BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis unggas air ( water fowls) yang termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, famili Anatidae, sub famili Anatinae, tribus Anatinae

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

Gambar 1. Itik Alabio

II. TINJAUAN PUSTAKA. Itik lokal Indonesia dikenal sebagai keturunan itik Indian Runner yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

PENDAHULUAN. semakin pesat termasuk itik lokal. Perkembangan ini ditandai dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan telur yang tidak mengenal musim, keunggulan gizi dari telur dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Tilatang Kamang Kabupaten Agam meliputi Nagari Koto Tangah sebanyak , Gadut dan Kapau dengan total keseluruhan sebanyak 36.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. arab dengan ayam buras. Ayam arab mulai dikenal oleh masyarakat kira-kira

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensial di Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

Pengaruh Umur Telur Tetas Itik Mojosari dengan Penetasan Kombinasi terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kampung Teras Toyib Desa Kamaruton

Pengaruh Umur dan Pengelapan Telur terhadap Fertilitas dan Daya Tetas

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

Penyiapan Mesin Tetas

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

PERBANDINGAN FERTILITAS SERTA SUSUT, DAYA DAN BOBOT TETAS AYAM KAMPUNG PADA PENETASAN KOMBINASI

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan nama Bob White Quail dan

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENGARUH UMUR TELUR TETAS PERSILANGAN ITIK TEGAL DAN MOJOSARI DENGAN PENETASAN KOMBINASI TERHADAP FERTILITAS DAN DAYA

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH BOBOT BADAN INDUK ITIK MAGELANG GENERASI KEDUA TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN BOBOT TETAS DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

Pengaruh Bobot Badan Induk Generasi Pertama terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Bobot Tetas pada Itik Magelang di Satuan Kerja Itik Banyubiru-Ambarawa

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono, 1997). Ternak itik (Anas plathyrhynchos) memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani baik dari produksi telur maupun dari produksi daging. Itik adalah ternak unggas penghasil daging dan telur (Brahmantiyo et al., 2003). Itik lokal merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia, termasuk spesies itik Indian Runner yang sangat terkenal sebagai penghasil telur. Strain dari itik Indian Runner itu sendiri ada berbagai macam dan diberi nama sesuai dengan tempat perkembangannya seperti itik Tegal, itik Magelang, itik Mojosari, dan itik Alabio yang memiliki produktivitas yang berbeda-beda (Suprijatna et al., 2005). Itik merupakan unggas penghasil telur, daging dan juga bulu. Itik dapat hidup dan berkembang biak dengan pakan yang sederhana sesuai dengan potensi wilayah. Perkembangbiakan itik tergantung pada kemampuan reproduksinya. Itik lokal dibutuhkan untuk menjaga keberadaan plasma nutfah yang telah beradaptasi dan sebagai sumber pembibitan dan penelitian untuk masa yang akan datang (Jayasamudra dan Cahyono, 2005).

4 2.2. Itik Magelang Itik Magelang merupakan salah satu plasma nutfah unggas air unggulan Jawa Tengah yang perlu dibudidayakan. Melalui SK Menteri Pertanian No. 701/Kpts/PD.410/2/2013, itik Magelang ditetapkan sebagai rumpun itik lokal Indonesia yang telah dibudidayakan secara turun-temurun, sehingga menjadi kekayaan sumber daya genetik lokal Indonesia (Kementrian Pertanian, 2013). Wilayah sebaran itik Magelang berada di Magelang dan meluas hingga Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, Surakarta dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (a) (b) Ilustrasi 1. (a) Itik Magelang Jantan, (b) Itik Magelang Betina Itik Magelang umumnya mempunyai warna bulu kecokelatan dan variasi cokelat muda hingga cokelat tua atau kehitaman, dan sering kali dijumpai juga

5 warna total hitam, serta memiliki tanda khas, yaitu pada lehernya terdapat warna putih melingkar seperti kalung (Agus, 2002). Itik jantan umumnya memiliki bentuk badan langsing, jika berdiri dan berjalan sikap tegap, tegak lurus dengan tanah (Arifah et al., 2013). Paruh dari itik Magelang umumnya berwarna hitam panjang dan melebar pada bagian ujungnya. Itik betina bentuk kakinya pendek, badannya tegak lurus dan berwarna hitam paruhnya serta dominasi warna bulu di badan berwarna cokelat (Supriyadi, 2009). Itik Magelang merupakan salah satu spesies unggas air yang menghasilkan telur. Puncak produksi telur umumnya dicapai pada akhir bulan ke-2 produksi dan bertahan selama 3-4 bulan, selanjutnya produksi akan berangsur-angsur turun selama 4-5 bulan dan berhenti berproduksi bila memasuki masa rontok bulu. Periode rontok bulu ini dapat terjadi lebih cepat bila ke-7 faktor yang mempengaruhi periode bertelur tidak dapat dikendalikan (Supriyadi, 2009). Produktivitas telurnya dapat mencapai 200-230 butir/ekor/tahun, sedangkan pada itik alabio mencapai 220-250 butir/ekor/tahun (Pamungkas et al., 2013). 2.3. Bobot Induk Faktor yang menentukan keberhasilan penetasan telur itik antara lain bobot induk, kualitas telur, bobot telur, indeks telur, fertlitas dan daya tetas. Bobot jantan dan betina pada itik Magelang umumnya hampir sama dengan itik lokal lainnya. Pada jantan, bobot badan ketika berumur 20 minggu 1,6 kg dan ketika berumur 40 minggu 1,8 kg sedangkan pada betina, ketika berumur 20 minggu 1,4 kg dan ketika

6 berumur 40 minggu 1,6 kg (Supriyadi, 2009). Bobot induk berkorelasi positif dengan bobot telur (Applegate et al., 1998). Salah satu cara memilih bibit yang baik adalah dengan melihat aspek fenotip dari seleksi bobot badan itik. Perbedaan bobot badan induk berpengaruh pada bobot telur yang dihasilkan, sehingga semakin beragam bobot induk yang berada pada satu kelompok, makin seragam juga bobot telur yang dihasilkan (Prasetyo, 2006). Semakin besar bobot badan itik biasanya akan menghasilkan telur dengan ukuran yang lebih besar dari itik yang bobot badannya lebih ringan (Sopiyana et al., 2011). Berat telur sangat dipengaruhi oleh ukuran telur, semakin besar telur maka akan semakin berat bobot telurnya (Muhammad et al., 2014). Perbandingan jantan dan betina perlu diperhatikan untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi. Untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi pada itik, dianjurkan agar 6 ekor itik betina dapat dikawini oleh 1 ekor pejantan. Jika jumlah betina terlalu banyak, maka banyak telur yang tidak terbuahi atau infertil sehingga tidak bisa digunakan sebagai telur tetas (Rasyaf, 1990). 2.4. Fertilitas Fertilitas adalah persentase jumlah telur yang fertil dari seluruh telur yang dihasilkan dari induk dalam suatu penetasan. Persentase fertilitas untuk unggas jenis itik adalah 85-95% (Suprijatna et al., 2005), sedangkan pada itik Mojosari fertilitasnya sebesar 72-83,33% (Pamungkas et al., 2013). Telur yang dapat ditetaskan (fertil) dapat diketahui dengan cara peneropongan (candling), yang dilakukan 16-24 jam setelah telur dimasukkan ke dalam mesin tetas ditandai

7 dengan adanya bulatan berbentuk gumpalan yang terlihat saat peneropongan (Supriyadi, 2009). Faktor-faktor penentu fertilitas adalah: sex ratio, umur ternak, jarak waktu kawin sampai bertelur, pakan dan musim (Suprijatna et al., 2005). Kesuburan telur juga penentu dari fertilitas, faktor yang mempengaruhi kesuburan telur tetas adalah sperma, jenis makanan yang diberikan pada bibit, musim, waktu perkawinan dan hormon (Sarwono, 1995). Bobot badan induk berpengaruh terhadap tingkah laku itik, terutama pada tingkah laku perkawinan. Pada bobot induk yang berat, penempatan dan pengelompokkan antara jantan dan betina harus seimbang (Black, 2005). Bobot tubuh ternak sangat berpengaruh terhadap aktivitas ternak di dalam kandang, termasuk dalam pembuahan antara jantan dan betina yang semakin berat semakin terbatas (Tomlison et al., 1999). Sex ratio merupakan perbandingan jantan dan betina yang berada pada satu kelompok diharapkan dapat membuahi betinanya sehingga telur yang dihasilkan dapat menetas atau fertil (Prasetyo, 2006). Perbandingan jantan dan betina perlu diperhatikan untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi (Rasyaf, 1990). Untuk mendapatkan fertilitas yang tinggi pada itik, dianjurkan agar 6 ekor itik betina dapat dikawini oleh 1 ekor pejantan. Jika jumlah betina terlalu banyak, maka banyak telur yang tidak terbuahi atau infertil. Akibatnya, telur-telur tersebut tidak bisa digunakan sebagai telur tetas. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Pakan induk yang kekurangan vitamin E akan menyebabkan rendahnya fertilitas.

8 Pembentukan embrio sangat ditentukan oleh keadaan nutrisi. Jumlah embrio yang mati dapat meningkat karena defisiensi vitamin dan mineral terutama riboflavin dan mangan sehingga daya tetas menjadi rendah (North dan Bell, 1990). Vitamin E mampu mempertahankan dari kerusakan spermatogenesis pada ternak jantan dan menjaga zigot pada ternak betina, dengan demikian diharapkan akan dapat memberikan peningkatan kualitas terhadap fertilitas telur yang dihasilkan. Fertilisasi merupakan berhasilnya satu spermatozoa bertemu dengan sel telur, yang kemudian kedua sel tersebut akan berkembang menjadi suatu embrio (Pratiwi et al., 2013). Telur tetas umur satu hari memiliki fertilitas yang lebih tinggi karena telurtelur tersebut masih dalam kondisi segar dan memiliki pori-pori kerabang yang lebih kecil dibandingkan dengan pori-pori kerabang telur tetas yang lebih lama disimpan. Semakin lama telur tetas disimpan maka pori-pori kulit telur akan semakin lebar sehingga memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam telur tetas semakin besar yang mengakibatkan kualitas telur tetas semakin menurun dan semakin lama telur disimpan, akan terjadi penurunan bobot telur karena penguapan karbondioksida yang menyebabkan serabut protein yang membentuk jala (ovomucin) akan rusak dan pecah sehingga terjadi kenaikan ph (Rasyaf, 1990). Telur yang telah dimasuki oleh bakteri berkemungkinan gagal menetas, busuk dan pecah saat di mesin tetas (Zakaria, 2010). Syarat telur tetas itik yang baik yaitu memiliki berat telur 60-70 g, bentuknya oval, kulit telur yang bersih, rongga udara terlihat di bagian tumpul, usia telur tidak lebih dari 5 hari, rasio induk jantan tidak boleh lebih dari 1:8, umur induk jantan

9 tidak boleh kurang dari 12 bulan dan telur tidak retak atau berbau busuk (Pamungkas et al., 2013). 2.5. Daya tetas Daya tetas adalah persentase jumlah telur yang dapat menetas dari jumlah telur yang fertil (Suprijatna et al., 2005). Daya tetas itik lokal di Jawa Tengah berkisar antara 70-80% (Dewanti et al., 2014), sedangkan pada itik mojosari sebesar 68-75% (Pamungkas et al., 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas yaitu teknis pada waktu memilih telur tetas atau seleksi telur tetas (bentuk telur, bobot telur, keadaan kerabang, warna kerabang dan lama penyimpanan) dan teknis operasional dari petugas yang menjalankan mesin tetas (suhu, kelembaban dan pemutaran telur) serta faktor yang terletak pada induk yang digunakan sebagai bibit (Sa diah et al., 2015). Semakin besar bobot badan itik biasanya akan menghasilkan telur dengan ukuran yang lebih besar dari itik yang bobot badannya lebih ringan (Sopiyana et al., 2011). Berat telur sangat dipengaruhi oleh ukuran telur. Semakin besar telur maka akan semakin berat bobot telurnya (Muhammad et al., 2014). Bobot telur mempengaruhi tingginya daya tetas dan bobot tetas (Hafsah et al., 2008). Lama waktu penyimpanan sangat mempengaruhi kualitas telur untuk ditetaskan. Telur yang akan ditetaskan tidak boleh disimpan lebih dari 7 hari atau satu minggu (King ori, 2011). Telur tetas yang baik untuk ditetaskan adalah telur tetas kurang dari satu minggu dan idealnya 4-5 hari (Nazirah, 2014). Bertambahnya umur telur tetas menyebabkan penguapan cairan dan gas dari dalam

10 telur lebih banyak. Telur yang lebih lama disimpan mengakibatkan hilangnya cairan yang lebih banyak. Fungsi cairan di dalam telur yaitu melarutkan zat-zat nutrisi dalam telur dimana zat-zat tersebut digunakan untuk makanan embrio selama berada di dalam telur. Selain membutuhkan zat nutrisi, embrio juga membutuhkan gas dari dalam telur seperti oksigen untuk bernafas. Jika penguapan gas dari dalam telur semakin banyak maka akan menghambat perkembangan embrio bahkan mengakibatkan kematian embrio. 2.6. Bobot tetas Bobot tetas merupakan bobot yang diperoleh dari hasil penimbangan anak unggas yang menetas setelah 24 jam atau bulu anak unggas tersebut kering (Lestari et al., 2013). Ukuran telur yang digunakan untuk penetasan sangat penting karena mempunyai korelasi yang tinggi antara ukuran telur yang ditetaskan dengan ukuran day old duck (DOD) yang dihasilkan. Bobot induk berkorelasi terhadap bobot telur (Applegate et al., 1998) dan bobot tetas. Induk yang bobotnya tinggi akan menghasilkan telur dengan bobot yang berat dan bobot telur yang berat akan menghasilkan bobot tetas yang tinggi. Bobot telur dapat digunakan sebagai indikator bobot tetas. Bobot telur yang lebih tinggi akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. Telur yang bobotnya kecil akan menghasilkan bobot DOD yang kecil juga, karena bobot tetas dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor genetik, umur induk, kebersihan telur, dan ukuran telur (Lestari et al., 2013). Haryanto (2004) melaporkan bahwa bobot tetas itik Magelang 41,716 g dan itik Tegal sebesar 38,350 g. Hasil penelitian

11 Prasetyo et al. (2004) menunjukkan rata-rata bobot tetas itik Alabio jantan dan betina masing-masing 43,0 g dan 42,7 g, sedangkan rata-rata bobot tetas itik Mojosari jantan dan betina masing-masing 44,1 g dan 44,8 g.