PENGARUH PEMBERIAN TENS DAN MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MEKANIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN TENS DENGAN LATIHAN OTOT QUADRICEPS DAN FISIOTAPING PADA OSTEOARTHRITIS LUTUT

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usia 56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1

BAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi

PERBEDAAN INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DAN INFRARED

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

Nanda Citra Anggraeni. Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. berbagai penyakit, misalnya myalgia. menjadi kaku. Sama halnya yang terjadi pada saat bekerja perlu

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

PENAMBAHAN UPPER LIMB TENSION TEST (ULTT) TERHADAP AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS)

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau

PENGARUH FISIOTAPING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SATU PAKET PROGRAM TERAPI SWD DAN TENS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN MEKANIK

BAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.

PENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN TERAPI INTEGRATED NEUROMUSCULAR TECHNIQUE DAN MASSAGE EFFLEURAGE PADA SINDROMA MYOFASCIAL OTOT TRAPESIUS ATAS

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

Ni Made Sulasih RSUP Sanglah Denpasar, Juni 2012 Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ABSTRAK

Clinical Science Session Pain

PENGARUH PELATIHAN PUNGGUNG TERHADAP PERSEPSI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA. Key Words : Low Back Pain, Back Exercise, Elderly

ABSTRAK. Kata kunci : sindroma myofascial, otot upper trapezius, cryotherapy, ischemic compression technique, myofascial release technique

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin melalui alat yang

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE TERHADAP DYSMENORRHEA PRIMER SISWI MAN 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

Disusun oleh : FITRIA NUR CANDRARINI NIM : J

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CAPSULITIS ADHESIVA DEXTRA DI RUMKITAL dr. RAMELAN SURABAYA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA. CERVICAL ROOT SYNDROMEDI RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB VI PEMBAHASAN. memiliki rerata umur sebesar 36,65 ± 7,158 dan kelompok perlakuan

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

PENGARUH LATIHAN SCAPULAR POSTURAL CORRECTION TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER PENGGUNA NOTEBOOK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

PENGARUH PENAMBAHAN ULTRASOUND PADA MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA MYOFASCIAL SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS

PENGARUH PEMBERIAN ISCHEMIC COMPRESSION DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI SINDROMA MIOFASIAL UPPER TRAPEZIUS PADA PENJAHIT WANITA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konsep paradigma sehat menuju Indonesia sehat 2010, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Manusia pertama kali akan berusaha memenuhi kebutuhan (Hariandja,

ABSTRAK. Kata Kunci : MWD, US, Stretching, Myofascial Release Technique, Tension Type Headache (TTH)

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. penelitian, ditemukan bahwa nyeri punggung bawah mengenai kira-kira %

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi adanya perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang (Helmi,2012). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang sangat banyak. cidera atau gangguan sendi yang cukup besar. (Kuntono 2003).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN GUNA MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI. Disusun Oleh : Husna Mufidati NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan komputer. Kebanyakan pengguna komputer tidak. yang berlebih pada otot-otot leher, pundak dan punggung atas.

PENGARUH PENAMBAHAN KINESIO TAPING PADA TERAPI LOW BACK PAIN MYOGENIC TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL DI RSU ADE MUHAMMAD DJOEN SINTANG

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INFRA RED (IR) DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB V HASIL PENELITIAN. Karekteristik sampel penelitian dipaparkan dalam Tabel 5.1 diskripsi

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah merupakan kasus yang banyak ditemui. dalam praktek sehari-hari, umumnya menyerang semua orang tanpa

PENGARUH FRICTION TERHADAP MYOFACIAL TRIGGER POINT SYNDROME PADA NYERI LEHER NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : DIMAS PRANANTIKA KOESWIRYONO J

INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION TECHNIQUE

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DENGAN CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA SINDROM MYOFASCIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN TENS DAN MYOFASCIAL RELEASE TERHADAP PENURUNAN NYERI LEHER MEKANIK Pajar Haryatno, Heru Purbo Kuntono Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi Abstract: The pain, TENS, Myofascial Release. The research objective was to determine the effect of administration of TENS and Myofascial Release to decline Mechanical Neck Pain. This study design is one group pre and post test design. Subjects and treatment are 20 people who suffer from neck pain mechanic who met the study criteria given TENS and myofascial release treatment for 2 weeks. Points clinical research "Fitasoma" Colomadu, Karanganyar, Central Java. The results of the significance of pain before and after treatment have a value of p = 0.000 (p <0.05), which means that there is influence of TENS and Myofascial Release to the reduction of mechanical neck pain. TENS and Myofascial Release have the effect of reducing pain in patients with mechanical neck pain. Keywords: Pain, TENS, Myofascial Release Abstrak: Nyeri, TENS, Myofascial Release. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian TENS dan Myofascial Release terhadap Penurunan Nyeri Leher Mekanik. Desain penelitian ini adalah one group pre and post test design. Subjek dan perlakuan adalah 20 orang yang menderita nyeri leher mekanik yang memenuhi kriteria penelitian diberikan perlakuan TENS dan myofascial release selama 2 minggu. Tempat penelitian klinik Fitasoma Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah. Hasil signifikansi nyeri sebelum dan setelah perlakuan memiliki nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti ada pengaruh TENS dan Myofascial Release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. TENS dan Myofascial Release memiliki pengaruh untuk menurunkan nyeri pada penderita nyeri leher mekanik. Kata Kunci: Nyeri, TENS, Myofascial Release PENDAHULUAN Dalam kehidupannya, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, baik itu kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial misalnya bekerja, olah raga, beraktivitas sosial, beribadah, dan lain lain. Aktivitas berlebihan akan menimbulkan efek pada seseorang, seperti keluhan pada sistem otot (musculoskeletal) berupa keluhan rasa sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya. Nyeri leher (neck pain) merupakan keluhan yang sangat umum, dimana 70% populasi pasti pernah mengalami nyeri leher. Sehingga nyeri leher merupakan kasus musculoskeletal terbesar kedua setelah nyeri punggung bawah (Low Back Pain) (Cooper Grant, 2006). Nyeri muskuloskeletal dileher merupakan masalah kesehatan pada masyarakat modern. Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal di leher pada masyarakat selama 1 tahun besarnya 182

Pajar Haryatno, Pengaruh Pemberian Tens Dan Myofascial Release 183 40% dan prevalensi ini lebih tinggi pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskeletal di daerah leher pada pekerja besarnya berkisar antara 60% - 70% dan wanita ternyata juga lebih tinggi dibandingkan pria (Ariens,2001). Nyeri leher yang banyak terjadi pada masyarakat umumnya merupakan nyeri leher mekanik. Nyeri leher mekanik adalah nyeri leher yang tidak menyebar sampai anggota gerak atas, nyeri berlokasi pada leher, area oksipital atau dasar tengkorak dan bahu bagian belakang. Nyeri leher mekanik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : postur yang salah, kecemasan, stress, dan gerakan yang berlebihan. Keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah sakit di daerah leher dan kaku, nyeri pada otototot leher, dapat juga terjadi sakit kepala dan migraine. Hal itu dapat menimbulkan ketidaknyamanan, penurunan kualitas hidup, dan penurunan aktivitas kerja pada individu (Elizabeth, 2009). Pemendekan otot (muscle contracture) sering terjadi pada otot postural atau otot tonish, sehingga sering mengakibatkan gangguan keseimbangan otot dalam mempertahankan posisi postural (musculair disbalance). Akibat dari musculair disbalance akan selalu diikuti hypertonus pada otot otot yang mengalami pemendekan (contracture). Hypertonus pada otot yang terjadi terus menerus merupakan salah satu pencetus nyeri myofascial.otot-otot postural leher yang sering terjadi pemendekan yaitu m. m. Semi spinalis capitis, m. Sternocleido mastoideus, m. Scaleni, m. Levator scapula dan m. Trapezius upper. Sindrom nyeri myofascial adalah nyeri otot rangka yang ditandai oleh nyeri local dan nyeri kiriman (reffered pain). Serta kehadiran titik titik pemicu myofascial. Patofisiologi sindrom nyeri myofascial tidak dipahami dengan jelas. Meskipun demikian, sejumlah perubahan morfologis, fitur neurosensori, neurotransmitter, gangguan motorik dan faktor elektrofisiologis dianggap terlibat didalam patogenesisnya. Berdasarkan permasalahan pada penderita nyeri leher mekanik yaitu adanya pemendekan otot postural namun saat ini dalam penanganan terapeutik untuk nyeri leher mekanik dengan medikamentosa dan beberapa teknik fisioterapi selama ini kurang efektif sehingga hasil terapi yang didapatkan kurang optimal. Menurut Marshall (2011) pendekatan fisioterapi secara spesifik dengan TENS dan Myofascial release dilaporkan mendapatkan hasil yang siqnifikans untuk mengurangi nyeri leher mekanik. Maka berdasarkan latar belakang tersebut, penatalaksanaan fisioterapi dengan TENS dan myofascial release dapat diberikan untuk mengurangi nyeri sekaligus memberikan pengobatan secara kaustif sehingga hasilnya lebih efektif. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental. Desain yang dipilih dalam penelitian ini adalah one group pre test and post test design karena hanya satu kelompok yang diambil sebagai subjek penelitian tanpa ada kelompok pembanding Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Fitasoma Colomadu pada bulan April sampai dengan Juni 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien nyeri leher mekanik yang berobat jalan Klinik Fisioterapi Fitasoma Colomadu pada periode April sampai dengan Juni tahun 2015

184 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 5, No 2,November 2016, hlm 110-237 yangmemenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : (1) pasien dengan keluhan nyeri leher, (2) tidak ada penjalaran nyeri pada salah satu maupun kedua tangan, (3) adanya spasme pada otot-otot ekstensor leher, (4) usia 20-65 tahun, (5) tekanan darah normal. Sedangkan kriteria ekslusi meliputi: (1) keganasan, (2) luka terbuka, (3) deep vein trombhosis, (4) hiperaestesi, (5) diabetes yang telah lanjut, (6) terapi kortison atau pengencer darah, (7) cedera akut atau area paska bedah yang masih akutpassive stretching. Kriteria drop out antara lain: (1) tidak mengikuti terapi pada pemeriksaan akhir, (2) nyeri leher bertambah hebat melebihi batas toleransi pasien. Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel bebas dalam penelitian ini adalah TENS (X 1 )dan myofascial release (X 2 ) dan sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah derajat nyeri (Y 1 ). Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan data primer berupa hasil pengukuran derajat nyeri dengan skala VAS. Data yang telah terkumpul dilakukan uji non parametrik dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh pemberian TENS dan myofascial release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. HASIL PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah pasien nyeri leher mekanik yang berobat jalan Klinik Fisioterapi Fitasoma Colomadu pada periode April sampai dengan Juni tahun 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan dan telah dilakukan pemeriksaan pada bulan Mei 2015. Jumlah subjek penelitian yang memenuhi syarat adalah 20 orang. Subjek sebanyak 20 orang kemudian diberikan perlakuan TENS dan myofascial release. Semua subjek telah bersedia menandatangani persetujuan (informed consent) untuk menjadi subjek penelitian. Sebelum diberikan intervensi, subjek penelitian dilakukan pemeriksaan VAS untuk diketahui nilai nyeri. Selama pelaksanaan penelitian, tidak ada subjek yang drop out. Dari ke 20 subjek penelitian diberikan intervensi terapi selama 2 minggu, seminggu 3 kali. Semula diberikan pre test dan setelah perlakuan diukur pada saat akhir sebagai post test. Gambaran karakteristik subjek dapat dilihat sebagai berikut : 1. Umur Tabel 1 Deskripsi Umur Subjek Penelitian Jumlah Umur Subjek Persentase (%) Subjek < 50 tahun 7 35 > 50 tahun 13 65 Total 20 100.0 Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa mayoritas dari 20 berumur > 50 tahun sebanyak 13 orang (65.%), sedangkan yang berumur < 50 tahun sebanyak 7 orang (35%). 2. Jenis Kelamin Tabel 2 Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis Jumlah Persentase (%) Kelamin Subjek Laki laki 5 25 Perempuan 15 75 Total 20 100.0 Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 20 orang subjek, 5 orang (25%) subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki dan 15 orang subjek berjenis kelamin perempuan. Mayoritas

Pajar Haryatno, Pengaruh Pemberian Tens Dan Myofascial Release 185 subjek berjenis kelamin perempuan, dengan frekuensi 75%. Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji adanya pengaruh pemberian TENS dan Myofascial Release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon dapat dipaparkan seperti pada tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon Pengaruh Tens Dan Myofascial Release Terhadap Penurunan Nyeri Post Test Minggu ke 1 - Pre Test Post Test Minggu ke 2 - Pre Test Negative Positive N Mean Rank Sum of 20 a 10.50 210.00 0 b.00.00 Ties Total 20 Negative 20 d 10.50 210.00 Positive 0 c 0 e.00.00 Ties Total 20 Dari hasil analisis Wilcoxon test, diperoleh nilai mean sebelum perlakuan sebesar 6,95 dan setelah perlakuan nilai mean menjadi 10,50. Sedangkan nilai standar deviasi sebelum perlakuan 1,099 dan setelah perlakuan 1,989. Pada uji beda ini didapat nilai probabilitas (p) = 0,000 atau p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pemberian TENS dan myofascial release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. Pengujian hipotesis diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : (1) Terdapat perbedaan yang bermakna antara pre test dengan post test minggu ke 1 untuk nyeri 0 f (p <0.05), dan dengan post test minggu ke 2 untuk nyeri (p < 0.05). PEMBAHASAN 1. Ada Pengaruh TENS terhadap penurunan nyeri leher mekanik TENS banyak digunakan untuk solusi kasus nyeri leher mekanik. TENS merupakan pengabungan perangkat kecil untuk mengarahkan pulsa listrik ringan ke saraf di area yang sakit. Selama penanganan stimulasi dengan TENS, elektroda diletakkan atau ditempelkan pada kulit didaerah yang mengalami keluhan nyeri (triggerpoint). Elektroda dihubungkan dengan kabel ke stimulator bertenaga listrik. Beberapa unit TENS bekerja dengan cara memblokir impuls nyeri melalui stimulasi serabur saraf besar. Jenis lain TENS bekerja dengan menyebabkan tubuh melepaskan endorphin (zat kimia saraf yang terjadi secara alami dalam otak yang memiliki sifat menghilangkan rasa sakit). TENS konvensional memiliki frekuensi stimulasi yang tinggi (10 200 pps) dan intensitas rendah. Durasi pulsa (hingga 100 200 mikro detik) (Parjoto, 2006). TENS konvensional menghasilkan efek analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut A- selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu posterior medulla spinalis, hal ini mengacu pada teori gerbang control. Penelitian ini digunakan TENS yang bersifat nosiseptif yang akan memacu algogenic chemical pain (histamine, prostaglandin, bradikinin) yang berperan meneruskan stimulus nosiseptif dengan merangsang reseptor enkepalin. Rangsangan pada reseptor enkepalin merupakan stimulus prodromik

186 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 5, No 2,November 2016, hlm 110-237 yang akan diikuti pembebasan endorphin sehingga nyeri berkurang. Pada sisi lain aktivasi dari algogenic chemical pain akan memacu substan P yang membuat vasodilatasi pembuluh darah kapiler (Gersh, 1992). Aplikasi TENS dapat mengurangi keluhan nyeri leher dimana aktifitas sel nosiseptor di kornu dorsalis saat TENS diaplikasikan pada area somatic dalam bentuk inhibisi pre dan post sinapsis, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Garrison dan Foreman (1994). TENS dengan aplikasi segmental simpatis dapat mengurangi nyeri kronis pada kondisi nyeri leher mekanik melalui mekanisme,(1) efek antidromik yang bermafat untuk memperbaiki dan meningkat proses recovery jarigan lunak melalui respon vasodilatasi kapiler, (2) efek prodomik yang bermanfaat terhadap aktivasi beta endorphin dan serotonin ntuk membantu menurunkan keluhan nyeri pada kondisi musculoskeletal termasuk nyeri leher mekanik.. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nig Q J Hosp Med, 2008 pada 8 subyek TTH usia 20-50 tahun diberikan TENS 3 kali 116 seminggu selama 10 minggu (30 x terapi) untuk mengevaluasi nyeri dengan parameter VAS, disabilitas fungsional dengan HDI dan ROM dengan goniometer. Diperoleh hasil yang signifikan untuk mengurangi nyeri dan perbaikan disabilitas fungsional dan ROM. 2. Ada Pengaruh Myofascial Release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. Uji beda pre dan post test pada kelompok II menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil yang signifikan p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan nilai hasil pengukuran nyeri yang bermakna setelah diberikan myofascial release. Hasil penelitian ini mendukung teori dari Grant dan Riggs pada tahun 2009 menyatakan bahwa myofascial release technique dapat berperan untuk memberikan stretch atau elongasi pada struktur otot dan fascia dengan tujuan melepas adhesion atau perlengketan, mengurangi nyeri dengan gate control theory, memulihkan kualitas cairan pelumas dari jaringan fasia, mobilitas jaringan dan fungsi normal sendi. Mengacu pada teori yang disampaikan oleh Werenski (2011) dimana penelitian ini menujukan bahwa myofascial release dapat menurunken nyeri dengan proses ketika adanya rangsangan atau stimulus akan mengaktivasi saraf berpenampang tebal, dimana saraf berpenampang tebal itu akan berjalan menuju 79 spinal di bagian PHC yang berada di substansia galatinosa. Dimana ketika ada sebuah rangsangan pada substansia galatinosa maka substansia galatinosa tersebut akan aktif, dan apabila substansia galatinosa tersebut aktif maka geat akan tertutup. Dimana jika geat tersebut tertutup maka sel T (transmition sel) tidak akan aktif, sehingga rangsang nyeri tidak akan sampai ke otak. Selain itu mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Manuel et al (2008) bahwa myofascial release juga membantu untuk melepaskan perlengketan jaringan sementara disisi lain, akan terjadi aktivasi dari saraf parasimpatik yang akan membuat aliran darah diarea tersebut lancar sehingga akan menimbulkan efek sedative yang akan membuat rasa nyeri berkurang atau hilang. Penelitian sebelumnya telah dibuktikan oleh Werenski pada tahun 2011 dalam studi literaturnya yang berjudul The Effectifness of Myofascial

Pajar Haryatno, Pengaruh Pemberian Tens Dan Myofascial Release 187 ReleaseTechniques in the Treatment of Myofascial Pain bahwa penerapan myofascialrelease technique dapat mengurangi nyeri muskuloskeletal dengan menggunakan Gate Control Theory, interpersonal attention, parasympathetic respon pada saraf otonom, dan pelepasan serotonin. Fryer et al pada tahun 2005 menyatakan bahwa secara fisiologis adanya pelepasan biokimia dari tubuh seperti histamin dan serotonin akan menyebabkan vasodilatasi dan permeabilitas pembuluh darah yang secara mekanis melakukan penataan kembali pada struktur jaringan pada otot. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fryer et al pada tahun 2005, jumlah subjek 37 subjek dengan trigger point upper trapezius, didapatkan hasil bahwa myofascial release sangat efektif dalam mengurangi trigger point pada otot upper trapezius. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 20 orang penderita nyeri leher mekanik yang diberikan TENS dan myofascial release selama 2 minggu, dimana nyeri dievaluasi dengan VAS Scale, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pemberian TENS dan myofascial release pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri pada penderita nyeri leher mekanik yang diukur dengan VAS Scale. Hal ini juga dapat diketahui dari hasil analisis statistik dengan menggunakan wilcoxon test. Diperoleh nilai p = 0,000 yang artinya secara bermakna ada pengaruh yang diberikan TENS dan myofascial release terhadap penurunan nyeri leher mekanik. Dari hasil analisis yang didapatkan, TENS dan myofascial release memiliki manfaat untuk mengurangi nyeri pada penderita nyeri leher mekanik Saran dari penelitian ini adalah (1) TENS dan myofascial release dapat digunakan sebagai modalitas tambahan pada penderita nyeri leher mekanik untuk mengurangi nyeri, (2) diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan subjek yang lebih banyak, waktu yang lebih panjang dan adanya follow up setelah diberikan perlakuan untuk melihat manfaat TENS dan myofascial release dalam jangka waktu panjang. DAFTAR RUJUKAN Alvarez, D. J., 2002; Trigger Points: Diagnosis and Management, American Family Physician, vol. 65, hal. 653-660. Ahmed, 2011 ; Effect of Transcutenous Electrical Nerve Stimulation (TENS) on Patients With Low Back Pain, Retreived December, 30, 2013, from http://www.banglajol.info/index.ph p/jafmc/article/download/10393/ 7679 Barnes JF, Marzano A. 1990; Myofascial Release: The Search for Excellence; Rehabilitation Services; vol. 37, hal. 56 57, 125 133. Barness J.F., 2010; Myofascial Relese: Definition; diakses tanggal 28/12/2013, dari http://www.myofascialrelease.com Basjirrudin A, 2002; Clinical Management and Neck pain; Majalah Neuroma, hal. 13-16. Cubick et al, 2011; Sustained Myofascial Release as a Treatment for Patient with Complication of Rheumatoid

188 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 5, No 2,November 2016, hlm 110-237 Artritis and Collagenous Colitis : A Case Report Study; Univercity of Miami, Miami. Jensen, M., 2003; The Validity and Reliability of Pain Measures in Adults With Cancer; Journal of American Pain Society, vol. 4, no. 1, hal. 3-20. Khaldikar, A., 2005 ; Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for low back pain. Cochrane Collaboration. Marshall et al, 2009; Evaluating the effectiveness of Myofascial Release to reduce pain in people with Chronic Fatigue Syndrome (CFS): A Pilot Study; Glasgow Caledonian University, Glasgow. Murtagh.J., and Kenna.C., 1997; Migration of The Nucleus Pulposus within The Intervertebral Disc During Flexion and Extention of Spine; Spine, hal.2753-2757. Parjoto, Slamet, 2006 ; Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri, Ikatan fisioterapi cabang Semarang, Semarang. Paolini J., 2009; Review of Myofascial Release as an Effective Massage Therapy Technique; Athletic Therapy Today, Vol. 14, hal. 30-34.