ANALISIS KAPASITAS SARANA PRASARANA SEKOLAH DI KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEWU KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

Naskah Publikasi Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia ini bencana merupakan sebuah peristiwa yang sangat

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI SRI LESTARI A

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

MITIGASI BENCANA BANJIR DI DESA NGROMBO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan. yang memiliki kompetensi, pengembangan kurikulum harus mampu

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANGGI PRATIWI A

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB I PENDAHULUAN I-1

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga sistim pengairan air yang terdiri dari sungai dan anak sungai

IDENTIFIKASI KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA SMP N 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah 4 Surakarta dengan alamat Jalan Ahmad Yani. Tempurejo RT.05 RW.II, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DESA TEGALMADE KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

RESPON MASYARAKAT TERHADAP RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI DI DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN

BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN KESIAPSIAGAAN TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 17 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

PENGETAHUAN SISWA SMA MTA SURAKARTA KELAS X DAN KELAS XI TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BENCANA :

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB III LANDASAN TEORI

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KEDUNG LUMBU KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

Transkripsi:

ANALISIS KAPASITAS SARANA PRASARANA SEKOLAH DI KAWASAN RAWAN BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEWU KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi Disusun Oleh: INTAN FITRIANA DEWI A 610 080 006 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 2

PENDAHULUAN Bencana alam adalah proses alami yang terjadi secara terus menerus dari waktu ke waktu walaupun dengan derajad yang berbeda. Satu macam bencana alam yang pernah terjadi di suatu wilayah akan terjadi lagi pada masa yang akan datang walau dengan intensitas yang berbeda (Junun, 2012:4). Banjir merupakan kondisi dimana permukaan air melebihi kondisi normal yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya oleh hujan lebat, pasang air laut, kegagalan bangunan air buatan manusia, maupun disebabkan oleh peristiwa runtuhnya bendungan alam. Banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, baik milik perorangan maupun umum yang dapat menggangu dan melumpuhkan aktivitas sosial ekonomi penduduk (Muhammad, 2012:682). Banjir tahunan Bengawan Solo merupakan fenomena alam yang setiap tahun terjadi. Kota Solo yang terletak di daerah aliran (DA) hulu Bengawan Solo pada elevasi 84-134 m dpl dan pusat kotanya berada pada elevasi 95 m dpl, sebagian wilayahnya merupakan dataran banjir (floodplain) yang dapat tergenang air sungai ketika debit Bengawan Solo meningkat pada level tertentu (Siswoko, 2007 dalam Sobirin, 2012:123). Dataran banjir (floodplain) adalah lahan atau dataran yang berada di kanan kiri sungai yang sewaktu-waktu dapat tergenang banjir. Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa yang mengalir dari daerah Pegunungan Sewu hingga ke laut Jawa di bagian utara kota Surabaya, dengan luas Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 1

DAS 16.100 km² (Sobirin, 2012:124). Peta lampiran 1 Kampung Sewu merupakan salah satu daerah floodplain. Wilayah ini menjadi daerah rutin terkena dampak banjir tahunan dari sungai Bengawan Solo. Kampung Sewu masuk ke dalam daerah terkena dampak banjir sungai Bengawan Solo pada tahun 2007, 2008, 2009 (Sobirin, 2012:128). Peta lampiran 2 Berdasarkan berita yang dirilis oleh beberapa media massa bahwa banyak bangunan sekolah yang juga terkena dampak dari banjir sungai Bengawan Solo. (Indosiar.com, 2007), menyatakan bahwa inilah berusaha menyelamatkan barangbarang serta mencari tempat pengungsian. Banjir juga mengakibatkan belasan bangunan sekolah tergenang, akibatnya siswa diliburkan karena gedung sekolah mereka tidak bisa digunakan. Hingga Rabu siang para siswa menyelamatkan perabotan sekolah (Danuk Nugroho Adi). (Solo Peduli, 2007), Berdasarkan data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, jumlah sekolah di Kota Solo yang terendam banjir terus bertambah dari 20 menjadi 33 sekolah diantaranya yaitu SD N Kampungsewu No 25 dan SDN Karengan 124. suasana banjir di Kampung Sewu Jebres Solo. Air menggenangi rumahrumah warga setinggi lebih dari satu meter. Hingga Rabu pagi (26/12/2007) ribuan warga masih Gambar 1. SD N Kampungsewu No.25 terendam banjir tahun 2007 Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 2

membutuhkan dana yang tidak sedikit. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 merajuk pada (Suharjo, 2012:646) tentang Penanggulangan Gambar 1.4. SD N Karengan 124 terendam banjir tahun 2007 Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, jika gedung sekolah hancur, sarana prasarana sekolah rusak maka dapat mendatangkan korban jiwa dan mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah juga Bencana harus terintregasi ke dalam program pembangunan, termasuk dalam sektor pendidikan. Mitigasi atau pengurangan (mitigation) merupakan upaya untuk mengurangi atau meredam resiko. Mitigasi bagi suatu komunitas sekolah bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan resiko kemudian melakukan pengurangan resiko melalui kebijakan sekolah, penguatan fisik bangunan dan penguatan kapasitas guru, anakanak dan komunitas. Bedasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong melakukan penelitian dengan judul Analisis Kapasitas Sarana Prasarana Sekolah di Kawasan Rawan Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 3

Bencana Banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kapasitas sarana A. PERUMUSAN MASALAH prasarana yang menjamin Berdasarkan latar belakang keamanan masyarakat masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: sekolah dari ancaman bencana banjir. 2. Mengetahui prosedur 1. Apakah sudah tersedia pelaksanaan sistem sarana prasarana di sekolah tersebut yang menjamin pengurangan resiko bencana (early warning, evakuasi dan keamanan masyarakat tindakan medis) yang sekolah dari ancaman bencana banjir? 2. Bagaimana prosedur sistem pengurangan resiko bencana (early warning, evakuasi dan tindakan medis) yang terdapat pada sekolah rawan bencana banjir. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat terdapat di sekolah rawan memberikan sumbangan bencana banjir tersebut? keilmuan untuk pembelajaran sistem pengurangan resiko bencana kepada masyarakat Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 4

sekolah pada kawasan rawan bencana banjir. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini akan Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini memberikan pengetahuan adalah kapasitas sarana prasarana positif pada sekolah dalam rangka upaya peningkatan kapasitas sarana prasarana sekolah penunjang sistem pengurangan resiko bencana banjir di sekolah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Pemilihan daerah ini didasarkan pada kondisi daerah yang tergolong daerah rawan bencana banjir. Obyek pada penelitian ini mencakup seluruh guru di SD Negeri Kampungsewu 25 dan SD Negeri Karengan 124. pada sekolah kawasan rawan bencana banjir dan prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana banjir. Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode survai dengan teknik pengumpulan data terdiri atas studi dokumenter, observasi nonpartisipatif, wawancara langsung dengan Kepala Sekolah di sekolah penelitian, dan kuesioner atau angket yang bersifat tertutup. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif ini menggunakan kuesioner atau angket Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 5

yang dibagikan kepada responden. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan menggali pemahaman responden secara subyektif sehingga dapat mendukung data kuantitatif. Sebelum instrumen diberikan kepada subyek penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Tujuan uji coba adalah mengukur validitas dan reliabilitas instrument. Uji coba dilakukan terhadap populasi yang terletak di dalam lokasi geografis yang hampir sama. Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas angket dilakukan dengan menggunakan MS.Excel dengan cara memasukkan data tersebut ke lembar kerja MS.Excel dan dilakukan pengolahan data dengan teknik uji butir soal. Reliabilitas ialah mengukur instrumen terhadap ketepatan (konsistensi). (Husaini dan Purnomo, 2008: 287). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama pula. Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan MS.Excel dengan cara memasukkan data tersebut ke lembar kerja MS.Excel dan dilakukan pengolahan data dengan metode Split Half. apabila dapat mengungkap data dari Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 6

Penelitian ini menggunakan uji homogenitas. Uji homogenitas ini bertujuan untuk menguji apakah populasi mempunyai variansi yang sama atau tidak. Metode yang digunakan adalah Varians Terbesar dibandingkan Varians Terkecil. Hipotesis adalah pernyataan sementara yang perlu diuji 1. Menghitung nilai responden dengan cara mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif dengan ketentuan jawaban Ya diberi skor 1 dan jawaban Tidak diberi skor 0 2. Membuat tabulasi data 3. Memasukkan data ke dalam rumus Deskriptif Persentase kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut pengujian hipotesis. Terdapat banyak macam cara pengujian hipotesis, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Uji Dua Pihak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Persentase. Untuk menggunakan Deskriptif Persentase langkah awal yang dilakukan adalah sebagai berikut: 100% Keterangan: DP = Deskriptif Persentase (%) n = Skor empirik (skor yang diperoleh) N = Skor ideal (bila semua responden menjawab skor tertinggi pada setiap butir soal) Untuk mengetahui hasil akhir atau makna dari perhitungan Derkriptif Presentase maka hasil Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 7

perhitungan dari Deskriptif Presentase ditafsirkan ke dalam kalimat dengan cara jumlah skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis Deskriptif Persentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria. Langkah-langkah 5. Menentukan angka persentase tertinggi dan terendah 100% = x 100 % % maksimal = 100 % membuat tabel kriteria adalah sebagai berikut: 100% 1. Menentukan skor maksimal (skor ideal) = nilai tertinggi x jumlah % minimal = 0% = x 100 % item x jumlah responden 6. Menentukan rentang persentase = Skor maksimal = 1 x 7 x 27 = 189 2. Menentukan skor minimal = nilai terendah x jumlah item x jumlah responden persentase tertinggi persentase terendah Rentang persentase = 100% - 0% = 100% Skor minimal = 0 x 7 x 27 = 0 3. Menentukan rentang skor = skor maksimal skor minimal Rentang skor = 189 0 = 189 4. Menentukan interval skor = rentang skor dibagi 2 Interval skor = 189 : 2 = 94,5 7. Menentukan kelas interval persentase = rentang persentase dibagi 3. Kelas interval persentase= % =33,33% 8. Menghitung DP sesuai rumus diatas. Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 8

9. Memasukkan ke dalam tabel kriteria analisis Deskriptif Persentase. PEMBAHASAN 1. SD N Kampungsewu No.25 Berdasarkan hasil Tabel 1 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase No Interval Kriteria 1 66,67% < % skor 100% Nilai kapasitas sarana prasarana sekolah tinggi 2 33,34% < % skor 66,67% 3 0% < % skor 33,34% Nilai kapasitas sarana prasarana sekolah sedang atau cukup Nilai kapasitas sarana prasarana sekolah rendah analisis Deskriptif Persentase dari teknik angket diperoleh skor analisis sebesar 18,5% untuk kategori pengetahuan guru dan 13,2 % untuk kategori sarana prasarana. Kedua kategori tersebut masuk dalam kriteria Nilai Kapasitas Sarana Prasarana Rendah. Hal tersebut dapat dimaknai sebagai jawaban untuk hipotesis yang pertama bahwa SD N Kampungsewu No.25 mempunyai kapasitas rendah berkaitan dengan sarana prasarana sekolah penunjang sistem pengurangan resiko bencana banjir. Mengacu pada hal tersebut maka SD N Kampungsewu No.25 dapat dipastikan bahwa sekolah Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 9

tersebut belum memenuhi prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana banjir (early warning, evakuasi, dan tindakan medis). Hal ini menjawab dari hipotesis yang kedua. Hasil analisis data dari sewaktu-waktu terjadi banjir maka tindakan pnyelamatan yang dilakukan oleh masyarakat sekolah hanyalah bersifat spontanitas. Tidak ada sistem atau prosedur yang mengaturnya. Hal ini diperburuk dengan tidak pernah teknik angket dapat diperkuat dilaksanakannya pelatihan dengan hasil wawancara Kepala Sekolah. Berdasarkan hasil simulasi bencana banjir. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya SD N Kampungsewu No.25 memang mempunyai kapasitas yang rendah dalam kaitannya dengan sarana prasarana penunjang sistem pengurangan resiko bencana banjir serta dalam hal prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana banjir (early warning, evakuasi, perhitungan kuesioner (13,2 %) dan hasil wawancara telah mendapatkan kesimpulan bahwa SD N Kampungsewu No.25 termasuk dalam kriteria sekolah yang memiliki nilai kapasitas sarana prasarana rendah dalam kaitannya dengan sitem pengurangan resiko bencana banjir dan prosedur pelaksanaannya. dan tindakan medis). Jika Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 10

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi didapatkan hasil meliputi gambaran sarana prasarana yang hasilnya juga relevan dengan hasil perhitungan kuesioner dan Gambar 3. Sumur resapan hasil wawancara. Gambaran kondisi fisik bangunan SD N kampungsewu No.25 masih tergolong bagus dengan pondasi bangunan yang sedikit tinggi untuk mengurangi dampak buruk jika sewaktu-waktu terjadi Gambar 4. Pondasi bangunan dibuat sedikit lebih tinggi banjir. Halaman sekolah tertutup oleh semen sehingga dibuat sumur resapan untuk mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah. Terdapat Gambar 5. Tempat Sampah pula beberapa tempat sampah yang dapat membantu mengurangi masalah arus aliaran air di selokan yang menggenang karena adanya sampah. Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 11

2. SD N Karengan No.124 Berdasarkan hasil analisis Deskriptif Persentase dari teknik angket diperoleh skor analisis sebesar 8,99% untuk kategori pengetahuan guru dan 11,64 % untuk kategori sarana prasarana. Kedua kategori tersebut masuk dalam kriteria Nilai Kapasitas Sarana Prasarana Rendah. Hal tersebut dapat dimaknai sebagai jawaban untuk hipotesis yang pertama bahwa SD N Karengan 124 mempunyai kapasitas rendah berkaitan dengan sarana prasarana sekolah penunjang sistem pengurangan resiko bencana banjir. Mengacu pada hal tersebut maka SD N Karengan 124 dapat dipastikan bahwa sekolah tersebut belum memenuhi prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana banjir (early warning, evakuasi, dan tindakan medis). Hal ini menjawab dari hipotesis yang kedua. Hasil analisis data dari teknik angket dapat diperkuat dengan hasil wawancara Kepala Sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya SD N Karengan 124 memang mempunyai kapasitas yang rendah dalam kaitannya dengan sarana prasarana penunjang sistem pengurangan resiko bencana banjir apalagi dalam hal prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana banjir (early warning, evakuasi, dan tindakan medis). Jika sewaktu-waktu terjadi banjir maka tindakan pnyelamatan yang dilakukan oleh masyarakat sekolah hanyalah bersifat Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 12

spontanitas. Ada semacam ada sistem peringatan dini sederhana yaitu dari mulut ke mulut. Jika sewaktu-waktu terjadi bencana banjir maka penjaga sekolah yang juga bertempat tinggal di lingkungan sekolah akan segera memberi kabar kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk proses evakuasi. Meskipun belum ada jalur evakuasi namun sekolah ini pernah melaksanakan latihan simulasi bencana banjir. Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner (11,64 %) dan hasil wawancara telah mendapatkan kesimpulan bahwa SD N bencana banjir dan prosedur pelaksanaannya. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi didapatkan hasil meliputi gambarankondisi fisik bangunan SD Negeri Karengan No.124 masih bagus dengan pondasi bangunan yang sedikit tinggi untuk mengurangi dampak buruk jika sewaktu-waktu terjadi banjir. Pembangunan gedung lantai 2 masih dalam peoses pnyelesaian. Halaman sekolah tertutup oleh semen sehingga dibuat sumur resapan untuk mempercepat proses penyerapan air ke dalam tanah. Karengan 124 termasuk dalam kriteria sekolah yang memiliki nilai kapasitas sarana prasarana rendah dalam kaitannya dengan sitem pengurangan resiko Gambar 6. Pondasi bangunan sekolah dibuat sedikit lebih tinggi Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 13

Kampungsewu No.25 dan SD N Karengan 124. Tindakan penyelamatan hanya bersifat spontanitas saja. Gambar 7. Sumur resapan KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Kapasitas sarana prasarana yang menjamin keamanan masyarakat sekolah dari ancaman bencana banjir di SD N Kampungsewu No.25 dan SD N Karengan No.124 termasuk dalam kategori rendah meskipun sekolahsekolah tersebut pernah dan rawan dilanda bencana banjir. b. Tidak ada prosedur pelaksanaan sistem pengurangan resiko bencana (early warning, evakuasi dan tindakan medis) di SD N 2. Implikasi a. Mitigasi atau pengurangan (mitigation) merupakan upaya untuk mengurangi atau meredam resiko. Mitigasi bagi suatu komunitas sekolah bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan resiko kemudian melakukan pengurangan resiko melalui kebijakan sekolah, penguatan fisik bangunan dan penguatan kapasitas guru, anak-anak dan komunitas. b. Mitigasi bencana banjir di sekolah-sekolah yang rawan bencana banjir merupakan salah satu faktor penting dalam kesiapsiagaan Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 14

menghadapi bencana banjir. Salah satu hal yang penting yaitu dalam upaya peningkatan kapasitas sarana prasana sekolah dan pengadaan prosedur sistem pengurangan resiko bencana banjir. 3. Saran a. Tingkat kapasitas sarana prasarana SD N Karengan No. 124 dan SD N terganggu dan kerugian akibat dampak bencana banjir dapat diminimalisir. b. Disarankan pula agar lebih banyak guru yang mengikuti pelatihan tentang bencana. Kemudian menerapkan ilmu pengetahuan tersebut pada masyarakat sekolah (siswa dan guru). Dengan dibekali pengetahuan yang tinggi, siswa dan guru diharapkan Kampungsewu No.25 mampu memahami hendaknya lebih ditingkatkan kesiapsiagaan bencana lagi dalam kesiapsiagaan bencana terutama bencana tersebut. Guru bersedia dan mampu membuat prosedur banjir sehingga masyarakat pelaksanaan sistem sekolah benar-benar terjamin pengurangan resiko bencana keamanannya, kewajiban sehingga proses evakuasi siswa dalam belajar tidak benar-benar tersistem. Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 15

DAFTAR PUSTAKA Adi, Danuk Nugroho. 2007. Ribuan Rumah Tergenang, Sekolah Diliburkan. http://www.indosiar.com/fokus/ribuan-rumah-tergenang-sekolahdiliburkan_66897.html (diakses tanggal 27-11-2012) Anonim. 2007. Jumlah Sekolah yang Terendam Bertambah jadi 33. http://solopeduli.blogspot.com/2007/12/jumlah-sekolah-yang-terendambertambah.html. (diakses tanggal 27-11-2012) Adisukma, Dana dan Dhandhun Wacano. 2012. Pemetaan Longsorlahan Aktual untuk Mendukung Kajian Mitigasi Bencana Longsorlahan di DAS Tinalah Kulon Progo Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Haryana, Inneke K dkk. 2012. Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Evaluasi Kesesuaian Lokasi Huntara Bencana Erupsi Gunungapi. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Husaini dan Purnomo. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara Konsorsium Pendidikan Bencana. 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta Pramesti, Olivia Lewi. 2012. 60% Anak di Dunia Korban Bencana Alam. nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/60-anak-di-dunia-korban-bencana-alam. (diakses tanggal 26-11-2012). Sartohadi, Junun. 2012. Pengelolaan Bencana Berbasis Masyarakat Melalui Pendidikan Geografi. Kuliah Umum Progdi Pendidikan Geografi UMS. Surakarta: Program Studi Pendidikan Geografi UMS. Setyarto, Dwiatmodjo Budi. 2012. Program Alternatif Desa Tanggap Bencana : Uyapa Mengurangi Risiko Bencana Pasca Erupsi Merapi 2010 di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sholeh, Muhammad. 2012. Karakteristik Bencana di Indonesia dan Implementasi Pembelajaran Wawasan Kebencanaan di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 16

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sobirin dan Anindito Adi Nugroho. 2012. Pemodelan Spasial Area Banjir di Kota Solo. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suharjo, Alif Noor Anna, Muhammad Musiyam. 2012. Pendidikan Mitigasi Bencana Berbasis Masyarakat di Daerah Solo dan sekitarnya. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim FKIP-UMS. 2010. Manajemen Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Utomowati, Rahning. 2012. Pemanfaatan Citra Landsat 7 Enhanched Thematic mapper untuk Penentuan Wilayah Prioritas Penanganan Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Worosuprojo, Suratman. 2012. Manajemen Bencana Berbasis Informasi Geografis untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Harmonis dengan Alam di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Yudilastiantoro, C dan Agus Wuryanta. 2012. Daerah Rawan Banjir di Sekitar Bengawan Solo, Kodya Surakarta. ). Prosiding Seminar Nasional Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis 2012. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 17

In F Analisis Kapasitas Sarana Prasarana Sekolah di Kawasan Rawan Bencana Disusun Oleh: Intan Fitriana D. A.610080006 FKIP Pendidikan Geografi 2014 Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 18

Peta Rawan Bencana Banjir Kota Surakarta Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 19

LAMPIRAN 3 BIODATA PENULIS Nama : Intan Fitriana Dewi Tempat, Tanggal Lahir : Pacitan, 24 Mei 1989 Alamat : Rt 04 Rw 02 Desa Kawu, Kec. Kedunggalar, Kab.Ngawi Alamat email : intan.fd@gmail.com No Hp : 087858345953 Program Studi : Pendidikan Geografi 2008 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Riwayat pendidikan : TK : TK Taman Harapan SD : SD Negeri Bangunsari II SLTP : SLTP Negeri 1Pacitan SMU : SMA Negeri 1 Pacitan PT : Program studi Pendidikan Geografi, FKIP UMS Motto : Saya ingin menjadi orang yang pintar dalam meraih ilmu dan mencari rejeki. Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 20

Intan Fitriana Dewi, Pendidikan Geografi 2014, FKIP-UMS 21