1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan suatu negara adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Target penurunan AKI untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 2019 adalah menurunkan AKI dari 359 per 100 ribu kelahiran hidup menjadi 306 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2019. 1 World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan. 2 Urutan penyebab kematian ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan, eklampsi, perdarahan sebelum persalinan dan infeksi. 3 Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar yaitu akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan seperti febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD). 4 Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. 5 Ketuban pecah dini preterm disebut jika
2 membran ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. 6 Hal ini sangat berbahaya karena merupakan salah satu faktor penyebab asfiksia neonatorum dan infeksi neonatorum. 7 KPD terjadi akibat berkurangnya kekuatan membran yang disebabkan oleh infeksi dari vagina dan servik. 4,7 Kekuatan membran ketuban juga dapat terganggu akibat pengaruh nikotin dari rokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok sangat berbahaya terhadap kehamilan dan persalinan. 8 Wanita hamil yang terpapar asap rokok seringkali mengalami gangguan selama kehamilan seperti abortus, berat badan lahir rendah, pre eklampsi, abruptio plasenta dan ketuban pecah dini. 9,10 Hal ini terjadi karena kandungan tar dalam asap rokok merupakan radikal bebas yang akan merusak komponen molekul utama dari sel tubuh dan dapat mengganggu integritas sel, berkurangnya elastisitas membran, termasuk selaput ketuban sehingga rentan mengalami ruptur. Asap rokok menyebabkan penyampaian oksigen ke janin terganggu sehingga pertukaran gas menjadi abnormal yang menyebabkan perubahan biokimia pada plasma darah yaitu berkurangnya komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga. 9 Pertumbuhan struktur kolagen yang abnormal tersebut menyebabkan kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah dini. 4 Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri karena berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan maternal maupun perinatal sehingga hal ini dapat
3 meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia. Komplikasi yang terjadi pada ibu berupa infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir, perdarahan intraventrikular, serta sepsis neonatorum. 35 Perokok dibagi dalam dua kategori yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok. Perokok aktif secara teratur menghisap rokok minimal satu batang atau lebih dalam setiap harinya. Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok, seseorang dapat dikategorikan sebagai perokok pasif adalah menghirup asap rokok 15-60 menit/hari. 11 Fenomena merokok diketahui sejak adanya pemakaian rokok oleh masyarakat Indian kuno sampai sekarang penyebaran pembuatan dan penggunaannya sudah tanpa batas. Rokok sebagai komoditas jual yang merata sehingga mudah didapatkan dimanapun, sekalipun di wilayah yang jauh dari produsen. 11 Prevalensi merokok di Indonesia naik dari tahun ke tahun dan 85,4% perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan lingkungan. 11 Menghirup asap rokok orang lain (menjadi perokok pasif) lebih berbahaya tiga kali lipat dibandingkan mengisap rokok sendiri (perokok aktif) karena racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Asap tersebut merupakan hasil dari pembakaran tembakau yang
4 tidak sempurna. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar, karena racun yang di hisap lewat hidung tidak terfilter, sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang diisap. 16 Penelitian yang dilakukan oleh Icha (2013) menunjukan bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko untuk mengalami ketuban pecah dini 3,5 kali lebih besar daripada wanita tidak perokok pasif dan menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. 18 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2015 periode Januari - Desember tercatat kejadian ketuban pecah dini sebanyak 17% dari total jumlah persalinan. Pada tahun 2016 periode Januari Desember tercatat kejadian ketuban pecah dini sebanyak 28% dari total jumlah persalinan. Proporsi penggunaan tembakau tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 yang berperilaku perokok setiap hari yaitu Bantul 21,9 %. Kejadian ketuban pecah dini di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami peningkatan berdasarkan kejadian dari tahun sebelumnya sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Ibu Hamil Perokok dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang peneliti ambil yaitu Adakah hubungan antara ibu hamil perokok dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD)?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan ibu hamil perokok dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi ibu hamil perokok b. Mengidentifikasi kejadian ketuban pecah dini D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara ibu hamil perokok dengan kejadian ketuban pecah dini. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu hamil mengenai bahaya asap rokok terhadap kehamilan sehingga ibu hamil selama dalam masa kehamilan dapat menghindari asap rokok. b. Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, khususnya bidan mengenai bahaya asap rokok pada ibu hamil dan kejadian ketuban pecah dini sehingga diperlukan konseling yang lebih dini kepada ibu hamil.
6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh icha pada tahun 2013 dengan judul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini telah mendapatkan hasil bahwa tedapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini dengan hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p = 0.02 dan OR = 3,5. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan case control. Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Icha Dithyana dengan yang peneliti lakukan adalah jenis penelitian yang digunakan Icha adalah observasional analitik dengan pendekatan case control sedangkan untuk penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. 18 Penelitian yang peneliti lakukan bertujuan untuk mepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode tertentu dan memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran. 2. Penelitian lain yaitu oleh Bening pada tahun 2011 dengan judul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Bayi Berat Lahir Rendah menunjukan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko melahirkan bayi berat lahir rendah 5,4 kali lebih besar daripada ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok setelah mengontrol pengaruh ANC. 24 Letak perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Bening dengan yang
7 peneliti lakukan adalah pada variabel. Perbedaan variabel terdapat di variabel terikat. Variabel terikat pada penelitian Bening Rahmi Titisari adalah berat badan lahir rendah sedangkan untuk penelitian ini variabel terikatnya adalah ketuban pecah dini.