MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Oktober 2012. Materi Ternak Penelitian Ternak yang diamati merupakan ternak populasi dasar yang berjumlah 281 ekor yang berasal dari Balai Penelitian Ternak. Kandang dan Peralatan Kandang ternak yang digunakan adalah kandang individu yang terbuat dari kawat. Atap kandang berbentuk setengah lingkaran. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat makan serta tempat air minum terbuat dari gerabah dan cetakan semen. Kandang induk terbuat dari kawat dengan lantai yang dialasi bambu dan alas plastik. Ukuran kandang adalah panjang 60 cm, lebar 75 cm, dan tinggi 40 cm. kotak untuk beranak disediakan bagi induk kelinci yang dialasi serbuk gergaji, dan kemudian induk akan merontokkan bulunya bagi anaknya agar terjaga dari suhu udara yang berubah-ubah dikarenakan anak kelinci lahir tanpa bulu. Di dalam kandang disediakan tempat pakan yang terbuat dari gerabah dan tempat minum yang berupa water nipple. Ransum Bahan-bahan ransum yang digunakan adalah dedak, jagung, bungkil kedelai, molases, bungkil kelapa, tepung kapur, asam amino sintesis (terutama metionin dan lisin), dan campuran vitamin-mineral yang mengandung protein ±17%, energi metabolis 2.600 kkal/kg, serat kasar 12,7%, kalsium (Ca) 0,9 g/kg dan fosfor (P) 0,8 g/kg. 13
Prosedur Penelitian ini merupakan lanjutan kegiatan persilangan yang dimulai tahun 2008 untuk menghasilkan rumpun kelinci persilangan baru yaitu kelinci yang berbobot badan medium dan berambut halus kilap (disebut dengan kelinci FZ3). Pada prosedur berikut diperlihatkan proses pembentukan kelinci FZ3. Flemish Giant X Reza FZ1 X Reza 50% darah FG + 50% darah RZ FZ2 X FZ1 25% FG + 75% RZ 50% FG + 50% RZ FZ3 62,5% RZ + 37,5% FG Gambar 1. Pembentukan Kelinci FZ3 di Balai Penelitian Ternak Populasi dasar dalam penelitian ini merupakan kelinci FZ3 hasil perkawinan sesama dari 50 ekor betina dan 10 ekor pejantan. Perkawinan ini menghasilkan keturunan sebanyak 281 ekor. Kelinci pada populasi dasar ini kemudian diamati pertambahan bobot badannya selama 20 minggu. Hasil pengamatan pada populasi dasar ini dapat digunakan untuk menduga nilai heritabilitas bobot badan mingguan. Pada populasi dasar tersebut dilakukan kembali seleksi bobot badan pada umur 10 minggu. Hasil rataan bobot badan umur 10 minggu pada populasi dasar adalah 1.325,21±317,31 g/ekor. Kelinci yang bobot badannya di atas rata-rata bobot badan populasi dasar diambil untuk dijadikan sebagai populasi terseleksi. Jumlah kelinci populasi terseleksi adalah 60 ekor induk betina dan 12 ekor pejantan dengan rataan bobot badan 10 minggu adalah sebesar 1.515,38±256,32 g/ekor. 14
Perkawinan Ternak Proses mengawinkan ternak pada populasi dasar adalah betina akan dikawinkan apabila memperlihatkan tanda-tanda berahi, yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada bagian vulva, betina dikawinkan bila vulva ada tanda-tanda kemerahan, bengkak, dan basah. Palpasi terhadap induk dilakukan pada hari ke-12 setelah perkawinan untuk menentukan bunting atau tidak, apabila tidak bunting maka dilakukan pengawinan ulang. Setelah memasuki minggu ke empat masa kebuntingan sarang segera disiapkan untuk induk beranak. Sistem perkawinan disesuaikan dengan catatan silsilah. Pemeliharaan Ternak Pakan yang digunakan berupa konsentrat berbentuk pelet yang diberikan kepada kelinci lepas sapih dan dewasa. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari sebanyak 50 g untuk kelinci lepas sapih dan 100 g untuk kelinci dewasa dan 150 g untuk induk yang baru melahirkan. Pemberian hijauan hanya diberikan untuk kelinci yang baru melahirkan dan kelinci yang baru tiba di Balitnak, kemudian air minum diberikan secara ad libitum. Pada pagi hari pemberian pakan dan air minum dilakukan pada pukul 07.30 WIB. Pembersihan kandang dilakukan dua kali dalam seminggu pada hari selasa dan kamis dengan tujuan pembersihan agar kelinci selalu sehat dan tidak mudah terjangkit penyakit. Pengamatan dilakukan untuk melihat apakah ada kelinci yang terserang scabies dan luka pada kaki akibat kawat yang digunakan pada kandang individu. Apabila ada kelinci yang terkena scabies diberikan obat ivomec sebanyak 0,2 cc dengan cara disuntikkan pada bagian subkutan, dan bagian kaki yang terluka akan direndam dalam larutan Peka. Pemberian antibiotik dicampurkan dalam air minum dan disuntik dengan vitamin biosalamine pada bagian subkutan. Penimbangan kelinci dilakukan setiap minggu apabila dalam satu kandang terdapat anak yang belum lepas sapih maka penimbangan dilakukan per kandang. 15
Rancangan dan Analisis Data Peningkatan Bobot Badan Rancangan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh seleksi terhadap peningkatan bobot badan adalah Rancangan Acak Lengkap. Model matematis yang digunakan sebagai berikut (Steel and Torrie, 1991) : Y ij = + G i + ij Y ij G i ij = peubah yang diamati pada percobaan ke-j = nilai tengah umum = pengaruh seleksi terhadap bobot badan umur ke-i = Pengaruh galat percobaan pada bobot badan ke-i Perolehan Diferensial Seleksi Nilai diferensial seleksi diperoleh dari perbandingan antara populasi dasar dengan populasi terseleksi. Pendugaan nilai diferensial dihitung dengan rumus: S = Go Po S = Diferensial seleksi Go = Populasi terseleksi Po = Populasi dasar Pendugaan Nilai Respon Seleksi Nilai respon seleksi (R) diperoleh dengan menggunakan diferensial seleksi aktual (S) yang dihitung dengan menggunakan rumus (Martojo, 1992) : R = h 2. S R = respon seleksi h 2 S = nilai heritabilitas = diferensial seleksi, selisih antara rataan fenotip dari populasi terseleksi dengan rataan fenotip populasi sebelum seleksi 16
Pendugaan Nilai Heritabilitas Pada Populasi Dasar Pendugaan nilai heritabilitas dilakukan dengan metode analisis ragam pola tersarang sesuai dengan petunjuk Becker (1984). Analisis data dalam menduga keragaman genetik dilakukan dengan metode analisis saudara kandung dan saudara tiri berdasarkan rumus yang dinyatakan oleh Becker (1984) dengan model persamaan matematisnya : Y ijk = + i + β j(i) + ijk Y ijk = respon anak ke-k dari induk ke-j dan pejantan ke-i = rataan umum i = pengaruh pejantan ke i β j(i) ijk = pengaruh betina ke-j yang dikawinkan dengan pejantan ke-i = galat Tabel 1. Sidik Ragam untuk Menduga Nilai Heritabilitas Suatu Sifat Berdasarkan Pola Tersarang atau Hierarchial Sumber keragaman db JK Kt Komponen Antar pejantan S-1 JKs KTs + k 2 + k 3 Antar induk dan pejantan S(d-1) JKd KTd + k 1 Antar anak dalam induk Sd(n-1) JKw KTw Total db = derajat bebas; JK = jumlah kuadrat; KT = kuadrat tengah; S = jumlah pejantan; D = jumlah betina yang dikawinkan per pejantan; N = jumlah anak yang dihasilkan per betina; = komponen ragam antar pejantan; = komponen ragam antar induk; = komponen ragam antar anak dalam induk Komponen ragam diduga dengan : = KTw = (KTd KTw)/kl = {KTs- (KTw + K 2 )} / k 3 17
Nilai k1, k2, k3 dihitung dengan : K1 = K2 = K3 = Nilai Heritabilitas dihitung dengan rumus : = nilai heritabilitas suatu sifat yang dihitung melalui pejantan dan induk = komponen ragam antar pejantan = komponen ragam antar induk = komponen ragam antar anak dalam induk Simpangan baku eror nilai heritabilitas untuk komponen pejantan dan induk dihitung berdasarkan rumus (Becker 1984) : s.e. h 2 = simpangan baku heritabilitas suatu sifat Peubah Peubah yang akan diukur dan diamati adalah bobot Badan. Bobot badan kelinci FZ3 ditimbang setiap minggu (g) menggunakan timbangan digital merek ACS yang memiliki kapasitas 15 kg. 18