BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan yang ingin tetap bertahan dan memenangkan persaingan bisnis harus selalu melakukan inovasi guna mempertahankan eksistensinya dalam persaingan bisnis. Mulai dari ekspansi usaha, inovasi produk, maupun diferensiasi produk dilakukan yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kebutuhan dana yang harus dikeluarkan perusahaan untuk melakukan proses produksi. Oleh sebab itu, dibutuhkan pihak lain yang mampu memberikan pendanaan kepada perusahaan seperti investor ataupun kreditur. Pasar modal bisa menjadi salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mencari informasi pendanaan perusahaan tersebut. Perusahaan dapat menerbitkan saham, obligasi, atau jenis surat berharga lainnya yang akan diperjualbelikan di pasar modal guna memperoleh dana dari pihak penyedia dana. Biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan tersebut disebut biaya modal ekuitas (cost of equity capital) (Aida, 2002). Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat dibutuhkan oleh investor maupun kreditur sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Salah satu bentuk informasi yang dibutuhkan oleh para pengambil keputusan tentang perusahaan, terutama bagi investor atau kreditur adalah laporan keuangan. 1
2 Laporan keuangan merupakan sarana yang efektif dalam mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan merupakan suatu media penghubung dan penyalur informasi yang bermanfaat baik bagi perusahaan yang terdaftar di BEI maupun bagi stakeholder. Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Nomor 1, dinyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor, kreditur, dan pemakai lain dalam pengambilan keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain yang sejenis yang rasional. Agar informasi keuangan bisa membuat para investor atau kreditur tertarik untuk melakukan investasi diperusahaan itu, maka kadang kala manajer perusahaan melakukan beberapa tindakan agar laporan keuangan perusahaan tampak bagus. Jika tindakan tersebut tidak teridentifikasi oleh investor, maka informasi yang disajikan perusahaan tidak valid. Tindakan yang biasanya dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi angka pada laporan keuangan adalah dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingan pelaksanaan manajemen laba tersebut (Schipper, 1989 dalam Beneish, 2001). Menurut Scott (2012 : 423), manajemen laba adalah pilihan oleh manajer terkait kebijakan akuntansi, atau tindakan nyata, yang mempengaruhi laba untuk mencapai tujuan spesifik tertentu. Praktik manajemen laba memiliki 2 perspektif, yaitu sebagai tindakan yang salah (negatif)
3 dan sebagai tindakan yang seharusnya dilakukan oleh manajemen (positif) (Scott, 2012). Watts dan Zimmerman (1986) dalam Scott (2012) tentang teori akuntansi positif mengatakan bahwa perusahaan besar mempunyai motivasi untuk melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba guna menurunkan biaya politik, sebaliknya bagi perusahaan kecil manajamen laba terjadi guna menampilkan laba yang lebih baik dan meningkat. Manajemen berharap dengan melakukan manajemen laba mereka bisa menunjukkan kinerja perusahaan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Kinerja yang relatif stabil tersebut tentunya diharapkan akan mampu membuat pihak eksternal lebih tertarik dalam menginvestasikan dana di perusahaan. Hal ini dapat disebabkan karena pihak eksternal lebih menggemari suatu laba yang stabil. Menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit. Akibat kondisi tersebut, manajer cenderung tidak mengungkapkan semua informasi yang dimiliki kepada investor yang akhirnya memunculkan asimetri informasi. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa asimetri informasi dapat mempengaruhi cost of equity capital. Asimetri informasi merupakan ketimpangan informasi antara manajer dan pemegang saham atau
4 stakeholder lainnya, di mana manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Asimetri informasi berarti salah satu pihak yang terkait dalam perdagangan tidak memiliki informasi yang sama dengan pihak lain. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalisasi nilai saham perusahaan. Semakin kecil asimetri informasi yang terjadi di antara manajer dengan pemegang saham atau stakeholder lainnya, maka semakin kecil biaya modal sendiri yang ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan go public diharuskan mengungkapkan informasi mengenai kondisi perusahaannya dalam laporan keuangan. Namun karena adanya asimetri informasi, maka manajer dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan. Apabila perusahaan menginginkan sahamnya dijual dengan harga yang fair (wajar) maka seharusnya tidak terjadi asimetri informasi. Akan tetapi, pada kenyataannya informasi yang dimiliki manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor sehingga asimetri informasi tetap terjadi. Manajemen juga dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan. Peningkatan pengungkapan laporan keuangan diharapkan mengurangi asimetri informasi sehingga peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin kecil. Pengungkapan ini penting karena laporan keuangan merupakan salah satu informasi utama dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana
5 akuntabilitas publik. Verrechia dalam Komalasari (dalam Murni, 2004), menunjukkan bahwa dengan mengungkapkan informasi privat, maka tuntutan investor terhadap kompensasi menurun karena biaya transaksi turun sehingga komponen adverse selection dan bid-ask spread berkurang dan pada akhirnya cost of equity capital juga turun. Efek disclosure terhadap cost of equity capital sendiri merupakan masalah yang menarik untuk diteliti. Menurut Diamond dan Verrecchia (1991) pengungkapan suatu informasi akan menurunkan asimetri informasi dan pada akhirnya menyebabkan cost of capital akan menurun. Berton dalam Gulo (2000), menyatakan bahwa beberapa model asset pricing menunjukkan bahwa semakin luas pengungkapan, akan menurunkan cost of equity capital. Salah satu informasi tambahan yang dapat diungkapkan oleh perusahaan adalah modal intelektual (Intellectual Capital). Modal intelektual mulai banyak mendapat perhatian dan menarik untuk diteliti. Perusahaan yang berbasis pengetahuan menjadikan modal intelektual sebagai pertimbangan dalam menilai kemampuan perusahaan dalam meraih keunggulan bersaing. Terdapat berbagai istilah yang sering digunakan untuk menyatakan modal intelektual, antara lain intangible assets, intangibles, intangibles resource, invisible assets, dan intellectual property (Kaufman dan Schneider, 2004; Choong, 2008 dalam Istianingsih, 2011). Kemampuan suatu perusahaan untuk bisa bertahan dalam suatu persaingan salah satunya adalah sangat tergantung pada kapasitas untuk mengelola intangible
6 assets, pengetahuan dan kapabilitas inovasi secara efektif dan efisien yang menjadi nilai penting bagi pengendali aktivitas perusahaan (Pablos, 2000 dalam Isitianingsih, 2011). Namun berbagai aset tak berwujud tersebut tidak tersajikan dalam neraca maupun laporan keuangan tradisional (Canibano et.al, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tidak mencerminkan seluruh aktivitas operasi terutama informasi yang sifatnya nonkeuangan seperti informasi corporate social responsibility, informasi rencana merger, peluncuran produk baru, program bonus, dan sebagainya terhadap pihak eksternal (Istianingsih, 2011). Modal intelektual merupakan salah satu informasi non-keuangan yang penting untuk diungkapkan kepada investor karena mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan seperti yang terbukti dalam penelitian Chen et al., (2005) dan Tan et al., (2007). Bagi investor, modal intelektual bisa menjadi informasi tambahan untuk dapat memberikan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat mempengaruhi keputusan investasinya. Namun sebagian literatur mengenai pengungkapan modal intelektual tidak menguji alasan adanya perbedaan tingkat pengungkapan modal intelektual antar perusahaan (Whiting dan Miller, 2008 dalam Istianingsih, 2011). Pulic (1998, 1999, 2000) dalam Chen et al., (2005) mengembangkan suatu metode perhitungan untuk dapat mengetahui informasi mengenai modal intelektual dalam laporan keuangan yang disebut Value Added of Intellectual Coefficient (VAIC TM ). Metode ini mencerminkan kinerja modal intelektual perusahaan dan telah banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya
7 pengungkapan modal intelektual telah diuji dengan determinan kepemilikan manajerial (Bukh et al,. 2005), konsentrasi kepemilikan (Li et al., 2008), serta kepemilikan keluarga, kepemilikan BUMN, dan kepemilikan institusional (Istianingsih, 2011). Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh tingkat disclosure, manajemen laba dan asimetri informasi terhadap biaya modal karena masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian. Menurut Wiwik Utami (2005) dan Ira Novianty (2009), manajemen laba berpengaruh positif terhadap biaya modal, semakin tinggi manajemen laba maka semakin tinggi juga biaya modal, sedangkan Agus Purwanto (2012) menyatakan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya modal. Menurut Siti Asiah (2003) dan Agus Purwanto (2012), asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya modal, semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi maka semakin tinggi biaya modal sesuai dengan teori keagenan sedangkan Hafidz (2006) menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh negatif terhadap biaya modal. Etty Murwaningsari (2012) menyatakan bahwa pengungkapan berpengaruh negatif terhadap biaya modal, karena semakin tinggi pengungkapan maka biaya modal yang dibebankan kepada perusahaan semakin kecil, sedangkan dalam Agus Purwanto (2012) luas pengungkapan tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya modal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan telah diantisipasi oleh investor dalam pengambilan keputusan investasinya sehingga mempengaruhi cost of equity capital perusahaan. Modal intelektual biasanya diuji terhadap kinerja perusahaan
8 dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena menggunakan pengungkapan modal intelektual sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi cost of equity capital. Berdasarkan dengan uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul PENGARUH MANAJEMEN LABA, ASIMETRI INFORMASI, DAN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas? 2. Apakah terdapat pengaruh asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas? 3. Apakah terdapat pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal ekuitas? C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh bukti empiris dan memberikan analisis apakah ada pengaruh manajemen laba terhadap biaya modal ekuitas. 2. Memperoleh bukti empiris dan memberikan analisis apakah ada pengaruh asimetri informasi terhadap biaya modal ekuitas.
9 3. Memperoleh bukti empiris dan memberikan analasis apakah ada pengaruh pengungkapan modal intelektual terhadap biaya modal ekuitas. Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi manajemen perusahaan, dapat menjadi masukan sebagai pertimbangan untuk melakukan praktik manajemen laba serta pertimbangan untuk melakukan pengungkapan modal intelektual dalam rangka menurunkan tingkat asimetri informasi. 2. Bagi akademisi, meningkatkan pengetahuan mengenai praktik manajemen laba, pengaruh asimetri informasi, dan dampak dari pengungkapan modal intelektual perusahaan terhadap biaya modal ekuitas perusahaan serta bermanfaat untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 3. Bagi pembuat kebijakan, sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan peraturan baru tentang pengungkapan modal intelektual yang sebaiknya lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan.