Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Wilayah Kota Medan, memiliki luas 1.156,147 Ha dan merupakan pecahan dari

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Purworejo yang terdiri dari 49 desa.luas wilayah Kecamatan Pituruh yaitu 7681

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memberikan

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB I PENDAHULUAN. sinilah kemudian kerajinan anyaman itu menjadi sebuah langkah konkrit untuk

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Induk, yaitu Kecamatan Kedaton, berdasarkan Peraturan Daerah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Singkat Tentang Trans TV dan Trans 7. Usahanya berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo).

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Godean berupa tanah yang datar dan sedikit berbukit. 2. Utara : Kecamatan Mlati, Kecamatan Seyegan

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Tanjung Baru Kecamatan Merbau Mataram

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

BAB II GAMBARAN UMUM BANGKINANG KOTA KECAMATAN BANGKINANG. Kampar, dan merupakan Kelurahan induk dan telah dimekarkan,

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Deli Serdang. Berada di jalur lintas Sumatera, desa ini terletak diantara dua kota besar di

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu,

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

KELOMPOK USAHA ROTI DI DESA PECALONGAN KECAMATAN SUKOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

Site Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Makassar

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

Lampiran 1 Kuesioner. 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIMPANG PELITA. A. Geografis dan demografis desa Simpang Pelita

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB III APLIKASI PENERAPAN IJARAH DAN PENGAMBILAN BESARAN DENDA PADA PERSEWAAN MOBIL DI KELURAHAN MLAJAH KECAMATAN BANGKALAN KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB II BEBERAPA BIDANG PERMASALAHAN GAMPONG. peserta KKN ke masyarakat. Sebagai pengabdian diri kepada masyarakat,

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. merupakan suatu desa yang harmonis dan termasuk desa yang lingkungannya masih

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif di Indonesia. Konsep Ekonomi Kreatif merupakan sebuah

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari beberapa kelurahan yang ada di kecamatan Medan Petisah kota Madya Medan. Kecamatan Medan Petisah terbagi atas 7 kelurahan yaitu: 1. Kelurahan Sei Sikambing D 2. Kelurahan Petisah Tengah 3. Kelurahan Sekip 4. Kelurahan Sei Putih Timur I 5. Kelurahan Sei Putih Timur II 6. KelurahanSei Putih Tengah 7. Kelurahan Sei Putih Barat Kelurahan Sei Sikambing D berjarak 0,5 Km dari kantor ibu kota kecamatan. Luas kelurahan Sei Sikambing D ini 0,91 Km2 atau 18,46% dari luas keseluruhan kecamatan Medan Petisah. Kelurahan Sei Sikambing terdiri atas 11 lingkungan. Diantara 11 Lingkungan tersebut Lingkungan X merupakan lokasi penelitian karena dilingkungan inilah tempat peembuatan kerajinan rotan. selain itu sebagian besar kehidupan ekonomi masyarakatnya merupakan pengrajin rotan tradisional. Luas lingkungan X ± 4 ha, Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

lingkungan ini Susunan perumahan kurang teratur. Hal ini disebabkan karena padatnya jumlah penduduk serta pemanfaatan lahan yang kurang efesien. Didaerah lokasi lingkungan X terdapat juga perkuburan masyarakat. Sementara di Jalan Jenderal Gatot Subroto, makin bertambahnya bangunan-bangunan ruko yang berfungsi sebagai batas-batas lingkungan X. Untuk lebih jelas batas-batas wilayah administratif kelurahan Sei Sikambing D lingkungan X adalah : 1. Sebelah Utara : Jalan Jenderal Gatot Subroto Kelurahan Sei Putih Barat. 2. Sebelah Timur : Lingkungan IX. 3. Sebelah Selatan : Lingkungan XI. 4. Sebelah Barat : Kelurahan Sp. Tanjung, Kecamatan Medan Sunggal. Jalan Jenderal Gatot Subroto adalah jalan raya yang menghubungkan Kota Medan dengan kota-kota yang berada disebelah barat antara lain Binjai, Stabat dan Pangkalan Brandan. Di sepanjang Jalan Jenderal Gatot Subroto merupakan daerah pertokoan. Di tempat inilah berbagai barang hasil kerajinan berupa barang-barang prabot rumah tangga baik yang terbuat dari rotan maupun dari kayu di pasarkan. Bahkan dijalan Jenderal Gatot Subroto terdapat satu pusat penjualan kerajinan rotan. Letak strategis dapat menjadi faktor yang mempengaruhi proses produksi dan pemasaran. Karena dengan letak yang strategis itu maka sejumlah produksi dengan mudah dipasarkan sehingga apa yang mereka kerjakan terlihat secara jelas hasilnya. Keberadaan lingkungan X yang terletak di pinggir kota telah mempengaruhi proses pengangkutan. Barang-barang produksi yang sudah jadi atau bahan-bahan mentah yang dibutuhkan mudah dijangkau. Letak ini menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen maupun para konsumen. Keberadaan sungai Sei Sikambing besar pula peranannya terhadap proses produksi. Sungai

Sei Sikambing di manfaatkan sebagai tempat merendam rotan selain bak yang telah disediakan. 2.1.2 Keadaan Penduduk Pola pemukiman Lingkungan X menghadap ke jalan-jalan umum yaitu jalan Jenderal Gatot Subroto. Dan terdapat gang-gang kecil yang merupakan jalan masuk ke Lingkungan X kebanyakan masyarakatnya berasal dari Cirebon. Karena dahulu itu merupakan lahan kosong dan lahan itu di bangun rumah oleh masyarakat Cirebon yang ingin tinggal di Medan, karena lahan yang mereka tinggal berdekatan jaraknya dengan kantor Industri perdagangan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan adanya perkawinan antara orang Cirebon dengan masyarakat Sei Sikambing D, jadi bukan hanya orang Cirebon saja yang tinggal di Lingkungan X. Pemukiman penduduk tampak cukup padat, ditandai oleh jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya hampir tidak ada lagi. Pada beberapa bagian pemukiman, khususnya rumah-rumah yang menghadap ke Jalan Jenderal Gatot Subroto, letaknya tidak beraturan dan sulit ditentukan mana bagian depan dan mana bagian belakang rumah. Hanya jalan kecil yang menghubungkan rumah dengan jalan umum yang menandakan bahwa di belakang suatu rumah masih terdapat perumahan. Jumlah penduduk kelurahan Sei Sikambing D Lingkungan X sebanyak 9.475 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 4.478 jiwa dan perempuan sebanyak 4.997 jiwa (tahun 2000). 8 Penduduk adalah merupakan motor penggerak pembangunan. Masyarakat yang menentukan cepat atau lambatnya gerak kehidupan yang berlangsung itu sendiri. Apalagi 8 Statistik Kotamadya Medan, tahunan kotamadya Medan tahun 2000, Medan : Kantor Statistik Kotamadya Medan, 2000, hlm, 16

bila ditinjau dari jumlah penduduk dan kualitasnya maka akan nampak bidang apa yang mendominasi perkembangan daerah tersebut. Potensi ini biasanya berbeda pada setiap daerah atau suatu wilayah dan mungkin dapat menjadi penentu ciri khas daerah-daerah yang bersangkutan. 9 Penduduk kelurahan Sei Sikambing D lingkungan X adalah suku bangsa Jawa, suku bangsa Batak, Suku bangsa Minangkabau, Suku bangsa Aceh dan juga yang lebih mayoritas adalah suku bangsa Cirebon. Adapun latar belakang kedatangan mereka ke wilayah ini pada awalnya hanya berkunjung dan menunjukkan kepada masyarakat hasil karya kerajinan rotan dari Cirebon ke Medan, namun kemudian mereka mencoba tinggal menetap dan terlebih dahulu melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan bekerjasama dengan dinas perindustrian. Seiring berjalannya waktu sebagai masyarakat pendatang mereka beradaptasi terhadap masyarakat sekitar yang terlebih dahulu datang dan terhadap penduduk asli bahkan mereka sudah melakukan perkawinan dengan suku asli setempat. Keberadaan masyarakat Sei Sikambing D pada umumnya beragama Islam. Meskipun jumlah penduduk terdiri atas beberapa suku bangsa sehingga terjadi keanekaragaman namun sikap dan tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari menciptakan solidaritas antara warga sebagai satu kesatuan masyarakat. 2.1.3 Sistem kehidupan masyarakat A. Kehidupan Sosial Masyarakat Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Untuk itu dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat diperlukan adanya interaksi diantara 9 Hadi Priyanto, Pembangunan Ekonomi Pedesaan, dalam Pembangunan Industri Pedesaan. Yogyakarta : BPFE, 1987, hal. 55

masyarakat. Dengan adanya hubungan sosial yang baik dan saling menguntungkan maka sistem kehidupan ekonomi akan lebih maju. Dengan demikian maka tingkat kehidupan akan semakin baik dengan menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera. Kehidupan sosial yang terjalin dengan baik akan mempengaruhi lahirnya kerjasama dan saling membutuhkan. Dimanapun hubungan sosial sangat diperlukan. Seperti halnya pada masyarakat pengrajin, untuk mendapat suatu dukungan dan respon yang positif dari masyarakat maka mereka melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat. Dengan demikian keberadaan diri mereka tidak menjadi sebuah ancaman yang dapat mematikan karakter dan kebiasaan serta hubungan sosial. Para pengrajin sebagai masyarakat pendatang mengambil inisiatif untuk memperluas hubungan sosial. Mereka melakukan kerjasama dengan berbagai insitusiinsitusi di dalam masyarakat baik itu bersifat horizontal maupun vertikal. Para pengrajin melakukan hubungan kerja dengan instansi terkait dalam pemerintahan yaitu mengunjungi kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan di jalan Iskandar Muda. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses pengenalan hasil-hasil industri rotan kepada masyarakat melalui dinas Perindustrian dan Perdagangan tersebut. Hal itu dapat tercapai dengan adanya sosialisasi yang baik diantara kedua belah pihak. Untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sekitar orang Cirebon itu memilih tinggal menetap sebagai masyarakat pendatang dengan membeli lahan yang lokasinya berdekatan dengan kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Seiring dengan berjalannya waktu hubungan sosial semakin luas. Hal itu ditandai dengan pemukiman yang berbaur dengan masyarat yang bukan orang Cirebon. Kehadiran

mereka ternyata tidak hanya sekedar formalitas tetapi juga dalam wujud kongkrit. Mereka membawa pengaruh yang positif dan dapat membuka wawasan pemikiran penduduk asli. Keahlian mereka dalam mengolah rotan dari bahan baku menjadi bahan jadi secara perlahan tertularkan kepada penduduk setempat hal ini terjadi karena adanya kehidupan sosial yang baik. Penduduk asli dapat menerima kehadiran mereka dengan alasan bahwa keberadaan orang Cirebon telah membuka peluang usaha serta mendorong mereka untuk hidup lebih kreatif. Keadaan ini sehingga secara tidak langsung telah megurangi pengangguran. Hubungan sosial yang baik itu bukan hanya dalam lapangan kerja dan kehidupan sehari-hari tetapi juga sudah sampai pada tingkat perkawinan. Banyak orang-orang Cirebon (pendatang) telah melakukan perkawinan dengan penduduk asli. Begitu pula sebaliknya banyak penduduk asli telah melakukan perkawinan dengan keturunan masyarakat Cirebon. Hubungan yang erat tersebut menciptakan kebersamaan tanpa menonjolkan sikap kesukuan. Sikap akrab ini dapat terlihat ketika penduduk asli mengelenggarakan acara baik itu acara adat ataupun acara-acara lain maka orang orang Cirebon sudah menjadi bagian didalamnya dengan adanya kerjasama dan sebaliknya. B. Kehidupan ekonomi masyarakat Kehidupan ekonomi merupakan aspek yang paling penting dan utama dalam kehidupan manusia, manusia selalu berusaha dengan berbagai cara agar kehidupan ekonominya terus meningkat. Dengan semakin meningkatnya ekonomi seseorang maka

status seseorang akan semakin tinggi. Karena aspek ekonomi sangat menentukan tingkat kehidupan manusia. Begitu juga dengan kondisi masyarakat di lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan. Tingkat kehidupan masyarakat berbeda-beda. Perbedaan tingkat kehidupan itu disebabkan antara lain sifat keaslian, tingkat keahlian, tingkat pengapdian dan tingkat pemapanan ekonomi. Khusus di lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan perbedaan tingkat kehidupan yang lebih jelas terlihat pada bidang ekonomi dan bidang pendidikan. Sebagian basar tingkat pendidikan masyarakat dikatakan rendah, itu dibuktikan banyaknya masyarakat yang tingkat pendidikannya hanya tamatan SD dan SMP sedangkan tamatan SMA sampai Sarjana hanya sebagian kecil. Kondisi yang demikian dikarenakan pada saat itu, menurut mereka lebih bagus bekerja dari pada sekolah, dengan alasan kalau mereka sekolah, mereka tidak bisa mendapat uang sendiri, sedangkan dalam tingkat keterampilan, dalam suatu masyarakat yang hanya mempunyai minat dan keahlian. Hal-hal seperti itu dapat dengan mudah dijumpai dikalangan masyarakat secara umum. Banyak kehidupan ekonomi mereka yang hidup secara pas-pasan. Demikianlah kehidupan masyarakat di lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan. Kehidupan masyarakat yang masih hidup dalam lingkaran kemiskinan. Masyarakat asli yang banyak bekerja sebagai buruh baik sebagai tukang becak, tukang gali kuburan, buruh pabrik, tukang cuci pekerjaan lain-lain. Jika dibandingkan dengan tingkat kebutuhan maka pendapatan mereka tidak akan sesuai dengan hasil yang mereka dapatkan. Hal itulah yang menjadi pemicu tingkat pendidikan bagi masyarakat asli menjadi rendah.

Banyak permasalahan yang dihadapi sehingga mereka tetap hidup dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu melihat potensi yang ada pada lingkungan X kelurahan Sei Sikambing D Medan maka jalan keluar satu-satunya adalah dengan menggali kreatifitas dibidang industri kerajinan karena kreatifitas tidak selamanya diukur dari tingakat pendidikan. Keahlian yang mereka miliki baik itu bakat maupun perolehan dengan mengikuti pelatihan mereka manfaatkan untuk memperbaiki ekonomi. Kreatifitas yang mereka miliki dipergunakan untuk menutupi tingkat pendidikan mereka yang rendah. Mereka mengambil inisiatif untuk menggeluti bidang industri dan kerajinan. Seiring dengan waktu maka usaha tersebut dapat membuahkan hasil yang maksimal jika dibandingkan dengan pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan sebelumnya. Walaupun demikian setelah mereka menjadi pelaku industri banyak masalah yang harus dihadapi. Salah satu masalah yang dihadapi adalah perolehan modal usaha. Modal sangat berpengaruh dalam sistem ekonomi pengrajin, karena tanpa adanya modal usaha yang mereka inginkan tidak bisa berjalan dengan lancar, karena jika tidak adanya modal mereka tidak bisa membeli bahan baku. Beberapa pengrajin yang kekurang modal untuk membeli bahan baku tidak mau meminjam ke Bank, karena menurut mereka jika meminjam ke Bank sangat besar resikonya. Maka antara masyarakat sekitar mereka saling tolong-menolong dengan melakukan pinjaman modal dan bahan baku. Disinilah peranan ekonomi yang lebih baik dengan memberi bantuan kepada pengrajin. Selain itu untuk meringankan para pengrajin dalam perolehan modal, maka pemerintah memberikan bantuan uang tunai bagi yang membutuhkannya melalui sistem Bapak angkat. Dan yang berhak mendapat pinjaman modal tersebut adalah pengrajin yang mempunyai pengolahan

kerajinan yang terbanyak. Bantuan itu disalurkan melalui Koperasi Pengrajin Rotan (KOPTAN), Angsapura, Asai, dan Pertamina yang membantu memberikan dana pada para pengrajin melalui koperasi, para pengrajin ini dapat membeli bahan penolong dengan cara kredit dan ketentuan paling lama tiga tahun. Dengan demikian kehidupan ekonomi para pengrajin semakin meningkat hal itu dibuktikan bahwa tingkat pendidikan anak-anak mereka semakin tinggi, tingkat kesehatan dan juga taraf hidup yang lebih baik hal ini berhubungan langsung dengan kepemilikan tanah dan bangunan