BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lokal maupun asing dapat dijadikan tolok ukur perkembangannya. Memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 KAJIAN STILISTIKA PUISI ANAK D ALAM RUBRIK PERCIL PIKIRAN RAKYAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

Oleh. Memen Durachman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I ANALISIS CERITA NOVEL NIJUSHI NO HITOMI KARYA SAKAETSUBOI DILIHAT DARI SEGI PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil dari kebudayaan. Kelahiran sebuah karya sastra

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca memanjakan fantasinya, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh suspense, daya yang menarik hati pembaca untuk ingin tahu dan merasa terikat karenanya, mempermainkan emosi pembaca sehingga ikut larut ke dalam arus cerita (Nurgiyantoro, 2005: 3). Selain untuk menghibur, sastra pun dapat mengungkapkan rahasia dunia manusia dan dapat memberikan pengalaman batin yang sangat berharga kepada pembaca. Aristoteles (dalam Kurniawan, 2009: 6) berpendapat bahwa, sastra itu bisa memberikan katarsis atau penyucian jiwa pembaca, artinya setiap orang yang intens membaca sastra pasti mempunyai perasaan yang halus, lembut, dan baik. Sehingga dalam hal ini, sastra dapat memberikan makna terhadap ekistensi manusia serta dapat memberikan jalan kepada kebenaran dengan cara mengungkap tabir rahasia hidup dan liku-liku kejiwaan manusia. Unsur keindahan dalam sastra sangat diperhitungkan, seperti cara pengungkapan yang digunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan, adalah khas sastra, khas dalam pengertian lain daripada yang lain. Artinya, pengungkapan dalam sastra berbeda dengan cara-cara 1

2 selain sastra, yaitu cara-cara pengungkapan yang telah menjadi biasa, lazim, atau yang itu-itu saja (Nurgiyantoro, 2005: 3). Karakteristik seperti itu bukan hanya berlaku pada sastra remaja dan dewasa saja, tetapi berlaku pula pada sastra anak. Mengenai kesamaan karakteristik, hal ini senada dengan K. Mihardja dan Marcus, buku yang bagus serta menarik bagi anak-anak adalah karya para sastrawan besar. Pertama, karena unsur-unsur kebenaran, kebaikan, dan keindahan, merupakan dasar dan tujuannya. Sehingga dengan demikian karya tersebut sudah mengandung pedagogis (pendidikan) yang lengkap. Kedua, karena jiwa sastrawan dan anak-anak pada dasarnya banyak kesamaanya (Trimansyah. 1999: 25). Akan tetapi, karena pemahaman dan pengalaman anak-anak terbatas daripada orang dewasa, sehingga sastra anak memiliki kedalaman yang rendah. Artinya, ide-ide dalam sastra anak tidak serumit sastra orang dewasa. Ide dalam sastra anak harus disampaikan dalam bentuk dan bahasa yang lebih sederhana (Cristantiowati dalam Trimansyah, 1999: 27). Sebagaimana halnya dalam sastra dewasa, sastra anak juga mengenal genre karya sastra seperti puisi, prosa, dan drama, yang di dalamnya masih banyak pula jenisnya. Genre prosa dalam sastra anak, jika dilihat dari segi isi dibedakan menjadi tiga betuk cerita, Pertama, cerita rakyat tradisional, cerita yang termasuk ke dalam cerita rakyat ini adalah mite, legenda, dan dongeng. Mite merupakan cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empunya cerita, tokohnya seperti para dewa atau setengah dewa. Legenda merupakan cerita yang sama dianggap benar-benar terjadi tetapi berhubungan dengan sejarah atau

3 kejadian-kejadian alam, misalnya Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Selanjutnya dongeng merupakan cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi, sifatnya semata-mata hanya hiburan, pendidikan, dan sindiran. Kedua, cerita fantasi, cerita fantasi ini merupakan cerita yang ditulis oleh pengarang. Kejadiannya tidak mungkin ditempatkan sebagai kejadian yang masuk akal seperti Manusia Besi karya Howard Pyle. Selanjutnya yang Ketiga, cerita realistis, cerita ini yang semua hal, peristiwa atau pun kejadian dalam cerita dapat dibayangkan terjadi dalam kehidupan manusia (Trimansyah, 1999: 36-37). Untuk genre drama dalam sastra anak tidak banyak dibahas, karena drama baru lengkap setelah dipertunjukan dan ditonton (Nurgiyantoro, 2005: 15). Dari ketiga genre tersebut, penulis meneliti sastra anak berupa cerita pendek anak. Alasannya cerita anak dewasa ini sudah kembali menjamur di Indonesia, baik yang ditulis oleh orang dewasa maupun yang ditulis oleh anakanak itu sendiri. Baik yang berupa buku maupun yang diterbitkan dalam korankoran seperti dalam Harian Umum Kompas (cerita anak ditulis oleh orang dewasa) dan Harian Umum Pikiran Rakyat (cerita anak ditulis oleh anak-anak). Jika dilihat dari kemunculannya di Indonsia, bacaan anak banyak ditulis oleh orang dewasa. Menurut Bunanta (1998: 34-35) sastra anak di Indonesia sudah ada pada zaman kolonial. Pada tahun 1875 telah terbit terjemahan Hikayat Robinson Cruse dalam bahasa Melayu. Pada tahun 1908 KBR (Komisi Bacaan Rakyat) pun menjadi sejarah penting bagi kemunculan sastra anak waktu itu, sebab dalam perjalannya KBR tercatat menerbitkan 72 judul bacaan anak dalam lima bahasa.

4 Tahun 1914 terbit Hikayat Pelandoek Dhinaka. Era selanjutnya tahun 1920-an yaitu era keemasan Balai Pustaka (BP). BP tercatat banyak menerbitkan bacaan anak yang sangat monumental, salah satunya seperti Pemandangan dalam Dunia Anak-Anak Karya M. Kasim yang kemudian diubah judulnya menjadi Si Samin. Selanjutnya setelah masa kemerdekaan dan masa keemasan BP, pemerintah mulai meluncurkan program-program untuk menerbitkan buku anak dalam upaya penunjang pendidikan. Tak kurang dari 1.833 judul buku diterbitkan (Trimansyah, 1999: 13). Dari segi banyaknya buku anak yang diterbitkan, seharusnya gairah anak untuk membaca cerita anak meningkat. Akan tetapi hal itu berbanding terbalik. Asumsi yang muncul salah satunya yang terkait dengan substansi buku anak itu sendiri adalah tema yang kurang bervariasi, penyajian yang kurang menarik dan isi yang terlalu menggurui. Huck dkk (dalam Nurgiyantoro, 2005: 17) berpendapat bahwa, hal ini pun kemungkinan terjadi akibat banyak dari penulis sastra anak menulis menggunakan kacamata orang dewasa. Mereka tidak menulis berdasarkan kacamata anak-anak. Padahal buku sastra anak yang baik adalah cerita yang menempatkan sudut pandang anak sebagai penceritaannya. Pada tahun 2000-an, bacaan anak kembali marak, banyak bermunculan karya anak yang diterbitkan. Seperti penerbit Mizan yang menerbitkan Kecil-Kecil Punya Karya yaitu kumpulan karya sastra anak yang khusus ditulis oleh anakanak. Lalu ada penerbit Salamadani, yang giat menerbitkan sastra anak melalui salah satu lininya, Chilpress.

5 Menurut Suyatno (2009: 1-2) kemunculan karya anak itu salah satunya disebabkan oleh reformasi dan perkembangan komputer di Indonesia yang berperan sebagai katalisator. Reformasi memberikan regulasi baru terhadap penerbitan yang semakin mudah didirikan, memberikan semangat kebebasan menciptakan karya sastra, menguatkan pertumbuhan karya anak, dan meberikan peluang bagi kreativitas berkarya. Perkembangan komputer memberikan kemudahan bagi anak untuk mengungkapkan gagasannya dengan mudah dan cepat. Hal ini pula yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan pengkajian terhadap sastra anak yang diterbitkan di Koran. Sebab seperti yang telah dipaparkan, sastra anak bermunculan bukan hanya yang diterbitkan dalam bentuk buku, di koran-koran setiap minggunya bisa kita temukan seperti halnya pada HU Kompas pada rubrik Cerita Anak dan HU Pikiran Rakyat pada rubrik Percil. Alasan lain mengapa penulis mengambil dari ke dua koran ini, dikarenakan telah diketahui bahwa HU Kompas merupakan barometer koran nasional di Indonesia dan HU Pikiran Rakyat pun merupakan koran Jawa Barat yang terpercaya bagi masyarakat Jawa barat itu sendiri. Dari perkembangan kajian sastra anaknya itu sendiri saat ini lebih banyak berorientasi pada sastra yang berasal dari orang dewasa ditujukan untuk anak (Suyatno, 2009: 57). Suyatno pun menambahkan bahwasaanya aspek kajian terhadap sastra anak masih terbatas pada kajian struktur narasi, bahasa, dan tekstualitas cerita anak karya orang dewasa. Setakat ini, kajian tentang cerita karya anak belum pernah dalam bentuk hasil penelitian dan belum ramai dibicarakan dibandingkan dengan sastra orang dewasa. (2009:

6 57-58). Sehingga akan menjadi hal menarik apabila kita bisa melihat aspek penceritaan karya anak yang ditulis oleh orang dewasa dan karya anak yang ditulis oleh anak-anak. Mengenai Aspek penceritaan. Aspek penceritaan dipusatkan pada apa yang sejak lama dianggap sebagai sudut pandang. Untuk menganalisis penceritaan ini perlu diperhitungkan tiga kategori yang menurut Todorov (1985: 25-26) disebut sebagai unsur bahasa, yaitu kategori modus, kategori kala, dan kategori pandangan. Kategori modus, yaitu mengungkapkan tingkat kehadiran peristiwa yang diceritakan dalam teks. Kategori kala, yaitu menyinggung hubungan antara dua jalur waktu. Kategori pandangan, yaitu sudut pandang itu sendiri sudut pandang dari mana kita mengamati objek. Menurut Genette (dalam Zaimar, 1991: 100; lihat pula Todorov, 1985: 26) mengenai kategori pandangan dalam arti sudut pandang itu sendiri yang memandang dari mana kita mengamati objek. Ada tiga tahap: Pertama, wicara yang dinarasikan atau diceritakan. Kedua, wicara alihan atau wicara yang dialihkan, dan yang Ketiga, wicara yang dilaporkan. Penelitian mengenai cerita pendek anak yang terbit di koran sebelumnya telah dilakukan oleh Ferry Fauzi Hermawan pada tahun 2010 dalam skripsi yang berjudul Kritik Sosial dalam Cerita Pendek Anak Kompas Edisi Minggu Tahun 2008. Penelitian tersebut menjelaskan tentang kritik sosial terahadap permasalahan yang banyak dihadapi oleh pemerintah dan pemeliharan alam. Secara umum dijelaskan pula mengenai kecenderungan jenis kritik sosial yang muncul. Kecenderungan kritik sosialnya adalah jenis kritik sosial antara manusia

7 dengan lingkungan sosialnya, khususnya terhadap pemerintahan, sistem sosial dan alam. Hal ini dilihatnya melalui alur, watak para tokoh, penceritaan dan lain-lain. Selain dari koran, Septiningsih dkk. (1998) dengan studi kasus Bobo (majalah anak), Amanah (majalah dewasa), dan Ananda (majalah anak) mengkaji 180 cerita anak masing-masing 60 cerita anak melalui metode deskriptif. Cerita anak tersebut dibuat oleh orang dewasa ditujukan untuk anak, khususnya anak yang membaca ketiga majalah itu. Aspek yang dikaji oleh Septiningsih dkk sebatas perbandingan aspek struktur cerita meliputi alur, tokoh, latar, dan tema. Simpulan kajian tersebut adalah 1) bentuk alur yang digunakan dalam cerita anak berupa alur lurus dan sorot balik, 2) terdapat tiga model tokoh ditampilkan dalam cerita, yakni tokoh bersekolah, tokoh tidak bersekolah tetapi bekerja, dan tokoh bersekolah sambil bekerja dengan ciri watak bulat dan datar, 3) latar ditampilkan oleh pengarang rata-rata seputar latar tempat (fisik), 4) tema yang ditampilkan dari tiga majalah, yakni masalah universal kehidupan anak dan hubungan anak dengan alam, orang lain, dan pencipta yang dikemukakan dalam berbagai masalah keluarga, kepedulian sesama, kejujuran, kesombongan, ketegaran, kesabaran, kepercayaan, lingkungan hidup, dan kerja keras. Dari sumber penelitian sebelumnya dan alasan mengakaji sastra anak yang dipaparkan di atas, hal itulah yang menjadi inspirasi peneliti mengenai Penceritaan Cerita Pendek Anak dalam HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan dalam sastra anak dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Kemunculan sastra anak berawal di tulis oleh orang dewasa.. 2. Kembali menjamurnya sastra anak baik yang ditulis oleh orang dewasa maupun anak-anak. 3. Rendahnya minat baca anak terhadap sastra anak. 4. Tema sastra anak kurang bervariasi 5. Penyajiannya kurang menarik, dan 6. Isi yang terlalu menggurui. 1.3 Batasan Masalah Karena banyaknyanya jenis cerita sastra anak, peneliti membatasi penelitian sebagai berikut. 1. Cerita pendek anak yang hanya terbit pada HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat. 2. Cerita pendek anak yang ditulis oleh orang dewasa (dalam HU Kompas) dan cerita pendek anak yang ditulis oleh anak-anak (dalam HU Pikiran Rakyat). 3. Dari masing-masing harian umum diambil tiga judul sebagai sumber data. 4. Tema persahabatan yang menjadi tema pokok cerita anak dalam penelitian.

9 5. Aspek penceritaan yang menjadi bahan kajian penelitian ini. 1.4 Rumusan Masalah Banyak hal yang ingin penulis ketahui dalam penelitian ini dan keigintahuan tersebut terangkum dalam rumusan masalah berikut. 1. Bagaimana aspek penceritaan pada cerita pendek anak yang ditulis orang dewasa dan anak-anak? 2. Bagaimana perbedaan penceritaan yang terdapat dalam cerita pendek anak yang ditulis oleh orang dewasa dengan cerita pendek yang ditulis oleh anak-anak? 3. Bagaimana hasil pemilihan penceritaan pada cerita pendek anak yang ditulis orang dewasa dan anak-anak? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menyajikan deskripsi aspek penceritaan cerita pendek anak yang ditulis orang dewasa dan anak-anak. 2. Menyajikan perbedaan dan pemilihian penceritaan pada cerita pendek anak yang ditulis orang dewasa dan anak-anak. 1.6 ManfaatPenelitian 1.6.1 Manfaat Akademis Melalui penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih dalam perkembangan ilmu kesusastraan, seperti menambah kajian khazanah sastra

10 Indonesia dan memperluas penerapan analisis strukturalisme dalam wacana sastra atau teks sastra khususnya cerita pendek anak-anak. 1.6.2 Manfaat Praktis 1. Menambah wawasan pengkajian kesusastraan khususnya dalam mengkaji sebuah cerita pendek anak koran 2. Menambah wawasan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian sastra anak dan penelitian pada umumnya 3. Menambah pengetahuan tentang karya sastra 1.7 Definisi Operasional Berkenaan dengan peristilahan yang digunakan dalam penelitian, berikut ini disajikan definisi operasional atas istilah-istilah terkait: 1. Sastra anak adalah bacaan khusus diperuntukan anak-anak baik itu ditulis oleh orang dewasa maupun anak-anak. 2. Penceritaan adalah pihak yang dianggap sebagai sumber ungkapan bahasa yang membangun cerita (Luxemburg, 1991: 125). 3. Kajian strukturalisme adalah cabang ilmu sastra yang dapat dipergunakan untuk menganalisis karya sastra. Kajian ini memandang bahwa karya sastra berdiri secara otonom dan terpisah dari lingkungan sekitarnya.