BAB I INTRODUKSI Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. Introduksi tersebut terdiri atas latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, dan kontribusi riset. Bab I juga menguraikan secara singkat tentang sistematika penulisan riset mulai dari Bab I sampai dengan Bab V. 1.1 Latar Belakang Pengertian desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desa sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya. Desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan dan pembangunan nasional. Pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional. Desa bukan lagi sebagai objek pembangunan. Desa merupakan subjek dalam menggapai keberhasilan program dari pemerintah. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, agar dapat melaksanakan peran - 1 -
dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, desa diberikan kewenangan sebagai berikut: a. kewenangan berdasarkan hak asal usul desa; b. kewenangan lokal berskala desa; c. kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat dan adat istiadat desa; d. kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota; e. kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Otonomi desa lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan dengan memperhatikan potensi desa. Dalam pelaksanaan otonomi desa, pembangunan desa harus lebih sesuai dengan aspirasi masyarakat, sehingga mampu membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan atau keuangan merupakan faktor utama dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa. Pembiayaan pemerintah desa dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan atau pendapatan yang dapat diandalkan. Sumber pendapatan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdiri atas: - 2 -
a. pendapatan asli desa, yang meliputi hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi, gotong-royong, dan lain-lain pendapatan asli desa; b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; d. alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota; e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan APBD kabupaten/kota; f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; g. lain-lain pendapatan desa yang sah. Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah desa harus mampu mengoptimalkan pengelolaan pendapatan desa. Optimalisasi pengelolaan pendapatan desa dapat dilakukan dengan mendongkrak perolehan pendapatan asli desa, lain-lain pendapatan desa yang sah, dan pengelolaan pendapatan transfer baik dari pemerintah pusat maupuan daerah. Pendapatan transfer pemerintah pusat merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada desa untuk mendanai kebutuhan desa (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pengelolaan pendapatan transfer pemerintah pusat dapat menjadi salah satu cermin dan ukuran atas kinerja pengelolaan keuangan desa dalam membiayai operasional pemerintahan dan pembangunan desa. - 3 -
Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk desa dengan cara ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dana desa yang berasal dari APBN langsung, prioritas penggunaannya harus sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 dan 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 dan 2016. Dana desa diatur dan diurus oleh desa yang diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Kelima kegiatan tersebut harus saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Perencanaan mendasari penggunaan, demikian juga dengan penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang menggambarkan realisasi dari penggunaan pendapatan desa. Dana desa merupakan salah satu bagian dari sumber pendapatan desa. Penggunaan dana desa harus sinergi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). RPJMDes dan RKPDes ditetapkan melalui - 4 -
mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes) (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa). Mahmudi (2013) mengatakan bahwa sistem perencanaan merupakan rangkaian tindakan secara berurutan dan bertahap yang diselenggarakan oleh organisasi atau lembaga dalam pemanfaatan tenaga, biaya, alat, dan waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. sistem perencanaan harus memiliki struktur dan proses yang komprehensif (Mulyadi, 2011). Struktur merupakan komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lain, secara bersama-sama membentuk suatu sistem. Proses merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan sistem. Proses perencanaan menjelaskan bekerjanya setiap komponen pembentuk struktur perencanaan dalam mewujudkan tujuan sistem perencanaan. Sistem perencanaan penggunaan dana desa merupakan proses yang diselenggarakan oleh pemerintah desa bersama warga masyarakat sebagai struktur untuk menjelaskan bekerjanya setiap komponen pembentuk sistem perencanaan penggunaan dana desa yang dilakukan secara komprehensif. Desa wajib mempunyai sistem perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas (Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014). Dana desa dilaksanakan mulai tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 Lampiran XXII tentang Rincian Dana Desa - 5 -
menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015, jumlah alokasi anggaran untuk dana desa tahun 2015 sebesar Rp20,77 Triliun. Tahun 2016 jumlah tersebut meningkat menjadi Rp46,98 Triliun (Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 Lampiran VII tentang Rincian Dana Desa menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016). Dengan semakin besarnya dana yang mengucur ke desa, sistem perencanaan menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dana desa. Sistem perencanaan penggunaan dana desa harus memiliki struktur dan proses yang komprehensif, sehingga penggunaannya menjadi tepat sasaran dan terukur. Salah satu aktivitas yang dapat membuktikan bahwa sistem perencanaan penggunaan dana desa memiliki struktur dan proses yang komprehensif ialah dengan sebuah riset. Riset tentang dana desa masih sangat terbatas, sehingga masih terdapat kekosongan literatur. Belum pernah dilakukan riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. Oleh karena itu, belum terdapat instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. 1.2 Konteks Riset Dari beberapa pemerintah kabupaten yang menerima dan menyalurkan dana desa, Pemerintah Kabupaten Ngawi dipandang sebagai konteks riset yang paling tepat untuk menggali informasi dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa, dengan alasan sebagai berikut. - 6 -
a. Penyerapan dan penggunaan dana desa di Pemerintah Kabupaten Ngawi sesuai peraturan dan tepat sasaran (Kepala Bappemas Pemdes Kabupaten Ngawi). Hal tersebut diasumsikan bahwa sistem perencanaan yang mendasari penggunaan dana desa juga sesuai dengan peraturan dan tepat sasaran. b. Camat diberi peran dalam mengontrol dan mengendalikan penggunaan dana desa (Kepala Bappemas Pemdes Kabupaten Ngawi). c. Kabupaten Ngawi merupakan daerah perbatasan antar provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, sehingga karakter desa dan sumber dayanya sangat beragam. Kondisi topografi Kabupaten Ngawi terdiri atas dataran tinggi dan tanah datar, sehingga potensi dan masalah dalam perencanaan penggunaan dana desa bervariasi (Badan Pusat Statistik, 2015). Hal tersebut juga sesuai dengan tipologi prioritas penggunaan dana desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. d. Visi Bupati Ngawi, yaitu Ngawi sejahtera, berakhlak, berbasis pedesaan sebagai barometer Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2015). 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam riset ini yaitu belum pernah dilakukan riset yang mengevaluasi tentang sistem perencanaan penggunaan dana desa, sehingga belum - 7 -
terdapat instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. 1.4 Pertanyaan Riset Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah, maka dapat dirumuskan pertanyaan riset sebagai berikut. 1. Bagaimana sistem perencanaan penggunaan dana desa yang tertuang dalam RPJMDes dan RKPDes di Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana kriteria instrumen dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil? 1.5 Tujuan Riset Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam pertanyaan riset, maka dapat diidentifikasikan tujuan riset sebagai berikut. 1. Mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang tertuang dalam RPJMDes dan RKPDes di Kabupaten Ngawi. 2. Mengembangkan instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. 1.6 Kontribusi Riset Riset ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dan praktis, sebagai berikut: 1. Kontribusi Teoritis Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan riset selanjutnya dengan mengisi kekosongan - 8 -
literatur tentang instrumen dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. 2. Kontribusi Praktis Bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sistem perencanaan penggunaan dana desa. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi ke dalam lima bab yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut. BAB I Introduksi Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, kontribusi riset, dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menjelaskan tentang sistem perencanaan organisasi, dana desa, sistem perencanaan penggunaan dana desa, model empat kuadran pengukuran kinerja, teori isomorfisma, dan riset terdahulu. BAB III Desain Riset Bab ini menjelaskan tentang metode dan jenis riset, sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengembangan instrumen, latar belakang kontekstual, dan rerangka konseptual riset. - 9 -
BAB IV Analisis dan Diskusi Bab ini menjelaskan tentang alur dan mekanisme perencanaan penggunaan dana desa, pengukuran kinerja program dan kegiatan perencanaan penggunaan dana desa, teori isomorfisma dalam sistem perencanaan penggunaan dana desa, dan instrumen evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa berbasis hasil. BAB V Konklusi dan Rekomendasi Bab ini menjelaskan tentang konklusi, rekomendasi, dan keterbatasaan riset. - 10 -