UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER Zainal Abidin SMP Negeri 1 Meranti, kab. Asahan Abstract: This study uses classroom action research Application of Cooperative Learning Numbered Heads Together (NHT). This research was conducted with the collaboration of researchers, teachers and classes engage student participation. Data collected by observation, interview, test and documentation. The research process was conducted in two cycles Each cycle was conducted in three sessions. Based on research that has been done, it can be concluded that an increase learning outcomes through the adoption of Civics Education Learning Application NHT. This is reflected in some indicators as follows: (1) student learning outcomes showed an increase of 55.88% to 76.47% in the first cycle, the second cycle of 94.11%; (2) During the learning process students demonstrate learning outcomes by 26 students in the first cycle, while in the second cycle of 32 students; (3) In the precision and accuracy to solve problems on the first cycle there were 26 students in the second cycle there are 32 students; (4) an increase in student achievement of 85% or 33 students into 94.28% of the 35 students. It can be concluded that with the implementation of cooperative learning methods Application of Numbered Heads Together (NHT) can improve student learning outcomes. Keywords: numbered heads together, globalization Abstrak: Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar PKn melalui Penerapan Pembelajaran Penerapan Pembelajaran NHT. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari 55.88% menjadi 76.47% pada siklus I, pada siklus II 94.11%; (2) Selama proses pembelajaran berlangsung siswa menunjukkan hasil belajar sebanyak 26 siswa pada siklus I sedangkan pada siklus II sebanyak 32 siswa; (3) Dalam ketelitian dan ketepatan menyelesaikan soal pada siklus I terdapat 26 siswa, pada siklus II terdapat 32 siswa; (4) adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 85% atau 33 siswa menjadi 94.28% dari 35 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Penerapan Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: numbered heads together, globalisasi 92
Pembelajaran adalah suatu proses atau serangkaian interaksi guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, baik bersifat akademis maupun non-akademis, dilaksanakan di dalam atau di luar kelas, kegiatan kurikuler maupun nonkurikuler. Salah satu tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka upaya yang ditempuh adalah melalui pendidikan. Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, peran guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa sangat besar. Peran guru yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Apabila peran guru itu tidak dapat terlaksana dengan baik, maka pembelajaran menjadi tidak bermutu sehingga kualitas pembelajaran menjadi rendah. Hal ini selaras dengan tujuan dan fungsi pendidikan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan tujuan dan fungsi pendidikan tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan memperoleh pendidikan adalah terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Guru sebagai unsur pokok dan penanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengembangan proses pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru dituntut untuk bisa mengondisikan siswanya agar merasa senang dan nyaman dalam proses pembelajaran, sehingga akan membuat siswa lebih aktif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Siswa dengan motivasi yang tinggi untuk belajar biasanya akan mendapatkan hasil belajar yang baik. Hal ini berarti bahwa hasil belajar yang baik sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang baik pula. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dan wajib dipelajari oleh setiap siswa. PKn merupakan mata pelajaran yang tidak hanya mengajarkan kepada siswa pengetahuan tentang warga negara, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai dan sikapsikap yang harus dilakukan dan keterampilan sosial yang harus dimiliki siswa, supaya siswa dapat bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Sesuai dengan perkembangan jaman dan dalam rangka mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, maka kualitas pembelajaran PKn perlu ditingkatkan secara berkelanjutan. Hal ini karena PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pembentukan diri, sehingga diharapkan mampu membentuk siswa yang memiliki mental kuat, dan mempunyai sikap 93
yang baik dalam kehidupan bermasyarakat. PKn diajarkan sebagai bekal untuk menghadapi segala tantangan dan pesatnya perkembangan teknologi pada kehidupannya di masa mendatang. Namun, dalam kenyataannya masih dijumpai beberapa permasalahan yang menghambat peningkatan mutu tersebut. Masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran tertentu, tetapi masih kurang atau tidak cocok dengan isi dan tujuan pembelajaran. Guru masih kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar PKn rendah. Hal ini ditambah dengan pendapat siswa bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang sulit dan kurang menarik karena harus banyak menghafal materi, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Timbulnya tingkah laku positif peserta sesuai dengan tujuan pembelajaran menunjukkan suatu pembelajaran tersebut dikatakan berhasil, dan pada dasarnya guru sebagai elemen penting dalam pembelajaran. Intinya guru harus lebih produktif dan responsif terhadap semua fenomena-fenomena yang terjadi di kelas. Salah satunya bagaimana mendesain pembelajaran PKn dalam pembelajaran dan mampu memberikan motivasi kepada siswa agar bisa menuangkan ide dan gagasan yang mereka alami serta di peroleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru merasa kecewa apabila hasil belajar yang diperoleh siswa rendah dan aktifitas belajar yang kurang. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar guru harus memilih suatu metode dan menerapkan pendekatan pembelajaran dengan memilih metode ataupun model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan belajar lebih baik, dan sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Pada saat belajar guru harus berusaha menanamkan sikap demokrasi untuk siswanya, maksudnya suasana harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan kepribadian siswa yang demokratis dan di harapkan suasana yang terbuka dan kebiasan-kebiasaan kerja sama, terutama dalam memecahkan kesulitan-kesulitan. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Meranti. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Meranti dengan jumlah siswa 32 siswa terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Peneliti merasa perlu melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas IX-1 SMP Negeri 1 Meranti karena peneliti mengalami masalah dalam pembelajaran PKn materi globalisasi masih banyak yang belum tuntas. Kemudian Peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa kelas IX-1 SMP Negeri 1 Meranti tahun pelajaran 2015/2016. Pada penelitian ini terdapat 94
dua tes yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa, yaitu pre-test dan post-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pelaksaan siklus I pada penelitian ini menghasilkan data-data yang diperoleh melalui tes maupun non tes. Data tersebut berupa hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes formatif, dan aktifitas siswa serta performansi yang diperoleh melalui pengamatan atau non tes. Secara rinci data-data siklus I. Peneliti dalam siklus I merupakan kegiatan lanjutan dari penelitian tindakan kelas ini. Siklus I tersedia dengan perincian 10 menit untuk persiapan dan pembukaan pelajaran, 20 menit pelaksanaan tindakan, dan 60 menit pemberian soal tes. Pelaksanaan tes formatif siklus I dilakukan setelah pembelajaran materi Globalisasi dengan menggunakan model pembelajaran NHT baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Berdasarkan tes formatif I diketahui data nilai rata-rata kelas, persentase ketuntasan belajar dan tingkat perkembangan kelompok. Tabel 1. Hasil Belajar Siklus I URAIAN KET. Nilai Rata-Rata 79,41 Siswa Tuntas 26 Presentase Ketuntasan 76,47% Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa pelaksanaan tes formatif siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 79,41. Sesuai indikator keberhasilan bahwa siswa dapat dikatakan tuntas belajar, jika siswa memperoleh nilai 77. Jika kurang dari 77, maka siswa tersebut dikatakan tidak tuntas belajar. Pelaksanaan siklus I diketahui jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 26 siswa atau persentase 76,47%, sedangkan 8 siswa tidak tuntas belajar dengan persentase 23,53%. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dapat diketahui perolehan tes yang mengukur hasil belajar dan aktivitas siswa. Hal ini disebabkan karena belum terbiasanya siswa dengan model pembelajaran koorperatif tipe NHT yang mengedepankan interaksi pada diri siswa yang akhirnya membuat siswa aktif dan percaya diri dalam proses pembelajaran. Siswa yang aktif dan percaya diri cenderung lebih mendominasi interaksi pada saat pembelajaran, seperti bertanya dan berpendapat. Siswa lain yang pasif dan kurang percaya diri kurang berperan dalam pembelajaran. Pada saat penyampaian materi guru kurang interaktif, dan perhatian terhadap siswa sangat kurang, pengetahuan yang guru gali dari siswa pun sangat sedikit. Sehingga pada saat guru mengadakan evaluasi, hanya siswa tertentu saja yang tuntas memenuhi kriteria ketuntasan maksimal. Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, yang nantinya akan diisi oleh obsever. Subyek yang diamati yaitu aktivitas siswa. Hasil observasi pada aktivitas siswa ini dilihat dari hasil pengamatan yang di amati dalam setiap aspeknya, yang ada pada indikator sebagai berikut: Aktif dalam memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru, siswa mampu menjawab pertanyaan pada saat diskusi, mengajukan 95
pertanyaan/ pendapat, mencatat atau merangkum materi pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung, siswa mampu melakukan diskusi dalam kelompok, berkeinginan untuk mengerjakan hasil dari pekerjaan rumah dan lembar kerja siswa di papan tulis, berani untuk mengambil keputusan yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran baik itu berupa keputusan benar atau salah dan berani untuk tampil kedepan kelas untuk menyelesaikan permasalahan. Siklus II Hasil belajar siswa telah mencapai rata-rata 83.05 dan secara klasikal ketuntasan belajar siswa telah mencapai 94.11% sebanyak 32 siswa dari 34 siswa, yang belum tercapai atau masih ada 2 siswa dari 34 siswa yang mendapat nilai kurang dari 77 dan ini sulit dihindari karena faktor keterbatasan waktu, namun dapat dikatakan pelaksanaan siklus II ini berhasil, karena ada peningkatan kemampuan siswa pada materi globalisasi untuk meningkatkan kemampuan belajar PKn. Siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru tentang globalisasi, sehingga peneliti dapat mengatakan siklus II pada materi kemampuan belajar PKn yaitu memahami globalisasi telah berhasil dengan baik. Grafik ketuntasan siswa dalam pembelajaran PKn. Tabel 2. Hasil Belajar Siklus II URAIAN KET. Nilai Rata-Rata 83,05 Siswa Tuntas 32 Presentase Ketuntasan 94,11% Hasil penelitian siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pada siklus II. Tindakan yang dilakukan pada siklus II sama seperti pada siklus I, yang mana perolehan data berupa hasil tes dan nontes. Data tes berupa hasil belajar siswa pada saat tes formatif yang dilakukan pada akhir siklus II. Sedangkan data nontes diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar siswa dan observasi aktivitas guru. SIMPULAN Dengan mengetahui bahwa pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar ada pada faktorfaktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga penggunaan atau penggantian metode NHT menjadi metode-metode yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba metode NHT dalam upaya untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada di sekolah. Untuk menjawab tujuan penelitian yaitu pencapaian kenaikan prestasi belajar siswa dapat dilihat bukti-bukti yang sudah disampaikan. 1. Dari data awal hampir semua siswa mendapat nilai di bawah, kemudian pada siklus I menurun menjadi 8 siswa dan siklus II nilai semua siswa diatas standar yang ditentukan disekolah tersebut. 2. Dari rata-rata tes awal 68.08 naik menjadi 74.26 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 80. 3. Dari data awal tidak ada siswa yang tuntas sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 8 siswa yang tidak tuntas dan pada siklus II ada 2 siswa yang tidak tuntas dan sebagian siswa mencapai ketuntasan. 96
Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan pembelajaran dapat disampaikan bahwa metode NHT dapat memberi jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal, review hal-hal yang belum bagus bersama temanteman guru, penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada pelaksanaan penelitian yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar Huda, M. 2012. Coorperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaya Rusdakarya Slavin, R. 2010. Cooperative Learning :Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media 97