BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prokrastinasi ini berasal dari bahasa latin procrastination dengan. menangguhkan sampai hari berikutnya (Milgram, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB III METODE PENELITIAN

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Feist (2010:134) kajian mengenai sifat manusia pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini setiap individu pasti pernah mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi merupakan istilah yang umum digunakan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Kepemimpinan seorang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul dari perubahan konteks sosio-ekonomi, politik dan budaya. Konteks ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Sumbayak (2009) dengan judul skripsi Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. tahun 1996 yang merupakan ahli teori pembelajaran sosial. Locus of control dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang efektif (Yukl, 2010). Tidak ada organisasi yang mampu berdiri tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah

BAB I PENDAHULUAN. relawan yang nantinya akan diterjunkan ketika Indonesia memasuki masa tanggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB II LANDASAN TEORI. Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tes psikologi merupakan alat yang digunakan oleh Psikolog dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB II. meningkatkan fungsi konstruktif konflik. Menurut Ujan, dkk (2011) merubah perilaku ke arah yang lebih positif bagi pihak-pihak yang terlibat.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan hidup, terkadang orang akan merasakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa dilihat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai

BAB III METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pa

BAB I PENDAHULUAN. hasil Sumber daya manusia merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali sarat dengan berbagai predikat (Sarwono, 1978). Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi mahasiswa seringkali diberikan tugas mata kuliah oleh dosen yang bersangkutan agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Mahasiswa sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi tidak pernah terlepas dari aktivitas belajar dan melaksanakan tugas-tugas akademik. Dalam melaksanakan tugas akademik mahasiswa dituntut dapat memanajemen waktu yang ia miliki sehingga bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Namun tidak semua mahasiswa memiliki keahlian dalam memanajemen waktu, ada sebahagian mahasiswa yang justru menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan yang sia-sia atau melakukan kegiatan lain yang menurutnya lebih menarik. Banyak mahasiswa yang akhirnya mengeluh karena tidak dapat membagai waktu kapan harusnya memulai sesuatu tugas sehingga waktu yang ia miliki tidak terbuang dengan percuma. Penundaan dalam 1

2 mengerjakan tugas yang diberikan oleh fakultas digolongkan ke dalam bentuk prokrastinasi akademis (Ziesat, Rosenthal & White dalam Rizki, 2009). Ferrari dkk (dalam Coralla dkk, 2012) menerangkan bahwa dalam beberapa penelitian tentang prokrastinasi, ditemukan bahwa prokrastinasi merupakan suatu masalah yang kompleks yang menimpa pada sebagian besar masyarakat secara luas maupun pada lingkungan akademis. Solomon dan Rothblum (dalam Coralla, 2012) membagi enam era akademik yang biasa menjadi prokrastinasi. Enam era akademik tersebut, yaitu: Tugas menulis, contohnya antara lain keengganan dan penundaan mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban menulis makalah, laporan, dan tugas menulis lainnya; yang selanjutnya adalah belajar menghadapi ujian, contohnya mahasiswa melakukan penundaan belajar ketika menghadapi ujian, baik ujian tengah semeter, ujian akhir semester, kuis-kuis, maupun ujian yang lain; selain itu termasuk juga tugas membaca per minggu, contohnya antara lain penundaan dan keengganan mahasiswa membaca buku referensi atau literatur-literatur yang berhubungan dengan tugas akademiknya; kemudian yang menyangkut tugas administratif, meliputi penundaan pengerjaan dan penyelesaian tugas-tugas administratif, seperti menyalin catatan materi perkuliahan, membayar SPP, mengisi daftar hadir (presensi) kuliah, presensi praktikum, dan lain-lain; yang selanjutnya adalah menghindari pertemuan, antara lain penundaan dan keterlambatan

3 dalam menghadiri kuliah, praktikum, seminar dan pertemuan lainnya; dan yang terakhir menyangkut kinerja akademik secara keseluruhan. Solomon dan Rothblum (dalam Nugrahasanti, 2006) menyebutkan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi paling banyak dalam tugas menulis sebesar 46%. Selain itu, dalam tugas membaca 30,1%; belajar untuk ujian 27,6%; menghadiri pertemuan (kuliah) 23%; dalam tugas administratif 10,6%; dan kinerja akademik secara keseluruhan 10,2%. Menurut Briody (dalam Rizki, 2009) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik salah satunya adalah faktor kepribadian prokrastinator. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ferrari (1995), tentang salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi yakni faktor internal yang terdiri dari faktorfaktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. Kondisi psikologis di sini mengarah pada sifat kepribadian yang dimiliki individu. Hal-hal yang termasuk di dalamnya adalah ketertarikan individu yang rendah pada tugas, perfeksionisme, rendahnya kepercayaan diri dan ketakutan akan kegagalan (Ferrari, 1995). Menurut Utamaningsi dan Setyabudi (2012) kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, dan perilaku konsisten. Dalam teori kepribadian, kepribadian terdiri dari trait dan type. Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar kepribadian. Trait menggambarkan

4 konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda sedangkan type adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Kepribadian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari seorang individu. Setiap individu pasti memiliki kepribadian yang berbeda dengan individu lainnya, bahkan orang yang dilahirkan kembar tidak akan memiliki kepribadian yang sama. Hal inilah yang menyebabkan kepribadian dikatakan sebagai hal yang unik. Kepribadian ini memiliki banyak arti, sehingga boleh dikatakan bahwa jumlah definisi dan arti kepribadian adalah sejumlah orang yang menafsirkannya. Hal ini terjadi kerena adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Banyak ahli yang kemudian membagi kepribadian individu ini ke dalam beberapa tipe, salah satunya adalah menurut pendapat McCrae and Costa (dalam Pervin, Cervone & John, 2005 ) mengatakan bahwa five factor mode adalah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor dasar kepribadian manusia yang terdiri dari neuroticism, extraversion, openness, agreeableness and conscientiousness. Neuroticism mengukur penyesuaian Vs ketidakstablilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan dan respon coping yang tidak sesuai. Extraversion mengukur kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktivitas, kebutuhan akan stimulasi dan kapasitas kesenangan. Openness mengukur keinginan untuk mencari dan

5 dan menghargai pengalaman baru dan senang mengetahui sesuatu yang tidak familiar. Agreeableness mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaan dan tindakan. Yang terakhir conscientiousness mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah. Kelima tipe kepribadian tersebut mungkin akan menunjukkan tingkat prokrastinasi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu tipe kepribadian dari the big five personality mungkin akan menunjukkan tingkat prokrastinasi yang tinggi seperti neuroticism yang merupakan seseorang yang rentan terhadap stress dan pencemas. Menurut DeQuincey, prokrastinasi juga bisa berwujud dalam kecemasan menghadapi tugas sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk cemas dibandingkan mengerjakannya (Dalam Santoso, 2009). Tipe kepribadian ini akan menghasilkan angka prokrastinasi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tipe kepribadian lainnya. Adapun tipe conscientiousness yang teratur, teliti dan rapi sehingga menuntut adanya perfeksionisme dan ketakutan akan ketidaksempurnaan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rachmahana (2002) mengenai salah satu ciri kepribadian untuk menggambarkan prokrastinasi seseorang adalah Perfeksionisme yang merupakan keinginan untuk melengkapi tugas agar sempurna. Tipe kepribadian jenis ini di satu sisi

6 akan menunjukkan angka prokrastinasi yang tinggi dibandingkan dengan tipe lainnya dan di sisi lain mereka menganggap tugas akadmeik merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan tepat waktu. Berbeda halnya dengan apa yang diungkapkan Utamaningsih & Styabudi (2012) siswa yang tidak melakukan prokrastinasi akademik diasumsikan memiliki tipe kepribadian yang disiplin, teratur, sehingga akan segera mengerjakan tugas. Siswa yang tidak melakukan prokrastinasi diasumsikan lebih cenderung ke dalam dimensi atau tipe conscientiousness. prokrastinasi : Berikut kutipan wawancara dengan mahasiswa yang melakukan Bingung aku la gimana cara ngerjain tugas ini, nggak tau aku mau mulai dari mana dulu. Aku itu maunya ngerjainnya bener-bener jadi nanti salahnya nggak banyak, cuma itulah aku belom ada insight dan nggak punya bahan untuk ngerjakannya. Aku lagi bangsa orang yang mau semuanya itu perfect jadi daripada kepalaku pusing ngeliat tugas ini mending nanti-nanti aja la ku kerjain tugas ini tunggu aku punya ide dulu jadi nanti tinggal enak ngerjainnya. (Komunikasi personal Selasa, 21 Januari 2014) Berdasarkan hasil wawancara personal yang dilakukan dengan salah seorang mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa karena keinginan untuk mencapai perfeksionisme dalam melaksanakan tugas akademik. Dapat dilihat bahwa berbeda tipe kepribadian akan memunculkan tingkat prokrastinasi yang berbeda pula. Beberapa tipe kepribadian akan memunculkan tingkat prokrastinasi yang tinggi dan beberapa yang lain mungkin memunculkan tingkat prokrastinasi yang rendah atau tidak sama sekali.

7 Seorang mahasiswa memang dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tetapi kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas tersebut. Perilaku mahasiswa yang suka menunda-nunda mengerjakan tugas ini dapat memberikan dampak negatif bagi pelakunya sendiri karena itulah peneliti ingin meneliti perbedaan tingkat prokrastinasi dilihat dari tipe kepribadian the big five personality pada mahasiswa. B. Identifikasi Masalah Menurut Solomon & Rothblum (dalam Rizki, 2009) prokrastinasi akademis merupakan penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh fakultas dimana bentuk dari prokrastinasi akademis tersebut dapat berupa penundaan mengerjakan tugas mengarang, penundaan belajar menghadapi ujian, penundaan tugas membaca, penundaan kinerja tugas administratif, penundaan menghadiri pertemuan dan penundaan kinerja akademis secara keseluruhan. Menurut Briody (dalam Rizki, 2009) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik salah satunya adalah faktor kepribadian prokrastinator. Menurut Utamaningsi dan Setyabudi (2012) kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari polapola pikiran, perasaan, dan perilaku konsisten. Dalam teori kepribadian, kepribadian terdiri dari trait dan type. Salah satu pendekatan kepribadian yang banyak digunakan adalah the big five personality, di mana McCrae

8 and Costa (dalam Pervin, Cervone & John, 2005 ) mengatakan bahwa five faktor mode adalah sebuah kesepakatan diantara pendekatan teoritis yang mengacu pada lima faktor dasar kepribadian manusia yang terdiri dari neuroticism, extraversion, opennes, agreeableness and conscientiousness. Fenomena yang terjadi di dalam kehidupan mahasiswa yakni adanya berbagai tipe kepribadian sehingga dengan beragamnya tipe kepribadian tersebut menyebabkan perbedaan pada tingkat prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas mereka. Padahal setiap mahasiswa dituntut untuk dapat memanajemen waktu sehingga seperti apapun tipe kepribadiannya mahasiswa dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Fenomena ini penting diteliti agar mahasiswa dapat memanajemen dirinya sendiri sehingga dapat mengurangi prokrastinasi mereka. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana perbedaan tingkat prokrastinasi ditinjau dari tipe kepribadian the big five personality pada mahasiswa? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat prokrastinasi ditinjau dari tipe kepribadian the big five personality pada mahasiswa.

9 E. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi perkembangan, psikologi pendidikan serta psikologi kepribadian yang berkaitan dengan prokrastinasi dan tipe kepribadian individu. b. Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa agar mengetahui akibat negatif yang ditimbulkan dari prokrastinasi sehingga mahasiswa dapat mengurangi perilaku prokrastinasi dan memanajemen diri sesuai dengan tipe kepribadiannya. 2. Bagi dosen mata kuliah yang bersangkutan agar dapat mengetahui faktor penyebab prokrastinasi, yang salah satunya adalah tipe kepribadian mahasiawa itu sendiri sehingga pihak dosen yang bersangkutan dapat mengatasi tingkat prokrastinasi yang timbul berdasarkan tipe kepribadian mahasiswa yang berbeda dalam menyelesaikan tugas 3. Bagi orang tua, agar dapat memberikan gambaran tentang apa itu prokrastinasi dan tipe kepribadian khususnya, ciri-ciri prokrastinasi serta dampak dari prokrastinasi.