BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang mengakibatkan mortalitas dan morbiditas (Ba ttegay et al., 2005). Jika dibiarkan, hipertensi menyebabkan komplikasi terhadap jantung, otak, mata dan ginjal (Lip & Hall, 2007). Hipertensi menjadi faktor risiko mortalitas penyakit kardiovaskuler di dunia sebesar 30,9%; 10,3% beban global penyakit dan memberikan kontribusi 44% dari semua penyakit jantung iskemik (Whelton et al., 2003). Hipertensi menyebabkan kehilangan sekitar 3 tahun kesempatan hidup pada penderita penyakit kardiovaskuler (Rapsomaniki, 2014). Hipertensi mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang/tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang ⅓ populasinya menderita hipertensi (WHO, 2014 ). Kasus hipertensi di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, termasuk penyebab kematian semua umur ketiga setelah stroke dan TB dengan proporsi 6,8% (Depkes, 2008). Prevalensi hipertensi orang dewasa di dunia pada tahun 2000 sebanyak 1 miliar (26,4%) dan diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025 menjadi 1,56 miliar (29,2%). Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk (Beevers et al., 2007). Prevalensi global pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas berkisar 22% pada tahun 2014 (WHO, 2014). Hasil pengukuran tekanan darah pada umur > 18 tahun ke atas menunjukkan terjadi penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% pada tahun 2013. Namun, terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara, dari 7,6% menjadi 9,5%, dan cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8%. Sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Prevalensi hipertensi tertinggi di antara pekerja berdasarkan Riskesdas adalah pada kelompok petani/nelayan/buruh sebesar 32,6% pada tahun 2007 dan 25% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2013). Prevalensi hipertensi berdasarkan status pekerjaan tersaji pada Tabel 1. 1
2 Tabel 1. Prevalensi hipertensi berdasarkan status pekerjaan Status Pekerjaan Hipertensi (%) 2007 2013 Tidak bekerja 39,1 29,2 Pegawai 27,8 20,6 Wiraswasta 31,2 24,7 Petani/nelayan/buruh 32,6 25,0 Lainnya 32,8 24,1 Sumber: Riskesdas 2013 Jenis pekerjaan, lingkungan kerja, beban kerja, gaya hidup dan karakteristik pekerja dapat menjadi faktor risiko hipertensi pada pekerja. Pekerja shift memiliki persentase kejadian hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja non-shift (Noer & Laksmi, 2014). Peningkatan jumlah jam kerja per minggu secara signifikan meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini menunjukkan hubungan positif antara kerja lembur dan risiko hipertensi (Yoo et al., 2014). Penelitian terhadap 1.729 pekerja di industri petrokimia menunjukkan bahwa dengan paparan kebisingan 75-85 db(a) mempunyai risiko terjadi hipertensi 1,56 kali dan 85 memiliki risiko 1,58 kali. Paparan kebisingan yang dianjurkan adalah 75 db(a) (Cristina et al., 2015). Umur, riwayat keluarga hipertensi, stres, indeks massa tubuh dan pajanan kebisingan mempunyai hubungan dengan kejadian hipertensi pada pekerja pelabuhan (Harianto & Pratomo, 2013). Hipertensi pada pekerja juga terkait dengan beban kerja. Ada hubungan antara beban kerja dengan kejadian hipertensi pada tenaga pengajar di SMA Negeri 1 Amurang. Sebanyak 86,2% guru yang memiliki beban berat mengalami hipertensi (Sinubu dkk., 2015). Faktor risiko hipertensi pada wanita pekerja peran ganda di Kabupaten Bantul melibatkan variabel luar, yaitu aktivitas fisik, stres psikososial, obesitas, riwayat keluarga, pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi dengan nilai R 2 = 44,3%, dan 55,7% kejadian hipertensi diprediksi karena faktor lain (Faizal dkk., 2012). Hipertensi pada pegawai di wilayah Kecamatan Tomohon Utara berhubungan dengan aktivitas fisik dan obesitas. Sebanyak 51,6% sampel dengan
3 aktivitas fisik sedang mengalami hipertensi dan 48,3% subjek obes mengalami hipertensi (Paruntu dkk., 2015). Hipertensi bisa dicegah dan dikelola melalui intervensi gaya hidup (IOM, 2010). Rekomendasi The American Heart Association untuk penurunan hipertensi adalah mempertahankan berat badan yang sehat, aktivitas fisik, penerapan pola makan yang sehat, termasuk mengurangi asupan garam dan meningkatkan asupan kalium, berhenti merokok, dan manajemen stres (Heidenreich et al., 2011). Peningkatan aktivitas fisik pada pekerja dapat mengurangi absensi. Aktivitas fisik yang buruk mempengaruhi kelelahan emosional, absensi dan omzet (Gatchel & Schultz, 2012). Proporsi aktivitas fisik di Indonesia yang tergolong kurang aktif secara umum sebesar 26,1%. Proporsi aktivitas fisik menurut status pekerjaan tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Proporsi aktivitas fisik berdasarkan status pekerjaan Status pekerjaan Aktivitas fisik (%) Aktif Kurang aktif Tidak bekerja 64,1 35,9 Pegawai 76,7 23,3 Wiraswasta 81,7 18,3 Petani/nelayan/buruh 86,6 13,4 Lainnya 80,9 19,1 Sumber: Riskesdas 2013 Proporsi penduduk kelompok umur 10 tahun dengan perilaku sedentari 3-5,9 jam per hari sebesar 42,0%, dan 6 jam per hari sebesar 24,1%. Perilaku sedentari adalah perilaku duduk atau berbaring sehari-hari, baik di tempat kerja, di rumah, di perjalanan, tetapi tidak termasuk waktu tidur. Perilaku sedentari merupakan perilaku berisiko terhadap salah satu terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung dan bahkan mempengaruhi umur harapan hidup (Riskesdas, 2013). Perilaku sedentari berdasarkan status pekerjaan seperti dalam Tabel 3. Aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko hipertensi (WHO, 2010). Ada hubungan terbalik antara aktivitas fisik dan tekanan darah. Kebiasaan berolahraga bersifat protektif terhadap kejadian hipertensi (Tjekyan, 2014). Olahraga senam jantung sehat secara teratur dan terukur 3 kali seminggu selama
4 30 menit mampu menurunkan tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD) pada penderita hipertensi (Sidang, 2006). Aktivitas fisik secara teratur seperti jalan cepat, setidaknya 30 menit per hari, hampir setiap hari dalam seminggu, dapat mengurangi TDS 4-9 mmhg (NIH, 2004). Jumlah pekerja di Indonesia semakin bertambah dari tahun ke tahun. Penduduk usia > 15 tahun yang bekerja di berbagai lapangan pekerjaan pada tahun 2013 sebanyak 112.761.072 dan tahun 2014 sebanyak 114.628.026. Klasifikasi status pekerjaan utama meliputi berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian, pekerja keluarga/tidak dibayar (BPS, 2016). Pekerja yang sehat secara fisik, mental, ekonomi dan sosial akan mempengaruhi kesehatan keluarga, komunitas dan masyarakat. Program kesehatan kerja yang efektif berfokus pada pencegahan primer. Dalam hal ini, bahaya yang berhubungan dengan efek gabungan dari faktor gaya hidup dan eksposur kerja diidentifikasi dan diminimalkan. Oleh karena itu, tempat kerja merupakan area ideal dan infrastruktur untuk mendukung promosi kesehatan masyarakat yang lebih luas, meskipun kesehatan pekerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar pekerjaan (WHO, 2014). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh aktivitas fisik dan variabel luar, yaitu jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, obesitas, obesitas abdominal, kebiasaan merokok, jumlah rokok, jenis rokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan makan makanan berlemak, konsumsi buah, konsumsi sayur, stres, riwayat diabetes, riwayat gagal ginjal kronis, riwayat batu ginjal terhadap kejadian hipertensi pada pekerja. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang penulis ajukan adalah Apakah terdapat pengaruh aktivitas fisik dan variabel luar, yaitu jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, obesitas, obesitas abdominal, kebiasaan merokok, jumlah rokok, jenis rokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan makan makanan
5 berlemak, konsumsi buah, konsumsi sayur, stres, riwayat diabetes, riwayat gagal ginjal kronis, riwayat batu ginjal terhadap kejadian hipertensi pekerja? C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari: 1. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik dan variabel luar, yaitu jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, obesitas, obesitas abdominal, kebiasaan merokok, jumlah rokok, jenis rokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan makan makanan berlemak, konsumsi buah, konsumsi sayur, stres, riwayat diabetes, riwayat gagal ginjal kronis, riwayat batu ginjal, terhadap kejadian hipertensi pada pekerja. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk: a. mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap hipertensi pada pekerja b. mengetahui pengaruh variabel luar terhadap hipertensi pada pekerja c. mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap hipertensi pekerja dengan melibatkan variabel luar D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengambil kebijakan bidang promosi kesehatan dan peneliti lain. 1. Pengambil kebijakan bidang promosi kesehatan a. Memberikan informasi tentang faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada pekerja di Indonesia b. Memberikan sumbangan untuk program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dalam rangka mengurangi kejadian hipertensi pada pekerja 2. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.
6 E. Keaslian penelitian Penelitian tentang pengaruh aktivitas fisik yang berkaitan dengan pekerjaan, transportasi dan waktu senggang terhadap kejadian hipertensi pada pekerja belum pernah dilakukan, namun terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan faktor risiko hipertensi dengan kejadian hipertensi. Persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian ini seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Persamaan dan perbedaan penelitian dengan penelitian lain 1. Fatma (2010): Pola konsumsi, gaya hidup dan indeks massa tubuh sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada nelayan di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Konsumsi natrium, kalium, kopi, kebiasaan merokok mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi pada nelayan a. Variabel terikat: hipertensi a. Variabel bebas: IMT, pola konsumsi, gaya hidup (kebiasaan merokok, stres psikososial) b. Subjek: nelayan c. Sumber data: data primer 2. Yenni (2016): Status gizi, pola konsumsi makanan dan aktifitas fisik hubungannya dengan hipertensi pada pegawai negeri sipil Kantor Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatra Selatan.. Status gizi berhubungan signifikan dengan kejadian hipertensi (P < 0,05) (R 2 : 9,9%) dengan mengikutserta-kan variabel asupan lemak, asupan kalium dan riwayat keluarga. a. Variabel terikat: hipertensi b. Variabel bebas: aktifitas fisik a. Variabel bebas lain: pola konsumsi makanan, status gizi b. Subjek: PNS c. Sumber data: data primer 3. Teh et al. (2015): Association of physical activity with blood pressure and blood glucose among Malaysian adults: a population-based study Hubungan antara dosis-respon signifikan antara aktivitas fisik dan glukosa darah, tetapi tidak antara aktivitas fisik dan tekanan darah a. Variabel terikat: tekanan darah (hipertensi dan tidak hipertensi) b. Variabel bebas: aktifitas fisik a. Variabel terikat lain: kadar glukosa (diabetes) b. Subjek penelitian: 18 tahun di populasi c. Sumber data: data primer
7 Lanjutan Tabel 3 4. Goswami dan Narayan (2016): Behavioural risk factors distribution of cardiovascular diseases and its association with normotension, prehypertension and hypertension amongst tea garden population in Dibrugarh district of Assam. Ada hubungan antara aktivitas fisik, makanan energi tinggi, konsumsi tembakau, alkohol, garam ekstra dan diabetes dengan hipertensi. a. Variabel terikat: tekanan darah (normal, prahipertensi, hipertensi b. Variabel bebas: aktivitas fisik a. Variabel bebas lain: Konsumsi tembakau, konsumsi alkohol, aktivitas waktu luang, konsumsi garam, asupan sayur, asupan buah, asupan makanan energi tinggi, stres, BMI, kolesterol 200 mg/dl, trigliserid 150 mg/dl, diabetes b. Subjek: umur 35 tahun Sumber data: data primer 5. Gupta et al. (2013): The prevalence and associated factors for prehypertension and hypertension in Cambodia Laki-laki, bertambahnya usia, BMI, dislipidemia, glikemia puasa terganggu, dan obesitas abdominal berhubungan dengan peningkatan prevalensi hipertensi. a. Variabel terikat: hipertensi b. Variabel bebas: aktivitas fisik c. Variabel bebas lain: jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, status perkawinan, merokok atau produk tembakau tanpa asap, konsumsi alkohol, jumlah buah/ asupan sayuran, minyak goreng yang digunakan, BMI, glikemia, dislipidemia d. Subjek: umur 25-64 tahun e. Sumber: data primer Penelitian tentang pengaruh aktivitas fisik dan variabel luar, yaitu jenis pekerjaan, umur, jenis kelamin, obesitas, obesitas abdominal, kebiasaan merokok, jumlah rokok, jenis rokok, kebiasaan makan asin, kebiasaan makan makanan berlemak, konsumsi buah, konsumsi sayur, stres, riwayat diabetes, riwayat gagal ginjal kronis, riwayat batu ginjal terhadap kejadian hipertensi pada pekerja secara nasional belum dilakukan. Penelitian-penelitian yang sudah ada bersifat lokal,
8 seperti pada pekerja di perusahaan, pada PNS di kantor kecamatan, pada nelayan di satu kabupaten dan sebagainya, dengan jumlah sampel sedikit. Beberapa penelitian di atas jika dibandingkan dengan penelitian ini memiliki perbedaan, antara lain jenis sumber data, subjek penelitian, dan variabel penelitian. Semua penelitian di atas menggunakan data primer, sedangkan penelitian ini menggunakan data sekunder. Subjek penelitian ini pada bermacammacam pekerjaan, sedangkan subjek penelitian di atas terbatas pada nelayan (Fatma, 2010), PNS (Yenni, 2016). Subjek penelitian ini berumur 15 tahun sedangkan penelitian di atas subjek berumur 18 tahun (Teh et al., 2015), 35 tahun (Goswami dan Narayan, 2016), 25-64 tahun (Gupta et al., 2013). Beberapa variabel luar dari penelitian ini menjadi variabel bebas dalam penelitian-penelitian di atas.