BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

ABSTRAK. Identitas penyusun : Vania Christiani Wiryadi Nama Pembimbing : Angela Evelyna, drg., M.Kes. Prof. Dr. Ir. Bambang Sunendar P., M. Eng.

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan dengan jumlah kehilangan gigi yang semakin tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

Kata kunci : Dental bridge, nanokomposit Mg-Al-Si-Zr, teknik solgel, geopolimer, alkali aktivator, cotton fiber

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

Biokeramik pada Dental Implant

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Tanpa tulang tubuh tidak bisa berdiri tegak. Sel tulang alami pada tubuh

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

Kata Kunci : polymethylmethacrylate, PMMA, selulosa nanokristalin, silika nanosphere, kekuatan tarik diametral, kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. terus meningkat. Perawatan ortodonsi bertujuan untuk memperbaiki oklusi dan

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Kata Kunci : Teknik sol-gel, amplitudo ultrasonic homogenizer, ukuran dan distribusi filler, kekerasan komposit.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

Kata Kunci: Resin komposit berbasis polymethylmethacrylate, White carbon black nanorod, Alumina nanopartikel, Kekerasan.

CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN PENGARUHNYA TERHADAP POROSITAS, KEKERASAN, MIKROSTRUKTUR, DAN KONDUKTIVITAS LISTRIKNYA

BAB 2 IMPLAN. Dental implan telah mengubah struktur prostetik di abad ke-21 dan telah

Studi Kualitas Diamonium Hidrogen Fosfat Brataco Dengan Pengujian XRD dan AAS

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH ORIENTASI AGREGAT SERAT BAMBU TERHADAP MORFOLOGI DAN KUAT LENTUR KOMPOSIT GEOPOLIMER BERBASIS METAKAOLIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fungsional gigi dapat menyebabkan migrasi (tipping, rotasi, dan ekstrusi),

BAB I PENDAHULUAN. Resin akrilik telah banyak digunakan di bidang kedokteran gigi sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

Sintesa dan Studi XRD serta Densitas Serbuk Hidroksiapatit dari Gipsum Alam Cikalong dengan 0,5 Molar Diamonium Hidrogen Fosfat

PROSES SINTESA DAN PENGUJIAN XRD HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN BEJANA TEKAN

PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DARI CUTTLEFISH LAUT JAWA (KENDAL) DENGAN BEJANA TEKAN

Proses Sintesa dan Pengujian XRD. dengan Proses Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat kumur saat ini sedang berkembang di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien untuk mencari perawatan (Walton dan Torabinejad, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. Komposit adalah kombinasi dari satu atau lebih material yang menghasilkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kanker mulut (Lamster dan Northridge, 2008). Kehilangan gigi dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya usia. Hilangnya gigi akan mengakibatkan perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat terutama pada bidang kedokteran gigi. Cara pengobatan dengan. untuk memungkinkan aplikasi yang lebih aman dan efektif.

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan bahan rehabilitasi. cukup besar, sehingga berbagai upaya dikembangkan untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Laporan Tugas Akhir

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

STUDI XRD PROSES SINTESA HIDROKSIAPATIT DENGAN CARA HIDROTERMAL STOIKIOMETRI DAN SINTERING 1400 C

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Karies gigi, trauma dan kegagalan restorasi menyebabkan kerusakan dan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia adalah cabang dari Ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan semen gigi yang baik ini bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi sekaligus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diperkenalkannya implan gigi oleh Brånemark pada tahun 1960an, implan gigi telah menjadi pilihan perawatan untuk menggantikan gigi asli yang telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti sebagai suatu metode untuk mengembalikan fungsi gigi yang hilang dalam rongga mulut. Keberhasilan perawatan ini sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimiawi dari bahan implan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil klinis dan prognosis terapi implan. Faktor-faktor ini adalah mikrostruktur bahan implan, komposisi permukaan, karakteristik, serta desain implan. 1,2 Sebuah bahan implan yang ideal harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: biocompatible, memiliki kekuatan dan kekerasan yang mencukupi, tahan terhadap korosi, tahan terhadap wear, tahan terhadap fraktur, prinsip desain implan harus sesuai dengan sifat fisik dari bahan implan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan implan gigi dapat dikategorikan menurut komposisi kimiawi atau respon biologis yang dihasilkan bahan saat bahan diimplan ke dalam tubuh. Pada sudut pandang kimiawi, implan gigi dapat terbuat dari bahan logam, keramik, atau polimer. 1 Saat ini logam titanium masih merupakan standar emas untuk pembuatan implan gigi endosseous dikarenakan tingginya tingkat keberhasilan klinis jangka panjang. Fraktur implan titanium jarang terjadi dengan laporan insidensi yang 1

2 hanya berkisar 0% sampai 6%. Namun, akhir-akhir ini timbul kekhawatiran bahwa titanium mungkin menimbulkan reaksi alergi dan sensitivitas. Selain itu, dorongan yang kuat untuk memenuhi permintaan akan estetika dan permintaan pasien untuk bahan bebas logam membuat berkembangnya bahan implan yang terbuat dari keramik. 1 Keramik pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pelapis untuk endosseous implant berbahan dasar logam untuk meningkatkan kemampuan osseointegrasi. Selama lima belas tahun terakhir, bermacam-macam bentuk pelapis keramik telah digunakan pada implan gigi. Terdapat dua macam keramik yang digunakan di dalam pembuatan implan gigi, yaitu keramik bioaktif, seperti kalsium fosfat dan bioglasses, dan keramik inert, seperti alumunium oksida dan zirkonium oksida. Keramik bioaktif telah terbukti dapat melepaskan ion kalsium fosfat di sekitar implan sehingga meningkatkan aposisi tulang, sementara keramik inert jarang sekali digunakan sebagai bahan pelapis implan karena kemampuan osteokonduksinya tidak sebaik bahan kalsium fosfat bioaktif. Pada masa kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan biomaterial dan teknologi industri, minat terhadap keramik untuk aplikasi dental telah diperbaharui. Keramik, khususnya yttrium-stabilized tetragonal polycrystalline zirconia (Y-TZP), memperlihatkan sifat mekanis yang telah diperbaharui sehingga menjadi bahan yang cocok untuk pembuatan implan gigi. 1 Pada masa kini terdapat kepercayaan kuat bahwa material dengan skala nano akan menghasilkan implan baru dengan efisiensi tinggi, biaya lebih murah, dan volume yang tinggi. Selama beberapa dekade implan gigi berbahan logam telah

3 berhasil digunakan akan tetapi memiliki kelemahan dalam proses osseointegrasi dan sifat mekanis bahan ini tidak cocok dengan tulang. Pemahaman dan pengendalian reaksi interfasial pada skala nano merupakan kunci untuk mengembangkan permukaan implan baru yang akan mengeliminasi reaksi penolakan oleh tubuh dan meningkatkan adhesi dan integrasi dengan jaringan sekitarnya. 3 Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan cara untuk menggabungkan kekuatan dan kekerasan tinggi pada bahan keramik dengan memanfaatkan mekanisme perubahan kekerasan pada bahan nanozirconiaalumina. Bahan tersebut mengandung sejumlah kecil partikel ZrO2 berukuran 200 nm di dalam matriks Al2O3. Bahan ini mampu menahan beban dua kali lipat serta memiliki kekerasan dan kestabilan yang baik. 3 Saat ini para dokter gigi di Indonesia masih bergantung kepada negara-negara lain untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan material kedokteran gigi, termasuk bahan implant gigi, karena Indonesia masih belum dapat mengolah secara maksimal sumber daya alam yang ada sehingga menyebabkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik. 4 Pada penelitian yang dilakukan Vania Christiani pada tahun 2015 mengenai sintesis dan karakterisasi nanokomposit untuk aplikasi gigi artifisial pembelajaran telah berhasil dilakukan sintesis partikel nanokomposit berbasis calcium-partially stabilized zirconia, silika, dan metakaolin dengan teknik sol-gel yang menghasilkan filler berukuran nano dengan perbedaan nilai kekerasan pada permukaan komposit, yaitu 50,7 VHN di permukaan atas dan 46,6 VHN di

4 permukaan bawah. Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa perbandingan komposisi filler yang berbeda akan mempengaruhi sifat mekanik dari bahan dimana kelompok dengan kandungan filler calcium-partially stabilized zirconia terbanyak akan menghasilkan nilai kekerasan yang terbaik. 5 Pemahaman dan pengembangan ilmu mengenai hubungan antara komposisi dan arsitektur bahan pada berbagai skala dengan sifat mekanis makroskopik dan kemampuan osteogenesis sangat penting untuk menciptakan implan gigi yang ideal yang didesain dengan bahan berukuran nano. 3 Pada penelitian ini akan dibuat nanokomposit berbasis calcium, strontiumpartially stabilized zirconia dengan perbandingan komposisi yang berbeda untuk aplikasi dental implant body. Pemilihan bahan tersebut diharapkan dapat menghasilkan nanokomposit dengan sifat mekanis yang baik yang setara dengan titanium dan dilanjutkan dengan uji kekerasan micro Vickers sebagai uji pendahuluan, karakterisasi dengan SEM dan XRD serta uji flexural strength. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang teridentifikasi adalah sebagai berikut: Berapakah perbandingan komposisi terbaik antara filler Ca,Sr-PSZ dan metakaolin untuk mendapatkan nilai kekuatan flexural strength terbaik?

5 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan nanokomposit untuk bahan dental implant body dengan Ca,Sr-PSZ dan metakaolin sebagai filler dari nanokomposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan komposisi terbaik dari filler Ca,Sr-PSZ dan metakaolin untuk mendapatkan nilai kekuatan flexural strength dengan metode three point bending. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Kegunaan Ilmiah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan material kedokteran gigi khususnya mengenai pembuatan dental implant body. 1.4.2 Kegunaan Praktis Pengembangan nanokomposit berbasis Ca,Sr-PSZ dan metakaolin diharapkan dapat memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan hasil penelitian sebelumnya dan dapat diaplikasikan sebagai bahan dental implant body sehingga dapat dihasilkan implan gigi buatan lokal dengan sifat mekanis yang baik dan biaya yang lebih murah. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Sepanjang sejarah manusia telah berupaya untuk menggantikan gigi yang hilang dengan implan gigi dalam bermacam-macam bentuk. Pada masa kini

6 terdapat dua pilihan perawatan untuk menggantikan gigi yang hilang, yaitu menggunakan gigi tiruan, baik lepasan atau cekat, dan implan gigi. Oral implantology merupakan ilmu pengetahuan yang paling cepat berkembang dalam bidang kedokteran gigi. Implan menawarkan hasil perawatan yang aman, efektif dengan prognosis baik bagi pasien edentulous lengkap atau sebagian. Perawatan ini juga memberikan solusi fungsional jangka panjang yang permanen dan estetik bagi berbagai keadaan klinis yang kurang mendapatkan solusi sebelum penggunaan rutin dari terapi implan. 2,6,8 Implan gigi dapat terbuat dari bahan logam, keramik, atau polimer. Saat ini standar emas bahan implant gigi adalah logam titanium, akan tetapi penggunaan keramik telah berkembang pesat. Keramik, khususnya zirkonia memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki sifat mekanis yang baik, bersifat inert, dan estetik. Kombinasi dari sifat-sifat tersebut akan menghasilkan bahan implan gigi yang ideal. 1,7 Pada bidang ilmu material, definisi komposit adalah sebuah benda solid yang terbentuk dari dua atau lebih fase yang berbeda yang dikombinasikan untuk menghasilkan sifat yang unggul dari bahan-bahan tersebut. Dalam bidang ilmu kedokteran gigi, komposit dikenal dengan istilah dental composite atau dalam bahasa indonesia disebut resin komposit. Resin komposit merupakan bahan polimer dengan ikatan silang yang tinggi yang diperkuat oleh dispersi glass, kristalin, atau partikel filler resin dan/atau fiber pendek yang diikatkan ke matriks oleh silane coupling agent. 8,9

7 Pada penelitian ini zirkonia dipilih sebagai filler karena dalam bidang ilmu kedokteran gigi, zirkonia merupakan bahan yang dianggap memiliki kekuatan dan kekerasan fraktur yang paling tinggi. Zirkonia merupakan bahan keramik polycrystalline yang memiliki kekuatan dan biokompabilitas yang baik untuk protesa implan sehingga menjadi bahan dasar pilihan. Selain itu, zirkonia juga merupakan fondasi dari estetik yang optimal dalam hal translusensi dan warna. 6 Penambahan kalsium pada filler dikarenakan unsur ini terdapat di dalam jaringan tulang sehingga bahan akan bersifat biocompatible. Kalsium juga bertindak sebagai stabilizer bagi struktur kristal zirkonia sehingga akan menghasilkan partially stabilized zirconia (PSZ). Kalsium juga akan membantu proses osseointegrasi implan dengan menginduksi aposisi tulang aktif pada permukaan implan di dalam medullary space sehingga komponen tulang menjadi lebih padat. 10,11,13 Stronsium ditambahkan ke dalam filler untuk meningkatkan kemampuan osseointegrasi karena stronsium akan meningkatkan massa tulang dengan menstimulasi aktivitas osteoblas dan secara simultan menghambat resorpsi tulang. Penelitian yang dilakukan oleh Park et al. menunjukkan bahwa penambahan stronsium akan memperbaiki osteokonduktivitas implan dan proses penyembuhan tulang dengan meningkatkan deposisi tulang pada permukaan implan sehingga terjadi peningkatan kontak permukaan implan dengan tulang. 12,14 Metakaolin ditambahkan ke dalam bahan filler untuk memicu reaksi polikondensasi yang menyebabkan berlangsungnya sintesis geopolimer.

8 Metakaolin bertindak sebagai larutan pengaktif dalam adhesif sodium silikat dan sodium hidroksida. 15 Penelitian sebelumnya menunjukkan nilai kekerasan terbaik didapatkan dari komposisi perbandingan filler Ca-PSZ, silika, dan metakaolin sebesar 60 : 20 : 20 dari antara perbandingan lainnya, yaitu 50 : 20 : 30 dan 40 : 20 : 40, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa spesimen yang mengandung komposisi zirkonia terbanyak akan menghasilkan sifat mekanis terbaik, yaitu dalam penelitian ini adalah filler dengan perbandingan Ca,Sr-PSZ dan metakaolin 80 : 20. 5 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia, khususnya di bidang kedokteran gigi dengan dihasilkannya dental implant body buatan lokal sehingga Indonesia dapat mulai mengolah dan memproduksi alat dan bahan material kedokteran giginya sendiri dan menghentikan ketergantungan mengimpor alat dan bahan dari negara-negara lain. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah kombinasi bahan kalsium, stronsium, dan zirkonia pada filler dengan perbandingan Ca,Sr-PSZ dan metakaolin 80 : 20 akan menghasilkan komposit dengan ukuran partikel nano dan memiliki sifat-sifat mekanis yang baik. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental atau eksperimental semu. Hasil penelitian dianalisis dengan uji ANOVA one way dengan perangkat

9 lunak SPSS, kemaknaan berdasarkan nilai p < 0,05 dan analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 Mei 2016 yang terdiri dari : Sintesis filler dan pembuatan sampel dilakukan di Advanced Material Processing Laboratorium, Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung. Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan di Laboratorium Scanning Electron Microscope, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium Pusat Survei Geologi, Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan (PPGL). Karakterisasi Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS) dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi, Pusat Penelitian Geologi dan Kelautan (PPGL). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan di Laboratorium Metarlugi Fisika dan Keramik, Program Studi Teknik Metarlugi, Institut Teknologi Bandung. Uji kekerasan Micro Vickers dilakukan di Laboratorium Metarlugi Fisika dan Keramik, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Uji kekuatan Flexural Strength dilakukan di Departemen Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.