembahasan konsep kesantunan yang paling mendalam adalah pembahasan Brown dan Levinson (dalam Ibrahim, 1997;35). Brown dan Lavinson berusaha mengembangkan model sopan santun eksplisit yang memiliki validitas antar kebudayaan. Gagasan yang umum adalah upaya memahami berbagai strategi perilaku interaksi yang didasarkan pada kenyataan bahwa orang yang terlibat dalam perilaku interaksi berusaha mencapai keinginan tertentu. Keinginan yang berkaitan dengan sopan santun adalah keinginan untuk menghadapi sesuatu yang terkait secara emosional, dan yang bisa hilang, bisa dipertahankan atau dikembangkan, dan harus diberi perhatian konstan dalam interaksi (Brown dan Levinson 1978 : 66). Konsep ini berhubungan dengan ekspresi rakyat kehilangan muka yang berarti terhina. Terdapat dua jenis muka. Muka yang pertama adalah muka negatif, hak terhadap wilayah, kebebasan bertindak dan kebebasan diri campur tangan yaitu keinginan bahwa tindakan anda tidak diganggu oleh tindakan orang lain. Muka yang kedua adalah muka positif, yaitu self-image konsisten yang dimiliki seseorang dan ingin dihargai atau di akui oleh orang lain. Tindakan rasional yang dilakukan orang untuk memepertahankan kedua jenis muka untuk diri mereka sendiri dan orang yang diajak berinteraksi menambahkan kriteria kesantunan itu. Kemudian teori kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kesantunan George Leech. Teori maksim kesopanan yang dipaparkan oleh Leech berbeda dengan yang dipaparkan oleh Lakoff dan brown&lavinson. Leech

dalam maksim kesopanannya membuat enam aturan dalam percakapan. Keenam maksim tersebut, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Maksim kesantunan yang dipaparkan oleh Leech intinya membuat mitra tutur merasa senang dan dihargai. Kemudian bagi penutur, agar mengurangi keuntungan diri sendiri. berikut ini dipaparkan lebih rinci keenam maksim kesantunan Leech. METODE Dalam penelitian ini, pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif, yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan percakapan antara guru dengan siswa. Penggunaan pendekatan penelitian ini sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian etnometodologi yang berorientasi kepada analisis percakapan. Analisis kesantunan bertujuan untuk memahami secara rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan. Percakapan sebagai unsur dasar dalam etnometodologi adalah aktivitas interaksi yang menunjukkan aktivitas yang stabil dan teratur yang merupakan kegiatan yang dapat di analisis. Sasaran kajian kesantunan terbatas pada apa yang dikatakan dalam percakapan itu sendiri. Penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Menurut Nasution (1988: 56), manusia sebagai instrument utama sangat diperlukan dan sesuai dengan penelitian kualitatif. Penelitiaan yang menjadikan peneliti sebagai instrument kunci wajib bagi peneliti untuk berada di lapangan. Pada waktu pengumpulan data di lapangan, kehadiran peneliti sangat diwajibkan dan berperan aktif dalam penelitian ini. Pentingnya kehadiran peneliti sebagai instrument kunci juga dipaparkan oleh Moleong. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat dan tuturan percakapan guru dan siswa. Fokus penelitian percakapan tersebut berbentuk tuturan yang digunakan oleh guru dengan siswa ataupun siswa dengan guru yang telah ditranskip dalam bentuk tertulis. Data penelitian berkaitan dengan bentuk penggunaan maksim kerendahan hati, maksim kedermawanan, maksim pujian,

maksim kearifan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati dalam percakapan guru dan siswa. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Mills dan Huberman (1992:20). Analisis data secara interaktif meliputi: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi) dengan memanfaatkan triangulasi sebagai teknik pengecekan keabsahan penemuan penelitian. Proses analisis data keseluruhan digambarkan dalam model interaktif. HASIL Paparan Data dan Temuan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian percakapan antara guru dan siswa di SMP Negeri 5 Jember ditinjau dari penerapan maksim kesantunan terdiri dari maksim kemufakatan, pujian, kedermawanan, kearifan, kerendahan hati dan kesimpatian. percakapan guru dengan siswa maupun siswa dengan guru yang dipaparkan sebagai berikut. Penerapan Maksim Kemufakatan Percakapan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran menerapkan maksim kemufakatan. Pada maksim kemufakatan diterapkan melalui sembilan tuturan. Kesembilan tuturan tersebut, yaitu (1) perintah, (2) tanya, (3) Salam, (4) Nasehat, (5) pernyataan, (6) teguran, (7) inform asi, (8) pendapat, dan (9) penjelasan. Penerapan Maksim Pujian Percakapan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran menerapkan maksim pujian. Pada maksim pujian dalam percakapan guru dengan siswa diterapkan dengan dua tuturan. Kedua tuturan tersebut, yaitu (1) pertanyaan, dan (2) pernyataan. Penerapan Maksim Kedermawanan Percakapan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran menerapkan maksim kedermawanan. Pada maksim kedermawanan diterapkan melalui satu tuturan pernyataan. Kedelapan tuturan tersebut, yaitu (1) pertanyaan, (2) perintah, dan (3) informasi.

Penerapan Maksim Kearifan Percakapan guru dan siswa dalam konteks pembelajaran menerapkan maksim kearifan. Pada maksim kearifan percakapan guru dengan siswa diterapkan dengan tiga tuturan. Ketiga tuturan tersebut, yaitu (1) perintah, (2) nasehat, dan (3) informasi. PEMBAHASAN Maksim kemufaktan melalui tuturan perintah muncul sebanyak delapan belas data tuturan. Delapan belas data tuturan yang mucul semuanya dituturkan oleh guru. Tuturan guru dalam maksim kemufakatan memiliki berbagai maksud yang berkaitan dengan tercapainya kegiatan pembelajaran. Penerapan maksim kemufakatan yang dituturkan melalui tuturan perintah terdapat sepuluh tujuan, yaitu (1) Siswa menyepakati perintah guru untuk memulai pelajaran de ngan berdoa, (2) Siswa menyepakati perintah guru untuk membacakan cerita, (3) Siswa menyepakati perintah guru untuk mendengarkan temannya membaca, (4) Siswa menyepakati perintah guru untuk memperhatikan, (5) Siswa menyepakati perintah guru untuk menghadap ke depan, (6) Siswa menyepakati perintah guru untuk mengerjakan tugas, (7) Siswa menyepakati perintah guru untuk mencatat, (8) Siswa menyepakati perintah guru untuk mendoakan sekolah, (9) Siswa menyepakati perintah guru untuk belajar tertib, (10) Siswa men yepakati perintah guru untuk mengumpulkan tugas. Tuturan tanya yang digunakan guru setidaknya memiliki dua belas tujuan, yaitu (1) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk bergabung dengan temannya, (2) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk membacakan tugas, (3) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk melanjutkan membaca, (4) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk mengulamgi kalimat yang telah dibaca, (5) Guru menyepakati pertanyaan siswa tentang tanda baca yang kurang pas, (6) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk mengahapus papan tulis, (7) Guru menyepakati pertanyaan siswa untuk tidak menulis judul, (8) Guru menyepakati pertanyaan siswa tentang tugas yang diberikan, (9) Guru menyepakati jawaban dari siswa dan memberi pertanyaan tentang apa yang diingat oleh siswa, (10) Guru menyepakati jawaban dari siswa dan memberi pertanyaan tentang tema

mayor dan minor, (11) Siswa menyepakati pertanyaan yang diberikan guru tentang cerita yang ada di buku, (12) Siswa sepakat dengan pertanyaan guru dan siswa telah menjawab sesuai yang diminta guru tentang huruf kecil dan besar. Penggunaan tuturan salam yang digunakan siswa dan guru memiliki dua tujuan, yaitu (1) Guru menyepakati salam yang dituturkan siswa untuk memulai pelajaran, (2) Siswa menyepakati salam yang ditu turkan guru untuk mengahkiri pelajaran. Penggunaan tuturan nasehat oleh guru memiliki dua tujuan utama, yaitu (1) Siswa menyepakati nasehat guru untuk berdoa yang baik, (2) Siswa menyepakati nasehat guru untuk bersikap tertib. Penggunaan tuturan pernyataan dituturkan memiliki tiga tujuan, yaitu (1) Siswa menyepakati tuturan pernyataan guru untuk membahas tugas di depan dengan tenang, (2) Siswa menyepakati tuturan pernyataan guru untuk memberi izin menghapus papan tulis, (3) Siswa menyepakati tuturan pernyataan guru untuk tidak mengulangi menulis huruf kecil yang dibesarkan. Penggunaan tuturan teguruan digunakan oleh guru memiliki 5 tujuan, yaitu (1) Siswa menyepakati teguran guru untuk diam, (2) Siswa menyepakati teguran guru untuk tidak membuat pelajaran sebagai candaan, (3) Siswa menyepakati teguran guru untuk mencari jawaban, (4) Siswa menyepakati teguran guru untuk mencari buku di perpustakaan, (5) Siswa menyepakati teguran guru untuk belajar tertib. Penggunaan tuturan informasi digunakan oleh guru untuk menyepakati tugas yang diberikan oleh guru. Maksim kemufaktan melalui tuturan pendapat muncul sebanyak satu data tuturan. Satu data tuturan yang mucul dituturkan oleh siswa. Siswa bertutur dengan tuturan pendapat mengenai kewajiban harus ada buku dalam satu bangku. Siswa bertutur dengan tuturan penjelasan memiliki dua tujuan, yaitu (1) Guru menyepakati penjelasan siswa tentang menulis kesimpulan dengan kalimat yang singkat padat dan jelas, (2) Guru menyepakati penjelasan siswa yang tidak mungkin langsung bisa menjadi astronot. Maksim pujian dalam percakapan guru dengan siswa dituturkan dengan dua tuturan, yaitu (a) pertanyaan dan (b) pernyataan. Maksim pujian melalui

tuturan pertanyaan muncul sebanyak enam data tuturan. Enam data tuturan yang mucul semua dituturkan oleh guru. Guru bertutur dengan tuturan pertanyaan memiliki dua maksud, yaitu (1) Memberikan pujian karena jawaban benar dan memberikan pertanyaan kembali terhadap jawaban yang diberikan siswa. Pertanyaan kembali diberikan guru agar siswa lebih memahami materi pelajaran. (2) Memberikan pujian kepada siswa yang menjawab dengan tepat, dan menjelaskan kembali materi-materi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru mengajukan pertanyaan agar siswa lebih memahmi materi pelajaran. Tujuan tuturan pernyataan guru dan siswa memiliki tujuh tujuan, yaitu (1) Siswa memuji peneliti karena cantik, (2) Guru memuji jawaban siswa dengan memberikan kembali penguatan bahwa jawaban siswa benar, (3) Guru memuji siswa dengan memberikan pernyataan bahwa semua bisa mengerjakan, (4) Guru memuji siswa dengan mengucap syukur bahwa siswanya anak baik semua, (5) Guru memberikan pujian kepada siswa bahwa jawaban siswa benar. Selain itu, guru memberikan masukan kembali untuk memudahkan siswa memahami tema dalam cerpen, (6) Guru memberikan pujian dengan memberikan masukan untuk siswa agar membacanya lebih baik dan jangan tergesa-gesa, (7) Guru memuji jawaban siswa yang benar. Maksim kedermawanan dalam percakapan guru dengan siswa dituturkan dengan tiga tuturan, yaitu (a) perintah, (b) nasehat, dan (c) informasi. Berikut ini uraian dari hasil temuan dan paparan data dalam penelitian ini. Maksim kedermawanan melalui tuturan perintah, bertujuan untuk membantu guru dan temannya dengan menghapuskan papan tulis. Guru dan siswa bertutur menggunakan tuturan informasi enam tujuan, yaitu (1) Guru membantu memberikan gambaran agar siswa tidak merasa kesulitan, (2) Guru membantu siswa mengejar pelajaran dengan kelas lain, (3) Siswa membantu teman yang lain dengan mengerjakan nomor satu, ( 4) Siswa membantu teman lain untuk mengerjakan tema, (5) Siswa membantu siswa lain untuk merumuskan sebuah kalimat. Maksim kearifan dalam percakapan guru dengan siswa dituturkan dengan tiga tuturan, yaitu (a) perintah, (b) nasehat, dan informasi. Berikut i ni uraian dari hasil temuan dan paparan data dalam penelitian ini. Guru bertutur dengan tuturan

perintah memiliki dua tujuan, yaitu (1) Guru menyuruh siswa untuk membaca dirumah agar siswa lebih memahami pelajaran, (2) Guru menyuruh siswa untuk merapatkan jarak penulisan agar yang lain cukup untuk menulis. Guru bertutur dengan tuturan nasehat memiliki dua tujuan, yaitu (1) Guru menasehati siswa untuk lebih rajin membuka buku, agar siswa lebih mudah memahami pelajaran, (2) Guru menasehati siswa untuk lebih rajin membaca buku, agar ilmu melekat pada fikiran siswa. Guru bertutur dengan tuturan informasi memiliki dua tujuan, yaitu (1) Guru memberi informasi kepada siswa untuk berhati-hati dalam menulis penjelasan isi dan kesimpulan isi agar siswa tidak salah, ( 2) Guru memberikan informasi kepada siswa untuk memberikan satu kalimat saja dalam menyimpulkan, agar siswa lebih mudah mengerjakannya, (3) Guru memberi informasi tentang tema dan untuk mengerjakan tugas agar siswa lebih mengerti atau faham tentang tema. Pada percakapan guru dengan siswa tidak terdapat penerapan maksim kemurahan hati. Alasan tidak diterapkannya maksim kerendah hati, yaitu (1) guru sebagai pendidik dalam konteks pembelajaran tidak menggunakan maksim kemurahan hati. Sebagai pendidik tuturan yang dituturkan guru justru lebih banyak memberikan penjelasan, penegasan, perintah, dan pertanyaan. Tuturan tersebut digunakan untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran. (2) siswa dalam konteks pembelajaran melakukan tuturan yang selalu berkaitan dengan tuturan yang dikumukakan oleh guru. Pada percakapan guru dengan siswa yang berlangsung dalam pembelajaran di SMP Negeri 5 Jember tidak ditemukan penerapan maksim kesimpatian. Pada maksim kesimpatian, berdasarkan pengertiannya lebih banyak diterapkan dalam konteks non pembelajaran formal. Pada konteks non formal pembicaraan atau percakapan lebih bersifat personal. Percakapan yang mengarah pada topik personal akan cenderung membicaran diri penutur dan mitra tutur. Sedangkan percakapan dalam konteks pembelajaran di sekolah, percakapan yang berlangsung antara guru dan siswa lebih mengarah pada pembicaraan materi pembelajaran yang sedang berlangsung.

SIMPULAN DAN SARAN Penerapan maksim kemufakatan dipengaruhi oleh tujuan untuk mencapai pembelajaran yang baik. Guru dalam konteks pembelajaran diharuskan memberikan tuturan-tuturan yang mengarah kepada materi pembalajaran. Sebaliknya siswa sebagai peserta didik harus mengamati dengan baik tuturan guru ketika pembelajaran sedang berlangsung. Alasan ini, yang banyak menimbulkan adanya kesepakatan antara tuturan guru dan tuturan siswa. Maksim pujian yang dituturkan siswa diluar kaitannya pembelajaran. Kemudian pujian yang dituturakan oleh guru berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Tuturan pujian dituturkan oleh guru untuk memberi apresiasi kepada siswa. Apresiasi tersebut diberikan karena siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru menerapkan maksim kedermawanan dengan memberikan penjelasan tambahan tentang materi pembelajaran. Pemberian penjelasan tambahan itu, bertujuan agar siswa lebih memahami materi pelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian siswa menerapkan maksim kedermawanan dengan mengajukan diri untuk mengerjakan soal-soal latihan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru menerapkan maksim kearifan dengan memberikan perintah agar siswa mempunyai semangat untuk belajar. Selanjutnya penerapan maksim kearifan pada tuturan guru bertujuan untuk menasehati siswa. Selain menasehati guru juga memberikan informasi yang berkaitan dengan hasil pekerjaan siswa. Hal ini dituturkan oleh guru agar hasil pekerjaan siswa lebih baik dari hasil pekerjaan sebelumnya. Maksim kerendahan hati dalam tuturan guru dan siswa tidak diterapkan, karena percakapan berlangsung pada konteks pembelajaran. Pada konteks pembelajaran banyak membicarakan tentang materi pembelajaran. Kemudian pada maksim kesimpatian dalam percakapan guru dan siswa tidak diterapkan karena maksim kesimpatian lebih banyak muncul dalam konteks informal. Pada konteks formal terutama konteks pembelajaran cenderung sedikit digunakan. Saran Berdasarkan hasil yang telah dicapai sebagaimana dijelaskan dalam kesimpulan, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Hendaknya pengajar

bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama dapat menjadi acuan dalam berkomunikasi denagn siswanya. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dengan mengekplorasi aspek-aspek lain secara lebih terperinci dan mendalam. Bagi pemerhati bahasa, diharapkan penelitian ini menjadi acuan dan referensi dalam keilmuan kebahasaan khususnya dalam bidang pragmatik tentang kesantunan berbahasa. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pemakaian kebahasaan yang santun. DAFTAR RUJUKAN Cummings, Louis. 2007. Pragmatik (Sebuah Perspektif Multidisipliner). Terjemahan oleh Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim, A.S.1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional. Kunjana, Rahardi. 2005. Pragmatik (Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia). Jakarta: Erlangga. Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia Levinson, S.C. 1983. Pragmatic. Cambridge: Cambridge University Press Milis, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kulitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga. Nadar. FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yule, George. 2006. Pragmatik. Terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumarsono dan Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar