1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan suatu entitas untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik yang sedang tumbuh dan berkembang juga membutuhkan peran serta akuntan professional untuk menjaga stabilitas sistem keuangan negara dengan cara menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang andal, transparan dan akuntabel sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Namun, faktanya jumlah akuntan professional di Indonesia masih belum sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan (IAI 2014). Pertumbuhan perekonomian Indonesia relatif tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki ciri perekonomian yang mirip dengan Indonesia (Bank Indonesia 2016) sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara tujuan investor baik domestik maupun asing dalam menginvestasikan modalnya. Bahkan menurut hasil survei yang dilakukan oleh United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD), Indonesia masuk ke dalam 20 besar negara dengan tujuan investasi asing terbesar di dunia (UNCTAD 2014), (BEI 2016). Hal ini dapat dilihat dari kondisi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang semakin bergairah dari waktu ke waktu. Jumlah perusahaan publik di Indonesia
2 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2006 hingga 2015 terus mengalami kenaikan hingga sekitar 56% (BEI 2016). Namun kondisi perekonomian Indonesia yang sedang tumbuh dan kenaikan jumlah perusahaan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah akuntan publik di Indonesia yang hanya naik sekitar 25% (PPPK Kemenkeu RI 2015). Padahal, pada situasi seperti ini, profesi akuntan khususnya akuntan publik sangat dibutuhkan karena memegang peranan penting dalam menciptakan stabilitas sistem ekonomi dan pelaporan keuangan yang transparan dan akuntabel, sehingga suatu keputusan bisnis benar-benar mengacu pada informasi yang dapat diandalkan. Gambar 1.1 Grafik perkembangan perusahaan publik Indonesia Grafik Perkembangan Jumlah Perusahaan Publik di Indonesia Tahun 2006-2016 600 500 400 300 344 382 396 398 420 440 459 483 506 521 537 200 100 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: IDX Fact Book 2016
3 Gambar 1.2 Grafik perkembangan akuntan publik Indonesia Grafik Perkembangan Jumlah Akuntan Publik Tahun 2007-2015 1200 1000 893 877 903 928 985 1016 999 1053 1124 800 600 400 200 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: PPPK Kemenkeu RI 2015 Selain itu, jumlah akuntan publik di Indonesia juga tidak sebanding apabila dibandingkan dengan jumlah akuntan publik di negara lain seperti negaranegara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk dan jumlah lulusan akuntansi yang paling banyak diantara negara-negara ASEAN lainnya (IAI 2014). Kondisi ini semakin genting dengan adanya kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memberi peluang kepada akuntan professional di kawasan ASEAN untuk dapat berkarir di negara ASEAN lainnya termasuk Indonesia yang mengakibatkan peluang dan proporsi akuntan Indonesia yang berkarir di Indonesia semakin tertekan. Bahkan prospek karir akuntansi di Indonesia tidak hanya menjadi incaran para akuntan dari negara-negara ASEAN saja tapi juga menjadi incaran bagi para akuntan di luar negara-negara ASEAN seperti Australia ( The Institute of Chartered Accountants in Australia 2014).
4 Gambar 1.3 Grafik jumlah akuntan professional ASEAN Jumlah Akuntan Professional Negara ASEAN yang Terdaftar per Januari 2015 Vietnam 9800 Thailand 62739 Singapura 28891 Myanmar 1948 Malaysia Laos Kamboja 176 291 31815 Jumlah Akuntan Professional yang Terdaftar Indonesia 24587 Filipina 18214 Brunei 56 Sumber: IAI 2015 0 20000 40000 60000 80000 Gambar 1.4 Grafik jumlah lulusan akuntansi di negara ASEAN Jumlah Lulusan Jurusan Akuntansi Negara- Negara ASEAN 2000 Brunei 15000 Filipina 20000 Indonesia Laos 1000 5000 1080 35000 Malaysia Singapura Thailand Vietnam Sumber: World Bank 2014 Data terakhir menunjukkan jumlah akuntan publik di Indonesia hanya sekitar 1.124 orang (PPPK Kemenkeu RI 2015). Dari jumlah tersebut, lebih dari
5 setengahnya (sekitar 55%) merupakan akuntan publik yang berusia lebih dari 50 tahun dan lebih dari 80%-nya berjenis kelamin laki-laki (PPPK Kemenkeu RI 2015). Hal ini membuktikan bahwa regenerasi akuntan publik di Indonesia, khususnya yang berjenis kelamin wanita, tergolong rendah. Padahal data statistik menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jurusan akuntansi merupakan jurusan yang banyak diminati oleh calon mahasiswa baru yang sebagian besarnya berjenis kelamin perempuan. Namun, kenyataannya profesi akuntansi di Indonesia masih belum mampu untuk memenuhi permintaan akan kebutuhan jasa akuntansi. Fenomena minimnya jumlah akuntan publik ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Padahal, selain karena dibutuhkan oleh pelaku bisnis, profesi akuntan publik memiliki prospek yang baik bagi perkembangan karir bagi para akuntan publik kedepannya karena memberikan banyak manfaat, seperti pengalaman belajar dan bekerja di lingkungan yang dinamis, variatif dan menantang sehingga dapat menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman secara progresif. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, di banyak kota di dunia, permintaan terhadap jasa akuntansi melebihi ketersediaan jumlah akuntan (Kieso, Weygandt, dan Warfield 2010). Beragam upaya sudah dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan profesi akuntansi seperti organisasi profesi (IAI/ IAPI), pemerintah, akademisi, dan para pelaku bisnis. Beragam upaya tersebut diantaranya adalah peningkatan kompetensi akuntan melalui program sertifikasi yang berlaku internasional yang dilakukan oleh IAI. Kedua adalah penetapan UU No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik yang dilakukan oleh pemerintah. Ketiga adalah
6 perancangan kurikulum pendidikan akuntansi yang sejalan/ sesuai dengan fakta di dunia bisnis yang dilakukan oleh pihak akademisi karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mc. Hendrik (1996), lebih dari setengah (sekitar 54%) lulusan akuntansi yang bekerja di KAP mengalami kesulitan dalam menerapkan teori dan pengetahuan yang mereka dapat di bangku perguruan tinggi dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja (Andriati 2001). Selain itu upaya lain yang dilakukan adalah pelaksanaan program campus recruitment bagi para fresh-graduate jurusan akuntansi dan pemberian insentif kepada para akuntan publik professional yang memiliki kinerja yang baik yang dilakukan oleh para pelaku bisnis untuk memotivasi para akuntan tersebut. Namun, sampai saat ini upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang signifikan. Berdasarkan pemaparan fakta-fakta diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini terdapat ketimpangan antara jumlah akuntan professional, khususnya akuntan publik yang dibutuhkan dengan jumlah yang tersedia. Sebagian besar akuntan professional yang tersedia pun didominasi oleh akuntan yang sudah berumur lebih dari 50 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Padahal jumlah mahasiswa akuntansi yang berjenis kelamin perempuan di Perguruan Tinggi (PT) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mahasiswa akuntansi laki-laki. Hal ini berarti, hanya ada sedikit mahasiswi akuntansi yang berminat untuk berkarir sebagai akuntan professional, khususnya akuntan publik/ auditor. Fenomena ini merupakan suatu gejala permasalahan yang menjadi ceritera kontek dari penelitian ini.
7 Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Felton et. al. (1994) dalam penelitian Andriati (2001) dan penelitian Nelson (1991) dalam penelitian Halim (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Felton et. al. dan Nelson adalah penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan wawancara kepada sebagian besar responden yang tidak berminat untuk berkarir sebagai akuntan publik/ auditor. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan pada bagian latar belakang, dapat diketahui bahwa regenerasi akuntan publik di Indonesia, khususnya yang berjenis kelamin perempuan tergolong rendah. Hal ini menjadi indikasi rendahnya minat mahasiswi akuntansi untuk berkarir sebagai auditor di KAP. Berdasarkan fenomena tersebut dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah perbedaan gender mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP)? 2. Apakah faktor intrinsik, penghasilan, pertimbangan pasar kerja, dan persepsi mahasiswa mengenai auditor mempengaruhi mahasiswi akuntansi dalam memutuskan untuk berkarir sebagai auditor di KAP? 3. Sampai jenjang karir manakah mahasiswa/i akuntansi berminat untuk berkarir sebagai auditor di KAP?
8 1.3 Motivasi Penelitian Penelian ini menarik dan penting untuk dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan minat mahasiswa akuntansi untuk bekerja sebagai auditor atau akuntan publik sehingga kebutuhan akan jasa akuntan publik di Indonesia dapat terpenuhi. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia karena menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi dan daya saing suatu negara dapat terhambat apabila permasalahan mengenai minimnya jumlah akuntan professional dalam suatu negara tidak diselesaikan secara menyeluruh sehingga perlu dilakukan upaya yang lebih komprehensif (IAI 2014). 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk: 1. Menganalisis apakah perbedaan gender mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP), 2. Menganalisis apakah faktor intrinsik, penghasilan, pertimbangan pasar kerja, dan persepsi mahasiswa mengenai auditor mempengaruhi mahasiswi akuntansi dalam memutuskan untuk berkarir sebagai auditor di KAP, 3. Menganalisis sampai jenjang karir manakah mahasiswa akuntansi berminat untuk berkarir sebagai auditor di KAP. 1.5 Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
9 1. Perkembangan jurusan Akuntansi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan dalam mengembangkan/ mendesain kurikulum universitas yang sejalan dan relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh praktek bisnis/ dunia kerja, 2. Regulator. Penelitian ini diharapkan dapat membantu regulator dalam membuat regulasi yang dapat mendukung upaya peningkatan jumlah akuntan professional di Indonesia, 3. Kantor Akuntan Publik (KAP) dan pengguna jasa akuntan publik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu KAP dan pengguna jasa akuntan publik dalam menciptakan lingkungan kerja yang dapat meningkatkan minat mahasiswa akuntansi untuk berkarir sebagai akuntan publik, 4. Penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk bekerja sebagai auditor di KAP, 5. Institusi professional. Penelitian ini diharapkan dapat membantu institusi professional dalam mengembangkan program yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas akuntan professional, 6. Mahasiswa akuntansi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa akuntansi untuk memberikan gambaran/ bayangan mengenai profesi akuntan publik dan dalam menentukan pilihan karir setelah lulus dari jurusan akuntansi.