GUBERNUR PROVINSI PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 109 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN PEMANFAATAN KAYU/IPK TAHAP II KEPADA PT. SUMBER KAYU UTAMA PADA AREAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KAMPUNG YETI DAN KERIKU DISTRIK ARSO KABUPATEN KEEROM PROVINSI PAPUA Lampiran : 1 (satu) GUBERNUR PROVINSI PAPUA Menimbang : a. bahwa hasil hutan kayu yang berada pada areal hutan yang telah dilepaskan untuk keperluan non kehutanan perlu dimanfaatkan secara optimal; b. bahwa sebagai tindak lanjut atas pertimbangan dimaksud huruf a, PT. Sumber Kayu Utama telah mengajukan permohonan IPK dengan surat Nomor 62/SKU/VIII/2008 tanggal 28 Agustus 2008 perihal Permohonan Izin Pemanfaatan Kayu PT. Sumber Kayu Utama, dengan dilengkapi persyaratan; c. bahwa Sumber Kayu Utama telah memperoleh Persetujuan Prinsip IPK dari Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan sesuai Surat Nomor S.966/VI-BPHA/2005 tanggal 27 Desember 2008; d. bahwa PT. Sumber Kayu Utama telah melaksanakan seluruh kewajiban sesuai Surat Gubernur Provinsi Papua Nomor 522/3326/SET tanggal 27 September 2005; e. bahwa setelah diteliti kebenaran dan kelengkapan persyaratan permohonan IPK PT. Sumber Kayu Utama, maka dinyatakan telah memenuhi syarat sesuai ketentuan peraturan perundangundangan; f. bahwa sehubungan dengan hal-hal dimaksud huruf a sampai huruf e serta untuk kelancaran pelaksanaan pemanfaatan kayu, perlu memberikan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) Tahap II kepada PT. Sumber Kayu Utama; g. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut huruf f perlu ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Provinsi Papua. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 47); 2. Undang.../2
- 2-2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alama Hayati (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167); 4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 135) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 57); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 201); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 67); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 146); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 147); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 22) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 16); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82); 14. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 763/Kpts-II/1992 tentang Pelepasan Sebagian Kawasan Hutan Sungai Tami yang terletak di Kabupaten Jayapura Propinsi Daerah Tingkat I Irian Jaya seluas 37.530 Ha Untuk Usaha Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Pola PIR Khusus Atas Nama PT. Perkebunan II; 15. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 326/Kpts-II/1997 tentang Kewajiban Pemegang Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) Menyediakan dan Menjual Sebagian Hasil Produksinya untuk Keperluan Masyarakat; 16. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220/Kpts-II/1999 tentang Besarnya Provisi Sumber Daya Hutan; 16. Keputusan.../3
- 3-17. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 315/Kpts-II/1999 tentang Tata Cara Penggunaan, Penetapan dan Pelaksanaan Atas Pelanggaran di Bidang Pengusahaan Hutan dan Pemungutan Hasil Hutan; 18. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 124/Kpts-II/2003 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 445/Kpts-II/2003 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan; 19. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 334/Kpts-II/2003 jo. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2005 tentang Penatausahaan Hasil Hutan; 20. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 128/Kpts-II/2003 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 446/Kpts-II/2003 Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Dana Reboisasi (DR); 21. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.382/Menhut-II/2004 tentang Izin Pemanfaatan Kayu; 22. Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 184 Tahun 2004 tentang Standar Pemberian Kompensasi bagi Masyarakat Adat atas Kayu yang Dipungut pada Areal Hak Ulayat di Provinsi Papua. Memperhatikan : 1. Surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 265/VI- PHA/2000 tanggal 21 April 2000 perihal Kewajiban Penyerahan Bank Garansi Dana Reboisasi (DR) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) bagi Pemegang Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK); 2. Surat Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan Nomor 245/VI- PHA/2001 tanggal 23 Pebruari 2001 perihal Penjelasan Penerbitan Ijin Pemanfaatan Kayu; 3. Surat Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor S.966/VI- BPHA/2005 tanggal 27 Desember 2005 perihal Rekomendasi Penerbitan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) An. PT. Sumber Kayu Utama di Kabupaten Keerom Propinsi Papua; 4. Surat Gubernur Provinsi Papua Nomor 522/3326/SET tanggal 27 Desember 2005 perihal Surat Perintah Pelaksanaan Kewajiban Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) an. PT. Sumber Kayu Utama di Kabupaten Keerom Provinsi Papua; 5. Surat Direktur PT. Perkebunan Nusantara II Arso Nomor : 11.AR/X/16/2005 perihal Persetujuan Pemanfaatan Kayu di Areal PT. Perkebunan Nusantara II Arso; 6. Surat Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Keerom Nomor 522.1/243 tanggal 17 September 2008 tentang Keterangan Penggunaan Lahan Areal IPK PT. Sumber Kayu Utama; 7. Berita Acara Pemeriksaan Tata Batas dan Timber Cruising oleh Tim Dinas Kehutanan Provinsi Papua tanggal 20 Pebruari 2008; 8. Surat PT. Sumber Kayu Utama Nomor 62/SKU/VIII/2008 tanggal 28 Agustus 2008 perihal Permohonan Ijin Pemanfaatan Kayu an. PT. Sumber Kayu Utama; 9. Garansi.../4
- 4-9. Garansi Bank PSDH dan DR dari Bank Panin Cabang Jayapura sesuai surat Nomor 13/JB/JAY/2008 tanggal 2 Desember 2008. M E M U T U S K A N : Menetapkan : KESATU : Memberikan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) kepada : Nama : PT. Sumber Kayu Utama. Alamat : Desa Bewan Kumbur Distrik Arso Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Lokasi : Areal pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kampung Yeti dan Kampung Keriku Distrik Arso Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Wilayah Kerja : Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Keerom. KEDUA : Kepada PT. Sumber Kayu Utama diijinkan melaksanakan kegiatan penebangan kayu dengan target : a. Luas : 600 Ha b. Jatah Produksi : 6.169,00 M³ c. Rincian kelompok jenis yang dapat dimanfaatkan dengan limit diameter 30 Cm Up adalah : Jenis Kayu Jatah Produksi Tebangan N (Pohon) Volume (M³) I. Kelompok Kayu Meranti 1. Kenari 40 68.40 2. Mersawa 40 55,60 3. Nyatoh 80 120,80 4. Pulai 120 210 5. Merbau 2.240 3.076,60 6. Matoa 440 600,40 7. Resak 200 252,00 Jumlah I 3.160 4.383,80 II. III. Kelompok Rimba Campuran 1. Terentang 80 104,80 2. Bintangur 160 208,80 3. Binuang 160 303,60 4. Ketapang 240 396,40 5. Lain-lain 200 558,80 Jumlah II 840 1.572,40 Kelompok Kayu Indah 1. Linggua 120 212,80 Jumlah III 120 212,80 TOTAL 4.120 6.169,00 d. Blok tebangan IPK dan rencana jalan angkutan kayu sesuai peta dengan skala 1: 100.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KETIGA.../5
- 5 - KETIGA : Kepada PT. Sumber Kayu Utama dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan/penebangan, pengangkutan, pengolahan dan atau pemasaran atas hasil hutan kayu tersebut Diktum KEDUA, berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan dengan kewajiban : a. membayar Iuran Kehutanan berupa Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR) atas hasil hutan kayu yang diproduksi tersebut Diktum KEDUA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. memperhatikan asas-asas konservasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. membuat dan menyampaikan laporan bulanan atas pelaksanaan kegiatan IPK meliputi luas tebangan dan produksi kayu serta informasi perkembangan pemanfaatan lahan kepada Gubernur Provinsi Papua dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan RI, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Keerom; d. melaksanakan kegiatan nyata di lapangan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya IPK; e. melaksanakan kegiatan IPK berdasarkan Bagan Kerja; f. melaksanakan penatausahaan hasil hutan dari areal IPK sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; g. mengamankan areal hutan dari berbagai macam gangguan keamanan dan kebakaran hutan; h. menyediakan dan menjual sebanyak 50% dari jatah produksi kayu untuk semua jenis bagi keperluan daerah dan/atau masyarakat; i. melaksanakan pembayaran kompensasi kepada masyarakat adat pemilik hak ulayat sesuai Keputusan Gubernur Provinsi Papua Nomor 184 Tahun 2004; j. mentaati segala ketentuan di bidang kehutanan. KEEMPAT : PT. Sumber Kayu Utama dalam melaksanakan kegiatan pemanfaatan/penebangan, pengangkutan, pengolahan atau pemasaran atas hasil hutan kayu tersebut Diktum KEDUA, dilarang : a. melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan hutan; b. melakukan pembakaran hutan; c. melakukan penebangan pada lokasi yang dikeramatkan atau bernilai sejarah atau cagar budaya; d. memasukan dan menggunakan peralatan ke areal kerjanya tanpa izin dari pejabat yang berwenang; e. merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan; f. melakukan penebangan di luar areal/blok kerja yang telah ditetapkan; g. mengangkut ke luar kayu-kayu hasil pengolahan chainsaw kecuali yang diolah oleh sawmill; h. melakukan penebangan pohon dalam areal IPKnya dengan ketentuan : 1. 500 (lima ratus).../
- 6-1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; 2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan atau kiri kanan sungai daerah rawa; 3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; 4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; 5. 2 (dua) kali dari kedalaman jurang dari tepi sungai dan dari tepi jurang; 6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. KELIMA KEENAM KETUJUH KEDELAPAN : Areal yang telah memperoleh IPK harus segera dimanfaatkan/ digunakan sesuai dengan proposal penggunaan lahan dan tidak boleh diterlantarkan. : Setiap pelanggaran dan atau penyimpangan yang dilakukan oleh PT. Sumber Kayu Utama atas ketetapan-ketetapan yang termuat dalam Keputusan ini termasuk petanya akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. : Pengendalian atas pelaksanaan IPK di lapangan dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Papua. : IPK diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkannya Keputusan ini. KESEMBILAN : IPK dapat dicabut apabila : a. tidak melaksanakan kegiatan nyata di lapangan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya IPK; b. meninggalkan areal IPK selama 45 (empat puluh lima) hari berturut-turut sebelum IPK berakhir; c. melakukan tindak pidana kehutanan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. KESEPULUH : Sebelum berakhirnya masa berlaku IPK, dilakukan pemeriksaan oleh Tim Gabungan terdiri dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan Kehutanan Kabupaten Keerom, meliputi perencanaan, Penata Usahaan Hasil Hutan (PUHH), Penata Usahaan PSDH/DR, peralatan, tenaga kerja dalam rangka monitoring dan evaluasi kegiatan. KESEBELAS : Apabila belum melunasi kewajiban PSDH dan DR sampai dengan batas waktu yang ditentukan, garansi bank dapat dicairkan secara sepihak oleh Gubernur Provinsi Papua. KEDUABELAS.../7
- 7 - KEDUABELAS KETIGABELAS : Pemegang IPK wajib menyetor kembali garansi bank yang telah dicairkan secara sepihak oleh Gubernur Provinsi Papua tersebut Diktum KESEBELAS dan bila tidak ada penyetoran kembali Pemegang IPK tidak dapat melakukan kegiatannya. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di J A Y A P U R A pada tanggal 27 Agustus 2009 GUBERNUR PROVINSI PAPUA CAP/TTD BARNABAS SUEBU, SH Untuk salinan yang sah sesuai dengan yang asli AN. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA KEPALA BIRO HUKUM J.K.H ROEMBIAK SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta; 2. Menteri Kehutanan RI di Jakarta; 3. Direktur Jenderal PUMDA Departemen Dalam Negeri di Jakarta; 4. Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan di Jakarta; 5. Ketua DPRP Provinsi Papua di Jayapura; 6. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua di Jayapura; 7. Bupati Kabupaten Keerom di Arso; 8. Ketua DPRD Kabupaten Keerom di Arso; 9. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Keerom di Arso; 10. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan seperlunya.