BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Bab V berisi mengenai konklusi, rekomendasi, dan keterbatasan riset yang

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

SALINAN KEPALA DESA KEPUNDUNGAN KECAMATAN SRONO KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG DANA PARTISIPASI MASYARAKAT BERDASARKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO PERATURAN BUPATI BONE BOLANGO NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DESA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BUPATI BENGKULU TENGAH

TINJAUAN HUKUM ATAS MEKANISME PENYALURAN, PENGGUNAAN, DAN PELAPORAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN DANA DESA. Sumber : id.wordpress.com

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 SERI E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 06 TAHUN 2016

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini

Pengelolaan Keuangan Desa Blitar, 30 September 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KEPALA DESA DEPOK KECAMATAN CISOMPET KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

BAB I PENDHULUAN. memegang teguh adat-istiadat setempat, sifat sosialnya masih tinggi dan

PERATURAN DESA SURYA ADI KECAMATAN MESUJI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA PAWEDEN KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KECAMATAN MAMBORO DESA WENDEWA UTARA PERATURAN DESA NOMOR 01 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR : 10 TAHUN 2000 T E N T A N G SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I INTRODUKSI Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. Introduksi tersebut terdiri atas latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, dan kontribusi riset. Bab I juga menguraikan secara singkat tentang sistematika penulisan riset mulai dari Bab I sampai dengan Bab V. 1.1 Latar Belakang Pengertian desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Desa sebagai suatu organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya. Desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan dan pembangunan nasional. Pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional. Desa bukan lagi sebagai objek pembangunan. Desa merupakan subjek dalam menggapai keberhasilan program dari pemerintah. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, agar dapat melaksanakan peran - 1 -

dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, desa diberikan kewenangan sebagai berikut: a. kewenangan berdasarkan hak asal usul desa; b. kewenangan lokal berskala desa; c. kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat dan adat istiadat desa; d. kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota; e. kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Otonomi desa lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan dengan memperhatikan potensi desa. Dalam pelaksanaan otonomi desa, pembangunan desa harus lebih sesuai dengan aspirasi masyarakat, sehingga mampu membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan atau keuangan merupakan faktor utama dalam mendukung penyelenggaraan otonomi desa. Pembiayaan pemerintah desa dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan atau pendapatan yang dapat diandalkan. Sumber pendapatan desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, terdiri atas: - 2 -

a. pendapatan asli desa, yang meliputi hasil usaha, hasil aset, swadaya, partisipasi, gotong-royong, dan lain-lain pendapatan asli desa; b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota; d. alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota; e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan APBD kabupaten/kota; f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; g. lain-lain pendapatan desa yang sah. Demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah desa harus mampu mengoptimalkan pengelolaan pendapatan desa. Optimalisasi pengelolaan pendapatan desa dapat dilakukan dengan mendongkrak perolehan pendapatan asli desa, lain-lain pendapatan desa yang sah, dan pengelolaan pendapatan transfer baik dari pemerintah pusat maupuan daerah. Pendapatan transfer pemerintah pusat merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada desa untuk mendanai kebutuhan desa (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Pengelolaan pendapatan transfer pemerintah pusat dapat menjadi salah satu cermin dan ukuran atas kinerja pengelolaan keuangan desa dalam membiayai operasional pemerintahan dan pembangunan desa. - 3 -

Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk desa dengan cara ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat (Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Dana desa yang berasal dari APBN langsung, prioritas penggunaannya harus sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 dan 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 dan 2016. Dana desa diatur dan diurus oleh desa yang diprioritaskan untuk membiayai belanja pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menyebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Kelima kegiatan tersebut harus saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Perencanaan mendasari penggunaan, demikian juga dengan penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban yang menggambarkan realisasi dari penggunaan pendapatan desa. Dana desa merupakan salah satu bagian dari sumber pendapatan desa. Penggunaan dana desa harus sinergi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes). RPJMDes dan RKPDes ditetapkan melalui - 4 -

mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan desa (musrenbangdes) (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa). Mahmudi (2013) mengatakan bahwa sistem perencanaan merupakan rangkaian tindakan secara berurutan dan bertahap yang diselenggarakan oleh organisasi atau lembaga dalam pemanfaatan tenaga, biaya, alat, dan waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. sistem perencanaan harus memiliki struktur dan proses yang komprehensif (Mulyadi, 2011). Struktur merupakan komponen-komponen yang berkaitan antara satu dengan yang lain, secara bersama-sama membentuk suatu sistem. Proses merupakan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mewujudkan tujuan sistem. Proses perencanaan menjelaskan bekerjanya setiap komponen pembentuk struktur perencanaan dalam mewujudkan tujuan sistem perencanaan. Sistem perencanaan penggunaan dana desa merupakan proses yang diselenggarakan oleh pemerintah desa bersama warga masyarakat sebagai struktur untuk menjelaskan bekerjanya setiap komponen pembentuk sistem perencanaan penggunaan dana desa yang dilakukan secara komprehensif. Desa wajib mempunyai sistem perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas (Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014). Dana desa dilaksanakan mulai tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 Lampiran XXII tentang Rincian Dana Desa - 5 -

menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2015, jumlah alokasi anggaran untuk dana desa tahun 2015 sebesar Rp20,77 Triliun. Tahun 2016 jumlah tersebut meningkat menjadi Rp46,98 Triliun (Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 Lampiran VII tentang Rincian Dana Desa menurut Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2016). Dengan semakin besarnya dana yang mengucur ke desa, sistem perencanaan menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dana desa. Sistem perencanaan penggunaan dana desa harus memiliki struktur dan proses yang komprehensif, sehingga penggunaannya menjadi tepat sasaran dan terukur. Salah satu aktivitas yang dapat membuktikan bahwa sistem perencanaan penggunaan dana desa memiliki struktur dan proses yang komprehensif ialah dengan sebuah riset. Riset tentang dana desa masih sangat terbatas, sehingga masih terdapat kekosongan literatur. Belum pernah dilakukan riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. Oleh karena itu, belum terdapat instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan riset tentang evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. 1.2 Konteks Riset Dari beberapa pemerintah kabupaten yang menerima dan menyalurkan dana desa, Pemerintah Kabupaten Ngawi dipandang sebagai konteks riset yang paling tepat untuk menggali informasi dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa, dengan alasan sebagai berikut. - 6 -

a. Penyerapan dan penggunaan dana desa di Pemerintah Kabupaten Ngawi sesuai peraturan dan tepat sasaran (Kepala Bappemas Pemdes Kabupaten Ngawi). Hal tersebut diasumsikan bahwa sistem perencanaan yang mendasari penggunaan dana desa juga sesuai dengan peraturan dan tepat sasaran. b. Camat diberi peran dalam mengontrol dan mengendalikan penggunaan dana desa (Kepala Bappemas Pemdes Kabupaten Ngawi). c. Kabupaten Ngawi merupakan daerah perbatasan antar provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, sehingga karakter desa dan sumber dayanya sangat beragam. Kondisi topografi Kabupaten Ngawi terdiri atas dataran tinggi dan tanah datar, sehingga potensi dan masalah dalam perencanaan penggunaan dana desa bervariasi (Badan Pusat Statistik, 2015). Hal tersebut juga sesuai dengan tipologi prioritas penggunaan dana desa yang diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2016. d. Visi Bupati Ngawi, yaitu Ngawi sejahtera, berakhlak, berbasis pedesaan sebagai barometer Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2015). 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam riset ini yaitu belum pernah dilakukan riset yang mengevaluasi tentang sistem perencanaan penggunaan dana desa, sehingga belum - 7 -

terdapat instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. 1.4 Pertanyaan Riset Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah, maka dapat dirumuskan pertanyaan riset sebagai berikut. 1. Bagaimana sistem perencanaan penggunaan dana desa yang tertuang dalam RPJMDes dan RKPDes di Kabupaten Ngawi? 2. Bagaimana kriteria instrumen dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil? 1.5 Tujuan Riset Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam pertanyaan riset, maka dapat diidentifikasikan tujuan riset sebagai berikut. 1. Mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang tertuang dalam RPJMDes dan RKPDes di Kabupaten Ngawi. 2. Mengembangkan instrumen yang dapat digunakan sebagai panduan dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa yang berbasis hasil. 1.6 Kontribusi Riset Riset ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dan praktis, sebagai berikut: 1. Kontribusi Teoritis Bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan riset selanjutnya dengan mengisi kekosongan - 8 -

literatur tentang instrumen dalam mengevaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa. 2. Kontribusi Praktis Bagi Pemerintah Kabupaten Ngawi dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sistem perencanaan penggunaan dana desa. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi ke dalam lima bab yang secara garis besar diuraikan sebagai berikut. BAB I Introduksi Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, konteks riset, rumusan masalah, pertanyaan riset, tujuan riset, kontribusi riset, dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menjelaskan tentang sistem perencanaan organisasi, dana desa, sistem perencanaan penggunaan dana desa, model empat kuadran pengukuran kinerja, teori isomorfisma, dan riset terdahulu. BAB III Desain Riset Bab ini menjelaskan tentang metode dan jenis riset, sumber data, pengumpulan data, analisis data, pengembangan instrumen, latar belakang kontekstual, dan rerangka konseptual riset. - 9 -

BAB IV Analisis dan Diskusi Bab ini menjelaskan tentang alur dan mekanisme perencanaan penggunaan dana desa, pengukuran kinerja program dan kegiatan perencanaan penggunaan dana desa, teori isomorfisma dalam sistem perencanaan penggunaan dana desa, dan instrumen evaluasi sistem perencanaan penggunaan dana desa berbasis hasil. BAB V Konklusi dan Rekomendasi Bab ini menjelaskan tentang konklusi, rekomendasi, dan keterbatasaan riset. - 10 -