BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. dan 10 Kelurahan, dengan luas ha. Kabupaten Klaten merupakan BT dan LS LS.

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

PEMETAAN SISTEM KONFIGURASI JARINGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI TANGGAP DARURAT BENCANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Gerakan ketiga

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Secara geologi, wilayah Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunungapi, dan sesar atau patahan (BNPB, 2011). Dengan kondisi tersebut, wilayah Indonesia memiliki ancaman yang memungkinkan potensi kerawanan terjadinya bencana alam. Dampak bencana alam baik yang disebabkan faktor alam, non alam maupun ulah manusia menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis seperti pada kasus bencana tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan tanah longsor. Hal tersebut membuktikan masih lemahnya upaya antisipasi dan penanggulangan bencana alam, yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diketahui bahwa selama tahun 2012 bencana alam telah mengakibatkan sebanyak 487 orang meninggal, 675.798 orang mengungsi/menderita, serta mengakibatkan 7.891 rumah rusak berat, 4.587 rusak sedang, dan 21.369 rumah rusak ringan. Tingginya angka korban bencana alam,

2 baik korban jiwa maupun korban harta benda tersebut menunjukkan, bahwa negara ini benar-benar tidak berdaya dalam menghadapi bencana alam. Masih kurangnya persiapan untuk menghadapi bencana dan belum memiliki manajemen peringatan dini yang baik untuk menmgurangi resiko bencana alam. Dalam UURI Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana menjelaskan, bahwa penanganan bencana alam yang terjadi di Indonesia dikoordinasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai wadah koordinasi yang bersifat non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Penanggulangan bencana di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang diketuai oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Hingga saat ini BNPB dan BPBD masih memiliki keterbatasan dalam melaksanakan Emergency Response sesaat setelah bencana alam terjadi, di mana masyarakat korban bencana sangat membutuhkan bantuan dari seluruh elemen masyarakat. Di samping itu, untuk mengeliminir jatuhnya korban jiwa dan kerugian materiil, maka diperlukan sebuah perencanaan program emergency response yang lebih terpadu dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam yang terjadi. Termasuk bagaimana peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk dapat merancang program tanggap darurat dengan memaksimalkan sumber daya prajurit dan berbagai sarana yang dimiliki. Salah satu elemen yang cukup memadai dalam penanggulangan bencana terutama di lapangan adalah TNI, sebab TNI mempunyai personel dan operasional kerja yang terstruktur dengan baik. TNI sebagai alat negara dalam

3 setiap melaksanakan tugasnya harus melalui prosedur yang berlaku. Hal ini tentu saja berbeda dengan elemen masyarakat umum yang spontanitas dapat langsung turun ke lapangan sesaat setelah bencana terjadi. TNI adalah salah satu contoh penanganan secara formal, sedangkan Orgamisasi Masyarakat (Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Partai Politik (Parpol) dan masyarakat umum adalah contoh penanganan bencana secara spontan (Kabar Indonesia.Com, 2007). Mencermati sebagaimana diamanatkan dalam UURI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI), bahwa TNI sebagai bagian dari komponen bangsa mempunyai tugas pokok melaksanakan operasi militer perang (OMP) serta operasi militer selain perang (OMSP). Tugas operasi militer selain perang salah satunya adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam. Dengan demikian dalam pelaksanaan tugasnya TNI memiliki landasan hukum yang kuat dan menyeluruh sesuai perkembangan maupun kebutuhan pelaksanaan tugas di wilayah tanggung jawab masing-masing. Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 7 ayat (2) butir 9 dan 12 UURI Nomor 34/2004, dimana Operasi Militer Selain Perang (OMSP) adalah untuk membantu tugas pemerintah daerah dan membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan. Dari rentetan bencana alam yang melanda negeri ini (tahun 2004 2010), mulai dari gempa bumi dan tsunami yang menyapu NAD/Sumut hingga gempa tektonik dan gempa vulkanik serta letusan gunung Merapi yang mengguncang DIY dan Jawa Tengah, selain menelan banyak korban jiwa juga membuat

4 kehancuran di berbagai daerah. Untuk wilayah Kabupaten Klaten sebagian wilayahnya memiliki kerawanan bencana alam, sebagaimana disampaikan oleh Kepala BPBD Kabupaten Klaten Sri Winoto, bahwa berbagai bencana alam sudah pernah terjadi dan melanda di wilayah Kabupaten Klaten mulai dari banjir, angin puting beliung, tanah longsor, gempa bumi hingga erupsi Gunung Merapi (solopos.com, 2013). Selain itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi dengan menyusun peta kawasan rawan bencana di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Gambar 1.1. Peta Rawan Bencana Gunung Merapi Jawa Tengah Dan DIY (Sumber : Bappenas dan BNPB, 2011) Gambar 1.1. di atas merupakan peta rawan bencana yang menunjukkan bahwa sebagian wilayah Kabupaten Klaten termasuk daerah yang memiliki potensi kawasan rawan bencana Gunung Merapi. Yang mana sewaktu-waktu bencana tersebut dapat terjadi, bahkan selama ini dalam waktu 3 atau 4 tahun

5 sekali akan terjadi erupsi, yang secara realita harus dihadapi masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merapi maupun masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar Gunung Merapi. Dari sebagian wilayah Kabupaten Klaten yang masuk dalam kawasan rawan bencana, meliputi tujuh dusun di wilayah Kecamatan Kemalang masuk dalam KRB 3, yaitu Dusun Gondang, Dusun Sambung Rejo, Dusun Ngipiksari, Dusun Banjarsari dan Dusun Balerante yang berada di Desa Balerante, serta di Dusun Pategan dan Dusun Petung yang berada di Desa Sidorejo. Yang masuk KRB 2 adalah Desa Panggang, sedangkan yang masuk di KRB 1 ada sebagian Desa Tegal Mulyo Kecamatan Kemalang dan Desa Sukorini Kecamatan Manisrenggo yang dilintasi aliran lahar dingin. Berkaitan dengan hal tersebut peran serta Satuan Komando Kewilayahan untuk membantu masyarakat dalam penanggulangan bencana alam sangat diperlukan. Sebagai Satuan Komando Kewilayahan, Kodim 0723/Klaten selaku Badan Pelaksana Korem 074/Warastratama Surakarta selain melaksanakan tugas pembinaan teritorial juga melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana alam. Salah satu peran Kodim 0723/Klaten yang menonjol adalah melaksanakan tugas kemanusiaan ketika terjadi bencana alam erupsi Gunung Merapi beberapa waktu lalu. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UURI Nomor 34 tahun 2004 melalui pola-pola operasi kemanusiaan (Civic Mission ) bersama aparat pemerintahan, masyarakat dan stake holder yang ada dengan tujuan menciptakan ketahanan wilayah di kawasan rawan bencana gunung Merapi di Desa Balerante dan ketahanan wilayah Kabupaten Klaten pada umumnya.

6 Dari beberapa pembahasan di atas, agar Kodim 0723/Klaten memiliki kesiapan yang lebih baik dalam mengantisipasi dan penanggulangan kemungkinan terjadinya bencana alam khususnya Erupsi Gunung Merapi sebagai bagian dari OMSP, maka titik tekannya sekarang adalah bagaimana peran Kodim 0723/Klaten dalam membantu penanggulangan bencana alam dapat lebih dioptimalkan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante? b. Kendala-kendala apa yang dihadapi Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante? c. Bagaimana langkah-langkah optimalisasi peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante? d. Bagaimana implikasi optimalisasi peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante terhadap ketahanan wilayah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai pada pelaksanaan penelitian ini adalah: a. Mengetahui peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante.

7 b. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante. c. Mengetahui langkah-langkah optimalisasi peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante. d. Mengetahui implikasi optimalisasi peran Kodim 0723/Klaten dalam penanggulangan bencana erupsi gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante terhadap ketahanan wilayah. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a. Bagi pemerintah/tni, sebagai pedoman dan memotifasi para pimpinan TNI dalam peningkatan, pengembangan dan evaluasi dalam optimalisasi peran Kodim dalam membantu penanggulangan bencana. b. Bagi Bangsa Indonesia dan masyarakat pada umumnya, diharapkan dapat membantu dalam penanggulangan bencana yang terjadi, sehingga dapat meminimalisir kerugian atau resiko. c. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan, dengan adanya tulisan ini diharapkan muncul kajian-kajian akademis lebih lanjut guna mengantisipasi maupun penanganan secara cepat dan tepat apabila kemungkinan terjadi bencana. d. Bagi Peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai peran TNI khususnya satuan tingkat Kodim dalam membantu penanggulangan bencana alam.

8 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang penanggulangan bencana pada dekade terakhir ini memang banyak diangkat oleh beberapa pihak, semenjak kejadian bencana gempa bumi dan tsunami yang menyapu NAD/Sumut tahun 2004. Penelitian yang melibatkan peran TNI dalam penanggulangan bencana alam sudah pernah diangkat oleh peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti tersebut, yaitu : Adrianus (2007) dalam tesisnya yang berjudul Pelaksanaan Civic Mission Dalam Penanggulangan Bencana Alam Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi Di Wilayah Korem 072/Pamungkas Yogyakarta). Penelitian yang dilakukan Koko Komaruddin (2008) berjudul Peran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Dalam Penanggulangan Bencana Di Indonesia. Ahmad Yani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara Dalam Penanggulangan Bencana Di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Tjatur Supriyono (2011) berjudul Peran Koramil Dalam Penanggulangan Bencana Gunung Merapi dan Implikasinya terhadap Ketahanan Wilayah (Studi di Koramil 01/Cangkringan). Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini lebih menekankan pada permasalahan bagaimana optimalisasi peran institusi militer Kodim 0723/Klaten dalam membantu penanggulangan bencana alam gunung Merapi tahun 2010 di Desa Balerante, serta bagaimana implikasinya terhadap ketahanan wilayah. Karena dalam penelitian ini juga membahas tentang keterlibatan Tentara Nasional

9 Indonesia (satuan Kodim 0723/Klaten) dalam membantu menanggulangi akibat bencana alam, sehingga penelitian-penelitian yang sudah tetap dijadikan ajuan dan pertimbangan.