PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Menemukan Jumlah Jaring-Jaring Bangun Ruang Kubus

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan Metode Problem Solving Materi Simetri

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Berupa Soal Uraian Berdasarkan Tingkat Pemahaman Siswa

ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SD KELAS IV DI SDN PUCANGNOM SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah dan membuka peluang pekerjaan. memiliki kekuatan pada struktur dan penalarannya. Salah satu karakteristik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir. M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BERFIKIR KRITIS SISWA DALAM MENGGUNAKAN LKS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Pada Penerapan Scientifik Approach Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar

PROSES BERIPIKIR KRITIS SISWA SD DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN ENDED DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA

Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar pada Pembelajaran Geometri Melalui Pendekatan Matematika Realistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. dapat kita temukan dan juga berbagai bidang ilmu yang telah ada dapat dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuat manusia terus berpikir di dalam hidupnya. Kemampuan berpikir ini

Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SDN Tulangan dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita Berdasarkan Kemampuan Matematika

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Operasi Hitung Campuran (Perkalian dan Pembagian) di Kelas II SDN Ngaban

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri individu. Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan demi

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

I. PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Permendiknas tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN WAKTU MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA SISWA KELAS II SDN SEKARDANGAN

Tugas Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Dosen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VII E DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan adalah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dalam Memecahkan Soal Matematika Melalui Model Pembelajaran Langsung Direct Intruction

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Guna Mencapai Derajat Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dan guru. Proses kegiatan belajar mengajar perlu dibina hubungan dengan

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

Vol.1, No.1, Maret 2017 ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN KELAS 2 SDN SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS III SD

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang serba canggih seperti saat ini, tentu saja manusia dapat dengan

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. modal pembangunan negara telah tersedia. Pada saat ini pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MI AL HIDAYAH SUMBERSUKO PANDAAN Rizma Nur Amalia 148620600180 semester 6 A3 S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Marismaamalia01@gmail.com Abstrak Berpikir kritis ini bertujuan untuk mengetahui proses belajar siswa dalam mengerjakan soal matematika bentuk uraian berdasarkan sikap belajar para siswa. Setiap siswa memiliki sikap belajar yang berbeda-beda. Subjek penelitian terdiri dari 10 siswa yang masing-masing memiliki sikap belajar yang berbeda yakni kognitif [konseptial], afektif [emosional], konatif [perilaku atau action component]. Instrumen penelitian meliputi penelitian, tes berpikir kritis, dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah berupa wawancara, tes dan observasi. Analisis data dilakukan dengan cara pengambilan simpulan, hasil tes dan penyajian yang diberikan oleh peneliti. Cara berpikir kritis para siswa auditorial, visual dan kinestetik pada identitas dan definisi memiliki kesamaan dalam memecahkan masalah berbentuk soal cerita. Perbedaan itu terdapat pada lagkah dan pilihan yang dipilih siswa berasaskan fakta dan juga alasan yang logis yang telah diberikan, sementara perbedaan lain yang terletak kepada kejelian para siswa dalam melakukan pemeriksaan kembali atas jawaban yang sudah didapatkan. Kata Kunci: Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, Soal Cerita, Sikap Belajar PENDAHULUAN Pelajaran matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit bagi anak usia Sekolah Dasar. Selain dianggap sulit, guru yang mengajar mata pelajaran ini juga dianggap menakutkan untuk siswa, dan akibatnya siswa takut untuk belajar. Sebenarnya kalau kita perhatikan mata pelajaran matematika untuk tingkat Sekolah Dasar ini sangat menyenangkan dan bisa mengasah otak anak menjadi lebih banyak mengetahui apa saja isi dunia matematika. Amir (2015) setiap siswa memiliki cara belajar masing masing yang berbeda dalam memahami informasi atau mata pelajaran, hal ini salah satunya di pengaruhi oleh sikap dan gaya belajar siswa. kita bisa menjelaskan kepada anak bahwasanya belajar matematika itu tidak sulit dan menyenangkan, sehingga anak 1

tidak merasa takut dengan pelajaran Matematika. Di Era Globalisasi seperti ini pembelajaran matematika di sekolah merupakan prioritas utama dalam pembangunan pendidikan. Dan juga sudah ditetapkan dalam Kurikilum. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 menyatakan bahwa, pelajaran matematika sangat perlu diberikan kepada seluruh peserta didik yang di mulai dari pendidikan sekolah dasar untuk pembekalan para siswa dengan memiliki kemampuan berpikir yang logis, sistematis, analitis, kritis, dan kreatif. Dan juga memiliki kemampuan saling membantu atau bekerja sama. Dalam kompetensi itu juga diperlukan supaya para siswa juga dapat memiliki sikap atau kemampuan untuk memperoleh dan mengolah pemanfaatan suatu informasi dan juga untuk bertahan hidup pada suatu keadaan yang selalu saja berubah dan tidak tetap. John Dewey menganjurkan agar setiap sekolah mengajarkan kepada para siswa bagaimana cara berpikir yang baik dan benar kepada siswanya. Menurut Ruggiero (Johnson, 1998), berpikir adalah segala atau suatu aktivitas yang berhubungan dengan mental dan juga membantu memecahkan atau merumuskan suatu masalah. Mengambil suatu keputusan, memenuhi suatu keinginan untuk dapat memahami, mencerna sebuah jawaban, dan mencari pencapaian suatu makna. pendidikan sekolah dasar, siswa (anak-anak) harus melakukan langkah-langkah kecil dahulu sebelum akhirnya kreatif dalam hal berpikir dalam sebuah peningkatan yang jauh lebih tinggi. Dan salah satunya hal yang paling disukai dari para siswa ialah sikap keterbukaan para siswa untuk mendapatkan suatu informasi yang baru dan memiliki kemauan yang tinggi untuk berubah Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkatan dalam suatu kelas, mereka akan menjadi terbiasa dan bisa membedakan mana antara ketidak benaran dan kebenaran, kenyataan dan penampilan, opini dan fakta. sebuah pengetahuan dan sebuah keyakinan. Secara alamiah mereka akan selalu memiliki sebuah pemikiran dengan menggunakan suatu pembuktian yang bisa dipercaya dengan sebuah logika yang bisa masuk akal. Dengan demikian, kemampuan berpikir anak mulai

berkembang karena anak mulai terbiasa membangun pemikiran yang kreatif dan memiliki imajinasi yang baikuntuk suatu hal yang berbeda. Dilihat dari semua kemungkinan kemungkinan yang tidak terduga, dan pola pikir dengan cara baru mengenai masalah-masalah yang sudah ada. Menggunakan suatu keahlian dalam hal berpikir untuk tingkatan yang tinggi. Untuk itu dalam hal yang benar mengajarkan kepada siswa-siswi kebiasaan berpikir mendalam Menurut Paul, Elder, & Bartell, 1995; dalam Suriadi, 2006 Berpikir kritis berasal dari satu bahasa yunani yaitu kritikos dan kriteron. Kata kritikos yang berarti pertimbangan, dan criterion berarti ukuran baku, sehingga dapat disimpulkan berpikir kritis adalah pertimbangan yang didasarkan pada suatu ukuran baku. Berikut definisi menurut beberapa para ahli tentang berpikir kritis yaitu, Chaffee (Suriadi,2006) mengatakan berpikir kritis adalah berpikir untuk mengetahui secara sistematis berpikir kritis itu sendiri. Maksud lain tidak hanya memikirkan dengan di sengaja tapi juga meneliti bagaimana orang lain menmakai akal dan logika. Hal ini mengetahui bahwa dengan berpikir kritis memungkinkan anak melakukan analisis dengan pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa dia sudah menemukan pilihan dan menyimpulkan kesimpulan yang baik. Menurut Ennis (2000) berpikir kritis merupakan cara berfikir yang rasional dan efektif yang terfokuskan pada yang diyakini dan dilakukan. Rasional memiliki keyakinan dan sudut pandang yang diukur oleh pembuktian. Proses pengambilan keputusan itu menurut Moore dan Parker (Fowler, 1996) sebaiknya dilakukansecara baik dan hati-hati dan tidak terburu-buru. Hal ini berarti berpikir kritis menuntut penggunaan berbagai macam strategi agar dapat menghasilkan keputusan yang baik dan benar. Pengertian berpikir kritis tersebut dapat disimpulkan yaitu suatu proses pemecahan masalah dalam suatu hal atau konteks interaksi dengan diri sendiri atau pribadi, dan proses berpikir kritis ini merupakan proses menalar yang berdasarkan informasi, kesimpulan yang sudah diterima sebelumnya. Facione (Suriadi, 2006) mengatakan masih ada beberapa rumusan dan keterampilan dalam konteks berpikir kritis yang diajukan oleh para ahli, meskipun menggunakan istilah yang berbeda yang sesuai dengan sudut pandang dan terfokus 3

ke perhatian yang diikutinya. Oleh sebab itu para ahli mempunyai konsesus yang meliputi keterampilan berpikir kritis. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat peneliti melakukan observasi para siswa berantusias sekali menyambut kedatangan peneliti. Peneliti menjelaskan kepada para siswa maksud dan tujuan peneliti datang dikelas. Setelah peneliti menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke kelas yaitu untuk meminta bantuan para siswa mengerjakan soal soal matematika, ada beberapa siswa yang terlihat seperti tidak senang, dengan menunjukkan sikap yang tiba tiba menunduk, menghela nafas, merengek ketakutan dan ada juga yang langsung reflex berkata tidak mau untuk mengerjakan soal tersebut. Dari 10 siswa hanya 3 orang saja yang mau mengerjakan soal sebelum memulai mengerjakan soal peneliti menjelaskan terlebih dahulu bagaimana cara mengerjakan soal soal dengan cara yang mudah, menyenangkan dan tidak membosankan, dan peneliti juga memberikan pengertian kepada siswa bahwa mata pelajaran matematika tidaklah susah dan menyenangkan. Sebagai contoh peneliti mencoba kembali meyakinkan para siswa untuk ikut serta dalam mengerjakan soal soal, dengan cara peneliti mempraktekkan bagaimana mengerjakan soal dengan mudah dan menyenangkan tanpa membuat siswa menjadi tegang atupun takut. Setelah itu para siswa menjadi lebih antusias untuk mengikuti mengerjakan soal yang diberikan oleh si peneliti, yang sebelumnya hanya 3 orang yang bersedia mengerjakan soal kini bertambah 3 orang lagi yang berantusias mengerjakan soal. Disamping siswa mengerjakan soal peneliti juga memberikan motifasi, semangat, kepada para siswa supaya mereka tidak takut dengan mata pelajaran matemtika, karena sebelum siswa mengerjakan tugas para siswa sudah berargumen bahwa mata pelajaran matematika sangat sulit dan membingungkan. Ditambah lagi guru yang mengajar mata pelajaran matematika banyak yang tidak disukai oleh siwa karena kebanyakan guru matematika menakutkan bagi anak anak. Peneliti mencoba menghilangkan argumen para siswa tentang guru matematika yang menakutkan. Setelah para siswa mengerjakan soal soal, peneliti menanyakan pendapat kepada para siswa bagaimana perasaan mereka saat

mengerjakan tugas yang peneliti berikan dan para siswa menjawab dengan senangnya, soal matematika yang diberikan sangatlah mudah. Dan peneliti mencoba memberikan contoh soal yang lain dan mereka bisa mengerjakan dengan baik dan benar. Dari 10 siswa yang berantusias mengerjakan soal 6 orang, dan sisanya masih bertanya bertanya apakah benar mudah mengerjakan soal matematika yang dianggapnya sangat sulit dan menakutkan kemudian peneliti memberikan soal kembali untuk dikerjakan bersama sama dan para siswa berantusias untuk mengerjakan soal yang peneliti berikan. Pada saat para siswa mengerjakan soal soal yang peneliti berikan, peneliti memperhatian sikap para siswa dalam mengerjakan soal. Ada 2 orang siswa yang mengerjakan soal itu dengan cara yang menurut teman teman sekelilingnya merasa terganggu, karena siswa ini mengerjakan soal soal dengan cara berpindah pindah tempat, dan itu membuat teman teman sekelilingnya merasa tidak nyaman untuk mengerjakan soal soal yang peneliti berikan. Ada siswa yang mengerjakan soal dengan sangat teliti dan hati hati, siswa terebut juga merasa terganggu dengan sikap siswa yang mengerjakan dengan sikap yang tidak biasa yaitu dengan cara berpindah pindah tempat. Disitulah peneliti mengetahui bagaimana sikap para siswa dalam mengerjakan tugas matematika yang diberikan peneliti. Dan peneliti mengetahui bagaimana sikap para siswa dalam mengerjakan soal soal yang sudah diberikan. SIMPULAN Berpikir adalah serangkaian, gagasan, ide atau konsep konsep yang diarahkan kepada suatu pemecahan masalah. Berpikir kritis yaitu suatu pemikiran yang dilakukan oleh siswa dan memiliki suatu alasan yang relevan dan efektif dengan mengandalkan suatu pengambilan sebuah keputusan tentang suatu hal atau apa yang harus ia yakini dan tidak diyakini. berpikir kritis melibatkan pemikiran yang logisdan penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan klasifikasi, penyebab atau efek penalaran, perencanaan, hipotesis, dan mengkritisi. Apabila berpikir kritis dilatih terus menerus maka dapat melatih kecerdasan otak anak dan kebiasaan ini akan menjadikan sikap dasar untuk menjadi anak yang lebih kritis. 5

Dalam menyelesaikan masalah mengambil suatu keputusan atau ingin mendapatkan suatu ide yang baru, sebaiknya melakukan suatu hal yang positif dan yang harus dilakukan pertama kali yakni berpikir, dari befikir itulah yang akan membuat semua masalah kita teruraikan dan akan tetapi tidak dibatasi oleh pemikiran kita sendiri. dan kita juga bisa meminta suatu pendapat kepada orang lain untuk bisa menguraikannya menjadi suatu pembahasan yang baik. Kemampuan seseorang untuk berpikir kritis sangatlah dibutuhkan, karena ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi berkembang dengan sangat cepat dan sangat pesat. Dan juga memungkinkan bagi siapa saja bisa mendapatkan suatu informasi dengan sangat cepat dan sangat mudah. Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Though. New York:Sons, Inc DAFTAR PUSTAKA Amir, M. F. (2015). Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Matematika, 1(2).