BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 17

PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 2 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PROMOSI PARIWISATA KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini memegang peranan penting dalam perkembangan suatu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Yogyakarta merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 8 TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

RENCANA KERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadikan

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 1999 SERI D NO. 7

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan pariwisata. Hal ini terbukti dari banyaknya daerah kunjungan wisata yang hampir tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Melihat begitu banyak potensi pariwisata yang terdapat di Indonesia mendorong beberapa pihak untuk mengembangkan kepariwisataan Indonesia dengan berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan kesenian budaya setempat, dan membuka usaha perjalanan wisata sebagai kegiatan promosi daerah tujuan wisata atau destinasi pariwisata tersebut. Wisata memiliki pengertian yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara 1. Sedangkan untuk daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu daerah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,aksesibilitas,serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan 2. 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 2. Ibid,.

Pariwisata berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap kekayaaan alam dan budaya bangsa dengan memperkenalkan kekayaan alam dan budaya. Untuk mendatangkan wisatawan, baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara,daerah tujuan wisata atau destinasi pariwisata harus menawarkan potensi apa saja atau fasilitas apa saja yang dimiliki di daerah tersebut misalnya: jasa transportasi, jasa makanana dan minuman,penyediaan akomodasi serta penyelenggaraan kegitan hiburan dan rekreasi 3. Ini semua akan menjadi daya tarik tarik sendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung atau berwisata ke daerah tujuan wisata tersebut. Adanya keterbukaan untuk memberitahu kepada wisatawan tentang apa saja yang menjadi potensi di daerah tujuan wisata tersebut menjadi hal yang menarik untuk dicermati bagi wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung. Hal ini juga merupakan ajang promosi bagi daerah tujuan wisata tersebut dan hal ini pula juga yang dapat mendatangkan devisa atau pemasukan bagi perkembangan ekonomi pariwisata di Indonesia. 3. Ibid.

Kegiatan promosi sendiri dalam dunia pariwisata saat ini untuk Indonesia sangat mendukung pembangunan pariwisata yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, mendorong pemerataan pembangunan nasional, dan memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat 4. Dalam hal ini Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata membuat suatu kebijakan untuk mengatur tentang kegiatan promosi ini yang berdampak bagi destinasi pariwisata di Indonesia khususnya di daerah-daerah tujuan wisata lainnya. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata membuat suatu badan yang khusus untuk mengatur jalannya kegiatan promosi yaitu BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia). BPPI berkedudukan di ibukota negara dan merupakan lembaga swasta yang bersifat mandiri 5. BPPI mempunyai tugas yaitu: meningkatkan citra kepariwisataan Indonesia, meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara serta meningkatkan penerimaan devisa dan pembelanjaan 6. 4. www.budpar.go.id, Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010 2014. 5. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. 6. Ibid.

Fungsi dari BPPI sendiri adalah sebagai koordinator promosi pariwisata yang dilakukan dunia usaha di pusat dan daerah; dan mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah 7. Bertolak dari fungsi BPPI, maka kegiatan promosi pariwisata Kota Yogyakarta pun menjadi kewenangan BP2KY (Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta). Kota Yogyakarta memiliki banyak sekali daerah tujuan wisata yang belum terpublikasikan dengan baik. Mungkin untuk sebagian wisatawan, yang terkenal dari Yogyakarta hanyalah Kawasan Malioboro, Keraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis, Candi Prambanan dan Pusat oleh-oleh Bakpia. Namun, diantara itu semua masih banyak daerah tujuan wisata yang belum tereksplor dengan baik. Kurangnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat mengakibatkan daerah tujuan wisata lain tak terjamah. Selain akibat dari kurangnya promosi mengakibatkan juga berkurangnya wisatawan asing dan wisatawan lokal untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut. Dalam PERDA No 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan menyebutkan bahwa pembangunan destinasi pariwisata dapat memberikan dampak antara lain meliputi pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan serta melibatkan Usaha Mikro, 7. Ibid.

Kecil dan Menengah sebagai pendukung penyediaan produk lokal kepariwisataan dan penganekaragaman atraksi seni dan budaya daerah penyediaan fasilitas umum melalui optimalisasi fasilitas dan sarana kepariwisataan yang mencerminkan ciri khas Daerah. Oleh karena itu, peran BP2KY sendiri sangat penting untuk kegiatan promosi dan pengembangan destinasi pariwisata Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan kewenangan BP2KY (Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta) terhadap kegiatan promosi dan pengembangan destinasi pariwisata Kota Yogyakarta? 2. Kendala apa yang dialami oleh BP2KY ( Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta) dalam menjalankan kewenangannya sebagai badan promosi terhadap kegiatan promosi dan pengembangan destinasi pariwisata Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penulisan Hukum / Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi pelaksanaan kewenangan BP2KY (Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta) dalam pelaksanaan kegiatan promosi dan pengembangan destinasi di Kota Yogyakarta dan kendala dalam kegiatan promosi dan pengembangan destinasi tersebut.

D. Manfaat penelitian: 1. Hasil dari penulisan hukum / skripsi ini mampu memberikan kontribusi yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum khususnya pada bidang Hukum Pariwisata. 2. Penulisan Hukum / skripsi ini diharapkan dapat membuka wacana baru bagi BP2KY (Badan Promosis Pariwisata Kota Yogyakarta) dan masyarakat dalam mendukung kegiatan promosi pariwisata. 3. Penulisan Hukum / skripsi ini juga diharapkan mampu memberikan masukan kepada Pemerintah dalam membuat dan menerapkan suatu kebijakan yang dihasilkan, agar nantinya dapat tercipta suatu kesinergisan dalam pembuatan suatu aturan, serta penerapannya di lapangan. E. Keaslian Penelitian : Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum / skripsi yang berjudul Pelaksanaan Kewenangan BP2KY (Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta) dalam Kegiatan Promosi dan Pengembangan Destinasi Pariwisata Kota Yogyakarta ini merupakan hasil karya penulis dan bukan merupakan duplikasi maupun plagiasi dari hasil karya penulis lain. F. Batasan Konsep 1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. ( Pasal 1 ayat 3 UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan)

2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. ( Pasal 1 ayat 1 UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan) 3. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. ( Pasal 1 ayat 2 UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan) 4. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapiterwujudnya kepariwisataan. ( Pasal 1 ayat 6 UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan) 5. Promosi adalah kenaikan pangkat; naik pangkat, perkenalan; reklame (dalam rangka memajukan usaha, dagang, dsb). ( Kamus Besar Bahasa Indonesia) 6. BP2KY adalah Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta. (Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No 4 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan).

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penyusunan penelitian, penulis melakukan penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum (law in action). 2. Sumber data a.data primer, hasil wawancara dengan Bapak Johannes Sinduk selaku Kepala Humas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan Ibu Artin Wuryani selaku Direktur Eksekutif BP2KY. b.data sekunder, UU No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, UU No.10 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan, Peraturan Pemerintah No.67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan, dan Peraturan Walikota No.5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta. c.data Tersier, adalah berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan Ensiklopedi Indonesia. 3. Metode Pengumpulan Data a.wawancara b.studi kepustakaan 4. Narasumber dan Responden 1. Bapak Yohannes, Kepala Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Yogyakarta. 2. Ibu Artin Wuryani, Direktur Eksekutif BP2KY.

5. Lokasi Penelitian Kota Yogyakarta 6. Metode analisis Dalam menganalisis data penulis menggunakan analisis kualitatif, yaitu data yang didapatkan dari berbagai sumber sebagaiman disebut di atas dihubungkan dan dianalisis satu sama lain, setelah itu dengan pemikiran logis dan sistematis akan ditarik suatu kesimpulan dengan menggunakan pendekatan deduktif, yaitu pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus.